Boleh dikata teh adalah minuman yang tersedia di hampir setiap kesempatan, mulai dari perjamuan tamu, angkringan, warung mi ayam, hingga cafe highclass yang menawarkan tempat yang cozy nan Instagram-able.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengapresiasi tulisan dari Mas Grantino Gangga Ananda Lukmana yang berjudul “Rekomendasi Berbagai Merek Teh dan Situasi yang Cocok untuk Menikmatinya”.
Pertama, saya sungguh menikmati artikel tersebut, apalagi saya membacanya pada jam 16.30 saat tenggorokan ini masih bersabar menunggu azan maghrib. Tulisan Mas Gangga benar-benar memberikan rekomendasi teh yang cocok untuk berbagai situasi, mulai dari teh tubruk hingga teh celup.
Kedua, sebagai penggemar teh anget angkringan, saya sangat setuju jika Teh Bendera dan Teh Tjatoet dinobatkan sebagai duo teh tubruk yang warung-able ataupun angkringan-able. Mungkin masih ada varian teh yang lebih enak dari kedua merek tersebut, tapi dilihat dari sisi harga dan rasa, eksistensi Teh Tjatoet dan Teh Bendera di dekat bara angkringan tak bisa digantikan.
Ketiga, ada dua merek yang bagi saya cukup mengganjal dalam artikel tersebut, di mana Mas Gangga menyebutkan Teh Sariwangi dan Teh Sosro (versi teh celup). Saya merasa kedua merek ini sepertinya perlu di-hidden dari daftar rekomendasi yang Mas Gangga tulis. Meski kedua merek tersebut bisa dibilang industri besar, tapi soal rasa dan aroma kedua teh tersebut masih kalah dengan Teh Celup asal Batang, yakni Teh Dandang.
Meski Teh Dandang tidak se-femes Teh Sariwangi dan Teh Sosro, tapi soal rasa dan aroma, Sariwangi dan Sosro kalah telak. Untuk memperkuat argumen ini, saya pun melakukan riset kecil-kecilan di rumah saya.
a. Waktu penelitian atau riset saya lakukan pada malam hari setelah salat Tarawih dan saat anak saya sudah tidur.
b. Alat ukur penelitian ini hanya ada dua, yakni cungur alias hidung dan lidah saya. Sayapun memastikan bahwa hidung saya tidak dalam keadaan pilek dan lidah saya tidak dalam keadaan pahit seperti orang yang terkena tipes.
c. Sampel penelitian ini adalah: Teh Celup Sariwangi 100% Teh Asli, Teh Celup Sosro, dan Teh Dandang warna Hijau. Saya tidak tahu apakah ketiga-tiganya benar-benar apple to apple untuk diadu secara head to head. Namun, setidaknya riset saya bertujuan agar kita dapat menilai kualitas bukan hanya dari merek yang sudah besar, tetapi juga kualitas yang ada di dalam kemasan.
d. Dalam riset ini, saya memberikan skor pada setiap penilaian, yakni: 3 untuk “sangat baik”, 2 untuk “biasa aja”, dan 1 untuk “kurang nendang”.
Riset pertama (uji aroma teh), setelah membuka semua kemasan teh, saya masukkan keseluruhan teh celup tersebut ke dalam gelas kaca tanpa diseduh. Hasilnya?
- Teh Sariwangi mengeluarkan aroma yang tidak jelas, wanginya tidak terasa, dan aroma tehnya tidak maksimal. Bahasa anak Jaksel-nya “kena tanggung” alias kentang. Skor 1.
- Teh Sosro, ketika awal saya menghirup aromanya, tampak seperti ada wangi yang nendang di awal, tapi lambat laun aroma wangi tersebut seakan melebur alias ambyar. Meski demikian, aroma teh merek Sosro ini masih bisa dirasakan. Skor 2.
- Teh Dandang, saya berusaha se-objektif mungkin dalam uji olfaktori ini, tapi saya harus jujur bahwa aroma teh Dandang memang menawarkan wangi yang lebih kuat dari kedua merek di atas. Boleh dibilang aroma ini justru bisa dicoba untuk pengharum mobil pengganti Stella jeruk. Skor 3
Riset kedua (uji aroma seduhan), ketiga sampel teh yang diuji saya seduh dengan air yang telah digodok dadakan, sebelum menyeduh saya juga memastikan bahwa air di dalam ceret telah meletup alias umeb. Setelah diseduh, saya membiarkan kantong teh tersebut mendiami gelas kaca selama 3 menit. Pada menit kedua, saya coba aduk dua kali putaran, setelah 3 menit berlalu kantong teh celup tersebut saya angkat dari ‘kediamannya’.
- Teh Sariwangi, masih mengeluarkan aroma yang “kentang”, label Sariwangi yang menjadi merek teh celup ini, rupanya tidak benar-benar menggambarkan wangi maksimal. Absolutely saya di-prank oleh merek teh yang satu ini. Skor 1.
- Teh Sosro, setelah diseduh, ia seperti bermain petak umpet dengan indra penciuman saya. Di mana saraf penciuman saya menangkap aroma vanila yang samar tercium. Skor 2.
- Teh Dandang, setelah diseduh dengan air panas yang sama, teh Dandang masih menguarkan aroma wangi yang tak tertandingi dibanding kedua merek tersebut. Aromanya boleh dibilang gurih alias umami dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Aroma ini juga membuat saya mupeng untuk segera menyeruputnya. Skor 3.
Riset ketiga (uji rasa) uji rasa ini saya lakukan 20 menit setelah teh diseduh. Hal ini bertujuan agar teh mengalami degradasi suhu biar lidah saya tidak kepanasan. Uji ini saya lakukan tanpa tambahan gula.
- Teh Sariwangi, lidah saya mengatakan bahwa Teh Sariwangi memberikan rasa yang flat, body dari teh ini juga terlalu dominan. Selain itu, teh ini masih meninggalkan after taste pahit. Mungkin teh ini memang lebih cocok diseduh dengan tambahan gula atau pemanis. Skor 1.
- Teh Sosro, teh celup ini menawarkan karakter yang berbeda. Lagi-lagi rasa vanila masih bermain petak umpet dengan indera pengecapan saya. Mungkin karena bodynya yang terlampau kuat (terbukti dari warna yang paling pekat dibanding kedua merek yang lain), ibarat sebuah grup band, suara distorsi gitar terlalu dominan sampai menutupi suara instrumen yang lain seperti bass dan keyboard. Skor 2.
- Teh Dandang, menghasilkan rasa yang clean, tidak meninggalkan residu pahit meski tanpa tambahan gula. Boleh dikata, teh ini menghasilkan rasa yang ringan, tapi berkelas. Cocok untuk para penikmat teh yang sedang mengurangi asupan gula. Skor 3
Riset keempat (uji rasa dengan tambahan gula) dulu kebanyakan orang Jawa menyebut teh manis sebagai wedang legi. Boleh dikata sajian teh manis sudah menjadi menu default untuk berbagai momen. Uji rasa ini saya lakukan dengan menambahkan 1.5 sdm gula pasir merek Rosebrand.
- Teh Sariwangi, setelah mendapatkan tambahan gula, ia seperti menunjukkan taringnya, di mana tidak ada rasa pahit yang tertinggal. Namun, teh sariwangi ini justru seperti kehilangan arah, tak ubahnya sirup rasa teh manis. Skor 2.
- Teh Sosro, setelah mendapatkan tambahan 1 setengah sendok makan, rupanya rasa manis yang dihasilkan masih tertutup oleh body dari teh tersebut. Secara, teh ini memang menghasilkan warna paling pekat. Kesimpulan, teh ini boros gula. Skor 2.
- Teh Dandang, penambahan 1 setengah sendok gula pasir tidak membuat teh Dandang kehilangan karakternya, rasanya lebih balance. Seperti mendengar alunan musik jazz dengan komposisi instrumen yang saling bertaut. Skor 3.
Nah, untuk memvalidasi keunggulan Teh Dandang sebagai teh yang mampu mengalahkan kedua merek teh tersebut, saya melakukan blind taste ke tetangga saya yang hampir setiap hari meminum teh. Setelah melalui persetujuan dengan bayaran 2 batang rokok Djarum 76, tetangga saya bersedia untuk menjadi responden. Sebut saja dia Risna 19 tahun. FYI responden mengaku bahwa dirinya selalu memiliki stok teh Sariwangi di dapur.
Sebelum test dimulai, saya menyamarkan identitas ketiga merek teh tersebut. Teh Sariwangi sebagai “A”, Teh Sosro sebagai “B”, dan Teh Dandang sebagai “C”.
Saya meminta responden untuk menghirup aroma ketiga teh tersebut, dengan cara mencelupkan sendok lalu menghirup aroma teh melalui bagian cembung sendok. Pada uji ini, responden mengatakan suka kepada “C”.
Setelah itu, saya meminta responden untuk menyesap ketiga teh tersebut, srrppt, lagi-lagi responden memilih C sebagai teh yang paling enak menurut lidahnya. “Ini tehnya seperti teh racikan,” seakan responden tidak percaya jika teh C yang disruputnya merupakan Teh Dandang versi celup.
Hasil riset saya menunjukkan, Teh Sariwangi mendapatkan skor 5, Teh Sosro mendapatkan Skor 8, dan Teh Dandang unggul dengan skor 12. Keunggulan ini ditambah dengan hasil blind taste oleh tetangga saya yang hampir setiap hari minum teh celup.
Setelah hasil riset ini, tetangga saya tersebut mengatakan, “Ah, ntar bilang ke ibuk, minta beli Teh Dandang aja.” Oke fix #bismillah jadi brand ambasador Teh Dandang.
BACA JUGA Rekomendasi Berbagai Merek Teh dan Situasi yang Cocok untuk Menikmatinya atau tulisan Dhimas Raditya Lustiono lainnya.