Gapura Segede Gaban Unesa Ketintang Berbanding Terbalik sama Fasilitasnya yang Serba Kekurangan

Gapura Segede Gaban Unesa Ketintang Berbanding Terbalik sama Fasilitasnya yang Serba Kekurangan

Gapura Segede Gaban Unesa Ketintang Berbanding Terbalik sama Fasilitasnya yang Serba Kekurangan

Melihat betapa sengsaranya mahasiswa Unesa Ketintang sempat terbesit pikiran positif di kepala saya. Ya, mungkin saja semua mahasiswa Unesa Ketintang nantinya akan dipindah ke Lidah Wetan. Secara logika, tak mungkin Unesa membiarkan mahasiswanya terus tersiksa dengan kondisi Ketintang yang semakin sesak. Tapi, ternyata anggapan saya itu salah besar, Rek.

Mahasiswa Unesa Ketintang akan tetap dibiarkan sesak!

Mengapa saya bilang begitu, alasan utamanya Unesa sepertinya masih sayang sama kampus Ketintang. Buktinya, sekarang masih ada upaya pembangunan di kampus Ketintang. Yang terbaru, Unesa bikin gapura segede gaban di pintu masuk kampus. Tapi ingat, ini bukan kebanggaan, Rek. Soalnya, Unesa Ketintang punya masalah lain yang lebih urgent daripada cuma ngurusin gapura.

Mahasiswa Unesa Ketintang rentan ditelantarkan

Kalau saya menerka mengapa Unesa masih sayang sama kampus Ketintang, ya jelaslah sebab kampus ini jadi salah satu penghasil cuan utama buat Unesa. Ada lebih 50 prodi di Unesa Ketintang. Satu prodi pun kuotanya nggak main-main, bisa menyentuh 500 mahasiswa satu angkatan. Ingat, hanya satu prodi dalam satu angkatan!

Dampak buruknya apa, tentu saja mahasiswanya rentan ditelantarkan. Belum lagi, kampus ini terus bergairah memperbanyak kuota penerimaan hingga membuka prodi baru. Misal di Ilmu Politik saja, yang baru buka 2 tahun, kuotanya udah nyentuh 200 mahasiswa baru pada angkatan 2025. Haduh!

Saya tidak mengada-ada dengan narasi penelantaran ini, mahasiswa kampus ini banyak merasakannya. Mulai dari harus kuliah daring karena nggak ada gedung hingga diminta suruh cepet-cepet lulus. Haduh, kasihan sekali!

Di Unesa Ketintang, apa-apa serba berdesak-desakan

Masalah di Unesa Ketintang bukan saja masalah gedung untuk perkuliahan. Fasilitas lain yang mendukung Unesa yang katanya kampus ternama juga kurang memadai. Berbagai fasilitas di kampus Ketintang itu serba terbatas. Bukan tidak ada ya, tapi terbatas karena tidak seimbang dengan jumlah mahasiswa yang sebegitu banyaknya.

Misalnya, musala fakultas di FISIP, haduh musala cuma sepetak itu bertarung dengan ribuan mahasiswa FISIP. Yo sesak, lah!

Lalu perpustakaan kampus, tak ada yang representatif di Unesa Ketintang. Adanya Ruang Baca. Lagi-lagi, ruangannya cuma sepetak. Setiap ingin masuk pasti sudah ramai dengan mahasiswa lain. Kalau sudah begitu, ya mana bisa disebut perpustakaan, yang ada cuma jadi tempat ngobrol.

Musala dan Ruang Baca hanya dua contoh betapa sesaknya Unesa Ketintang. Kalau kalian berkunjung sendiri, kalian juga bakal merasakan betapa sesaknya area parkir, foodcourt, taman kampus, dll.

Malah bikin gapura segede gaban, buat apa sih?

Saya heran, dari sekian banyak fasilitas yang belum memadai, kok bisa kampus ini lebih mentingin bikin gapura segede gaban. Mau caper aja, kan?!

Rasanya, saya tidak salah menyebut Unesa sebagai kampus paling pick me. Nggak cuma ngejar-ngejar MURI, sampai gapura kampusnya pun juga pengen jadi paling beda sendiri.

Sebelum gapura segede gaban ini berdiri di Ketintang, sempet viral pula gapura gede mentereng milik Unesa di kampus Magetan. Sebelas dua belas lah dua gapura ini. Aneh! Sadar loh pak/bu, mau kaya gimana pun gapura kampusnya, nggak akan berdampak apa-apa pada kualitas lulusannya.

Yang akan benar-benar berdampak itu, ya kualitas pembelajaran yang didukung gedung ruangan yang memadai, termasuk juga perpustakaan yang representatif.

Sudahlah, tak bisa berkata-kata lagi saya sama Unesa. Saya berharap, ke depan pejabat-pejabat Unesa bisa betul-betul paham prioritas. Kasihan mahasiswa Unesa, udah bayar UKT berjuta-juta, eh kampusnya nyiksa!

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Nasib Alumni Unesa: Sering Disangka dari Kampus Ternama padahal Kami Cuma Pura-pura Bangga

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version