Siapa sih yang nggak senang kalau dikasih umroh gratis? Tinggal angkat koper, tanpa mikirin biaya visa, tiket, atau penginapan, yang penting badan sehat, bisa berangkat. Siapa yang nggak mau? Hampir nggak ada. Tapi, tunggu dulu, apa jadinya kalau di balik kebahagiaan itu ada tekanan sosial yang menuntut kita buat bawa oleh-oleh?
Ya, membawa oleh-oleh dari Tanah Suci ketika kembali ke Tanah Air sudah menjadi tradisi yang, bisa dibilang, mengakar kuat di masyarakat kita. Begitulah kira-kira yang terjadi pada nenek dan beberapa orang kampung saya yang baru datang menunaikan ibadah umroh.
Tanpa diminta, mereka dengan sendirinya membeli oleh-oleh yang didapat saat berada di Makkah. Saya curiga tindakan itu bukan karena suka rela, tetapi lebih karena tuntutan sosial yang mengharuskan orang-orang yang menunaikan ibadah umroh untuk membawa oleh-oleh dari Tanah Suci.
Harus bawa oleh-oleh adalah momok bagi orang yang dapet kesempatan umroh gratis
Lumrahnya, orang yang baru datang dari Tanah Suci Makkah akan diziarahi baik oleh sanak famili, kerabat, atau para tetangga. Saat ziarah itulah biasanya tuan rumah akan menyuguhkan oleh-oleh yang ia dapat saat berada di Tanah Suci.
Kalau yang umrohnya pakai duit sendiri, ya mungkin bawa oleh-oleh udah masuk hitungan. Ada budget buat beli kurma, air zam-zam, atau oleh-oleh lainnya. Tapi kalau umroh gratis, ya beda cerita. Udah syukur bisa berangkat, ini malah disuruh mikirin oleh-oleh!
Perlu diketahui nih, kalau umroh gratis, ya pihak penyelenggara cuma ngurusin biaya akomodasi dan administrasi. Oleh-oleh? Oh, itu urusan kita sendiri. Jadi, kalau administrasi aja dibayarin, duit buat beli oleh-oleh kira-kira mau minta sama siapa? Tuhan langsung, gitu?
Umroh gratis yang seharusnya bikin bahagia, malah jadi stres karena “tradisi” harus bawa oleh-oleh. Jadi kayak berkah yang berubah jadi beban. Entah bagaimana hal ini bisa menjadi aturan tak tertulis sampai sekarang.
Stop nuntut oleh-oleh ke orang yang sedang menunaikan ibadah
Hal pertama yang harus kita sadari adalah, bahwa tujuan orang-orang yang mendapatkan kesempatan umroh, baik jalur pribadi atau gratis, semata-mata buat beribadah. Jangan kita bebani tujuan mulia itu dengan menuntut mereka agar bawa oleh-oleh dari Tanah Suci Makkah. Terlebih kepada orang yang mendapat kesempatan umroh gratis.
Bayangin aja kalau sejak awal seseorang nggak punya biaya buat umroh, dan tiba-tiba mendapat kesempatan umroh gratis. Pada akhirnya ia pasti akan terbebani gara-gara sebuah tuntutan sosial yang mengharuskannya bawa oleh-oleh saat pulang ke Tanah Air. Karena, bisa saja jika nggak bawa oleh-oleh ia akan jadi bahan gunjingan tetangga di sana-sini.
Selain itu, sangat perlu adanya komunikasi sosial antara pihak yang mendapat kesempatan umroh gratis dan masyarakat sekitarnya. Bahwa ia hanya berhak mendapatkan biaya umroh secara administrasi, bukan biaya tambahan buat beli berbagai macam oleh-oleh. Pihak penyelenggara bisa memberi briefing atau sosialisasi soal ini ke peserta umroh gratis, biar mereka nggak terbebani.
Kalau berbagi cuma demi tuntutan sosial, ya udah, mending nggak usah ada umroh gratis deh, kasih aja sumbangan buat anak yatim. Lebih bermanfaat, kan?
Nah, kalian sendiri gimana? Pernah nggak denger cerita begini atau malah ngalamin sendiri?
Penulis: Ahmad Dani Fauzan
Editor: Rizky Prasetya