Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Tuhan Memberimu Akal, tapi Kamu Malah Nyebarin Ikan Nila di Waduk dengan Dalih Pelestarian Alam

Arzha Ali Rahmat oleh Arzha Ali Rahmat
28 Juli 2024
A A
Tuhan Memberimu Akal, tapi Kamu Malah Nyebarin Ikan Nila di Waduk dengan Dalih Pelestarian Alam

Tuhan Memberimu Akal, tapi Kamu Malah Nyebarin Ikan Nila di Waduk dengan Dalih Pelestarian Alam

Share on FacebookShare on Twitter

Ikan nila itu invasif, tapi oleh pemerintah malah disebar di waduk dengan dalih pelestarian alam. Ya Tuhan…

Alam itu isinya banyak, ada hewan, tumbuhan, air, tanah, sampe batu. Semuanya berkolaborasi buat menunjang kehidupan dan menyeimbangkan ekosistem yang ada. Sayangnya ekosistem itu nggak jarang dirusak sama orang-orang sok tahu. Orang-orang yang ngira diri mereka melestarikan alam tapi nyataannya malah ngerusak alam.

Nggak usah ngomongin masyarakat yang buang sampah sembarangan atau pemburu liar. Pemerintah negeri ini aja banyak yang nggak peduli dan nggak paham soal kelestarian alam, kok. Parahnya mereka malah bikin alam tambah rusak dan herannya orang-orang ini malah ditunjuk jadi pemangku peraturan di badan-badan yang harusnya merhatiin alam kayak LHK sama BKSDA.

Ikan invasif lain kok disebarin di waduk

Kalian pasti sering baca berita soal pemerintah yang nyebarin ikan nila di waduk atau danau. Contohnya, di tahun 2023 Pemkot DKI Jakarta menyebar 15,000 benih nila di Waduk Komplek PN Timah. Ada lagi di tahun 2022 BPBD Karanganyar malah menyebar 25,000 ikan nila di Waduk Delingan.

Parahnya, kegiatan penyebaran itu banyak yang dilakukan dengan dalih menjaga ekosistem alam. Gimana caranya menjaga ekosistem alam kalau yang disebar justru ikan invasif yang berpotensi merusak alam dan memusahkan ikan dan biota air lokal? Nggak habis pikir saya.

Padahal kalau mau nyebarin benih ikan bisa dengan cara menyebar ikan lokal. Ikan lokal kita ada banyak kayak lele jawa, ikan tawes, ikan wader, atau ikan baung. Yang mirisnya lagi ikan-ikan lokal itu populasinya mulai menipis gara-gara kalah saing dengan ikan invasif macam nila dan ikan emas yang sering disebar di waduk sama danau.

Betul, ikan nila, emas dan sebagainya emang punya nilai ekonomi yang tinggi. Tapi cara manfaatinnya bukan dilepas ke alam, tapi dengan dibudidaya di kolam penangkaran. Kalo gini caranya ya ucapin selamat tinggal ke ikan-ikan lokal.

Efek penyebaran ikan nila di waduk dan danau

Mungkin efek dari penyebaran ikan nila dan ikan invasif lain nggak akan langsung kerasa. Tapi percayalah, berpuluh-puluh tahun lagi negara ini bisa kena imbasnya. Dan imbasnya juga nggak main-main, ekosistem alam sampai ekonomi bisa bener-bener hancur.

Baca Juga:

Konten tidak tersedia

Hal ini udah kejadian di beberapa negara kayak Australia, Guam, sama Amerika Serikat.

Di negara tetangga kayak Australia kehadiran kucing feral sudah memusnahkan 27 spesies burung dan mamalia di sana. Ular pohon cokelat yang jadi invasif di Guam juga memusnahkan beberapa spesies burung dan mamalia kecil. Terakhir, masalah keong di Amerika Serikat sampai-sampai merugikan petani karena merusak dan membunuh banyak sekali tanaman konsumsi.

Tentunya Indonesia nggak mau bernasib sama kayak mereka kan?

Bayangin aja kalau ikan nila dibiarin berkeliaran di sungai, siap-siap aja lele lokal pada mati gara-gara kalah saing. Tumbuhan air lokal juga bisa mati karena dimakanin terus sama nila. Efek terburuknya ikan-ikan dan biota air lokal bisa musnah dan danau isinya ikan invasif semua.

Hal-hal yang seharusnya dilakuin pemerintah

Kalau ngomongin peraturan tentang hewan invasif sebenarnya udah ada. Salah satunya bisa diliat di Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 19/PERMEN-KP/2020 Tahun 2020 yang berisi sekitar 70 spesies hewan invasif yang membahayakan bagi perairan Indonesia.

Tapi, ya peraturan aja nggak cukup. Harus ada sosialiasi dan pengaplikasian secara nyata. Menurut saya pemerintah bisa terjun langsung ke lapangan dan kasih sosialisasi ke pihak yang kerap berhubungan dengan hewan invasif, contohnya petani. Kasih contoh hewan invasif dan sekalian kasih tahu bahayanya apa, tunjukin secara langsung. Biar mereka tahu kenapa ikan nila itu bahaya, gitu.

Atau bisa juga mencontoh hal yang dilakuin Amerika Setikat. Di sana pemerintah daerahnya sering bikin video edukasi. Isinya tentang jenis hewan invasif, bahayanya bagi lingkungan, sampai cara pencegahannya. Media penyampaiannya lewat mana? Internet luas, bos. Bisa manfaatin medsos macam Facebook, X, Instagram, TikTok, atau Youtube.

Atau kalau bisa kasih sanksi tegas ke orang-orang yang malah melestarikan populasi hewan invasif macam nila. Kalau udah ngomongin hukuman dan sanksi orang-orang paling nggak bakal takut kan?

Idealnya, orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan itu paham tentang bidangnya. Kalo bidangnya ngurusin kelestarian alam ya jangan malah nyebarin ikan nila dan spesies invasif di perairan Indonesia. Ngelepasin ikan itu ada aturannya, nggak asal-asalan. Semua elemen pemerintahan harusnya bersinergi biar hal kayak gitu nggak kejadian lagi.

Saya yakin, pemerintah punya sumber daya yang lebih dari cukup buat melestarikan alam. Cuma pertanyaannya, apakah sumber daya tersebut digunakan dengan baik apa nggak? Apakah orang yang punya wewenang paham dan peduli sama kelestarian alam apa nggak?

Penulis: Arzha Ali Rahmat
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Teror Ikan Predator dan Invasif yang Mengancam Penghuni Sungai Jogja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 Juli 2024 oleh

Tags: ikan invasifikan nilapenyebaran ikanwaduk
Arzha Ali Rahmat

Arzha Ali Rahmat

ArtikelTerkait

Konten tidak tersedia
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.