Tradisi Gebrak Bayi biar Nggak Kagetan Itu Nggak Banget

Tradisi Gebrak Bayi biar Nggak Kagetan Itu Nggak Banget

Tradisi Gebrak Bayi biar Nggak Kagetan Itu Nggak Banget (Pixabay.com)

Belakangan ini ramai menjadi perbincangan warganet perkara sebuah video fyp di TikTok yang menunjukan seorang bayi baru berusia 9 hari lalu dikagetin dengan cara digebrak-gebrak kasurnya. Tradisi gebrak bayi kayak gini emang masih dipegang banyak orang. Untung saja si bayi belum bisa gelut, coba kalau sudah bisa mungkin bisa berujung baku hantam.

Yah, bayangin saja lagi asyik-asyik goleran sambil membayangkan masa dewasa yang cerah menjadi eksmud yang kalau meeting di coffee shop, eh tiba-tiba nggak ada angin nggak ada hujan tempat tidurnya digebrak dengan tenaga super. Jangankan bayi, orang dewasa kalau lagi tiduran digebrak kayak gitu juga nggak hanya kaget, tapi bakalan jantungan juga.

Saya kira tradisi semacam ini sudah sirnah ditelan perkembangan zaman. Namun nyatanya di beberapa daerah khususnya bagi suku Jawa tradisi ini masih berlangsung dan awet hingga saat ini. Tradisi gebrak semacam ini memang dulu sempat populer di daerah saya, katanya hal ini bertujuan agar si bayi kelak tidak kagetan ketika dewasa. Jika zaman dulu saya cukup wajar ya, soalnya edukasi masih sangat minim dan tradisi leluhur itu masih sangat teguh dipegang, tapi untuk zaman modern seperti sekarang ini, kok ya masih ada praktik semacam ini. Apa mereka yang melakukan ritual ini tidak membaca berita tentang seorang bayi yang meninggal dunia akibat kaget karena mendengar suara petasan?

Saya adalah “korban” tradisi gebrak bayi

Bisa dibilang saya juga merupakan salah satu korban yang ketika bayi merasakan tradisi gebrakan semacam itu. Sebenarnya ibu saya merupakan orang yang nggak percaya dengan hal-hal semacam itu dan ibu saya juga tidak setuju jika anaknya digebrak. Namun karena tradisi dan simbah saya merupakan penganut fanatik kepercayaan tersebut, maka mau tak mau saya juga kena gebrakan. Untung saja jantung saya ori buatan Tuhan, coba kalau buatan Cina, bisa jadi jantung saya copot kala itu.

Secara medis apakah tradisi ini berbahaya atau tidak, mungkin saya tidak terlalu fasih secara detailnya dalam bidang ini. Tapi, kemarin ada seorang dokter yang menanggapi atau berkomentar tentang video tersebut. Menurut penuturan sang dokter secara medis pendengaran bayi itu masih belum terlalu bagus dan matang. Sehingga, apabila mendengar sesuatu dengan intensitas frekuensi dan volume yang kencang itu dapat berisiko mengalami kerusakan permanen pada telinga. Efek dari hal tersebut bisa sampai mengakibatkan tuli seumur hidup.

Bayi tak sepenuhnya berdaya

Kalau menurut buku Life Span karya Santrock yang saya baca, bayi yang baru lahir sebenarnya tidak sepenuhnya tidak berdaya, mereka bisa melakukan beberapa macam hal dikarenakan refleks,. Nah, refleks sendiri merupakan reaksi terhadap stimulus, di mana hal ini berguna untuk mengatur gerakan-gerakan bayi secara otomatis dan berada di luar kendalinya. Secara genetis, reflek merupakan mekanisme yang berguna untuk pertahanan hidup. Hal ini memungkinkan bayi merespon secara adaptif terhadap lingkungan sebelum ia memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak.

Kaget atau terkejut sendiri merupakan bagian dari reflek moro. Ini merupakan respons bayi baru lahir yang muncul akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. Biasanya ketika dikageti, bayi baru lahir akan melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya ke belakang, serta merentangkan lengan dan kakinya. Kemudian, ia akan mengatupkan lengan dan kakinya dengan cepat ke tubuh.

Berarti reflek atau kaget pada bayi itu sesuatu yang normal. Justru akan tidak normal jika si bayi tidak kaget atau bereaksi ketika ada stimulus yang diberikan. Hal ini bisa mengindikasi ada yang tidak beres pada pendengaran si bayi.

Jika ada yang bilang digebrak kayak gitu membuat bayi ketika besar tidak kagetan, itu nggak valid sama sekali ya. Toh, nyatanya saya yang ketika bayi kena ospek digebrak, tetap saja jadi manusia kagetan kalau pas dikagetin. Yah, masak orang kalau dikagetin mukanya malah lempeng biasa-biasa saja dan nggak terkejut, ini justru malah aneh dan nggak normal kan ya?

Dasar tradisi ora mashok.

Penulis: Reni Soengkunie
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Tebak-tebakan Jenis Kelamin Bayi Lewat Mitos yang Mashok Ramashok Kudu Mashok!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version