Ternyata, Tidak Semua Orang Suka dengan Aroma Minyak Kayu Putih

Ternyata, Tidak Semua Orang Suka dengan Aroma Minyak Kayu Putih

Beberapa hari terakhir, saya merasa selalu kedinginan saat beraktivitas. Dari pagi hingga malam. Saya merasa wajar karena toh memang sedang musim hujan dan sering kali waktu datangnya hujan tidak bisa ditebak. Karena kurang menjaga kesehatan akhirnya saya merasa nggak enak badan. Selain kedinginan dan meriang, saya juga merasa perut menjadi kembung. Kata kebanyakan orang sih, gejala yang saya rasakan bisa dikategorikan sebagai masuk angin.

Kemudian, banyak rekan kerja yang menyarankan untuk minum air hangat atau teh manis hangat agar kembung berkurang dan badan terasa lebih nyaman untuk beraktivitas. Selain memang saya tetap mengenakan sweater saat bekerja ketika cuaca betul-betul dingin, ditambah hujan deras.

Berbagai cara saya lakukan untuk dapat mempertahankan suhu tubuh agar tetap hangat. Mulai dari minum obat herbal seperti tolak angin, sampai menggunakan koyo. Sebenarnya saya sadar fungsi koyo lebih kepada untuk meredakan rasa nyeri pada tubuh, tapi demi mendapatkan kehangatan yang paripurna, akhirnya saya gunakan di beberapa titik pada anggota tubuh—khususnya di area yang terasa dingin.

Pada kenyataannya, beberapa cara yang sudah dicoba belum ampuh untuk meredam badan saya yang kadung kedinginan. Ada alternatif lain yang belum saya coba, yakni mengoleskan minyak kayu putih. Sebagaimana diketahui, minyak kayu putih dapat memberikan sensasi hangat pada anggota tubuh yang dioles. Dan dengan segera, saya mengoleskan pada area di sekitar perut dan dada, telapak tangan, telinga, juga sedikit pada kaki. Hal tersebut saya lakukan karena sedang berada di kantor. Jika sedang di rumah, ya tinggal rebahan di kasur lalu pakai selimut.

Selanjutnya, yang belum saya ketahui betul adalah, tidak semua orang menyukai aroma minyak kayu putih—beberapa rekan saya di antaranya. Padahal, sebelumnya saya pikir minyak kayu putih memiliki aroma yang menenangkan juga membuat seseorang menjadi rileks. Namun, ternyata pemikiran itu kurang tepat. Ada beberapa orang yang tidak suka dengan aroma minyak kayu putih. Jika bagi saya aromanya bisa mengurangi rasa mual, justru akan berbanding terbalik bagi orang lain—aroma yang dihasilkan bisa membuat mual dan eneg.

Saya yang sudah kadung lekat dengan aroma tersebut dan terhirup oleh beberapa rekan, menjadi pasrah begitu saja dengan kalimat, “Ih, ini siapa yang pakai minyak kayu putih, sih? Nyengat banget aromanya!” Apalagi saya pakai lumayan banyak agar badan yang dingin terasa hangat.

Beragam reaksi yang diberikan bagi saya sangat normal, karena perlu disadari juga bahwa aroma minyak kayu putih selain memiliki ciri khas, terkadang menyengat hidung. Wajar jika banyak orang langsung mengenali aromanya. Berbeda dengan minyak telon yang memiliki aroma lebih ringan bahkan tersedia dalam berbagai varian. Menjadikan minyak telon sebagai alternatif untuk mengurangi kembung sekaligus masuk angin tentu sangat bisa dipertimbangkan, khususnya bagi mereka yang tidak suka aroma minyak kayu putih.

Selain itu, minyak telon atau minyak angin aromaterapi juga memiliki kemasan praktis berbentuk roll-on, jadi tidak perlu repot atau khawatir terlalu banyak menumpahkan cairannya ke telapak tangan atau anggota badan seperti ketika menggunakan minyak kayu putih. Disamping minyak telon maupun minyak angin aromaterapi sama-sama memiliki aroma yang lebih khas dan tidak menyengat. Tapi, itu hanya soal teknis saja, sih. Bagaimana dan efektivitas penggunaannya tergantung kepada masing-masing pengguna.

Untuk berjaga-jaga saat cuaca sedang dingin seperti saat ini, saya tidak ragu untuk membawa minyak kayu putih, bagaimana pun komentar orang di sekitar mengenai aromanya. Bukannya tidak mau menghargai keberadaan mereka, tapi saya pun harus tetap beraktivitas seperti biasanya meski sedang kurang sehat dan kedinginan. Jadi, mengalah dan tahan sebentar aroma dari minyak kayu putih sebentar nggak apa-apa lah, ya.

Bagi kalian yang kurang suka dengan aroma minyak kayu putih, mohon pengertiannya sejenak, agar kami yang sedang kurang sehat bisa dengan tenang menggunakannya tanpa harus mendengar pertanyaan, “Ini siapa yang pakai minyak kayu putih, sih? Nyengat banget aromanya!” Bukannya akan lebih baik jika diganti dengan pertanyaan, “Kamu lagi sakit apa, ada yang perlu dibantu nggak biar kamu bisa lekas sembuh?” Pada dasarnya, nggak semua hal harus ditimpali dengan julid, kan? Memberi perhatian akan jauh lebih baik.

BACA JUGA Ulasan Soal Minyak Angin dan Obat Gosok Tradisional atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version