Keabsahanku sebagai warga Jakarta Timur dipertanyakan saat saya nggak tahu kalau Terminal Kampung Rambutan sudah bersolek sedemikian cantiknya
Jadi warga Jakarta Timur belakangan ini nggak boleh lengah. Meleng dikit, tiba-tiba ada LRT. Tiba-tiba lagi, ada plang setopan Jak Lingko di jalanan depan rumah. Pembangunan infrastruktur transportasi umum terbaru akhirnya sampai juga di wilayah kami yang sering dikatain Jakarta coret ini.
Begitu pula yang terjadi di Terminal Kampung Rambutan. Selama beberapa tahun belakangan, aku jarang ada keperluan di sana. Hanya terkadang nge-drop adikku yang mau ke Malang aja di parkirannya. Mentok-mentok, aku ikut sampai ke ruang tunggu penumpang di lantai dasar.
Hingga akhirnya aku perlu kirim paket ke adikku lewat PO bus. Untuk mengurusnya, aku harus ke lantai dua. Dan ketika itulah aku mempertanyakan keabsahanku sebagai warlok Ciracas. Sebab apa yang kutemui di lantai dua sama sekali tidak seperti yang aku tahu.
Terminal Kampung Rambutan is the Bronx in our hood
Sudah lumrah di Indonesia bahwa terminal bus bisa menjadi tempat yang berbahaya. Tak terkecuali Terminal Kampung Rambutan di Ciracas, Jakarta Timur. Rumah temanku yang hanya 500 meter dari terminal sudah jadi langganan kemalingan. Malingnya nggak pernah ketangkap karena dia bisa langsung kabur jauh hanya dengan naik ke salah satu bus AKAP.
Selain bahaya, juga cenderung kumuh. Pagar tembok sisi samping kawasan terminal banyak yang bobol. Begitu juga dengan pembatas jalan di parkirannya, banyak yang rusak.
Kemudian untuk masuk ke dalam bangunan terminal, sulit menentukan di mana lokasi pintu utamanya. Seumur-umur, aku kalau masuk situ selalu nyempil lewat celah antara kios. Di ruang tunggu, berjajar kursi panjang yang entah sandaran tangan atau sandaran punggungnya sudah somplak sebagian. Yaaa, tipikal lah. Lihat aja terminal di daerahmu. Aku yakin penampakannya nggak beda jauh dari itu.
Ternyata, Bronx kami sudah direnovasi (sebagian)
Penampilan itu aku kira tidak ada bedanya dengan Kampung Rambutan sepuluh tahun lalu, ketika aku pertama kali naik bus AKAP dari sana. Namun ketika aku menjejak lantai dua terminal ini, aku baru sadar bahwa ternyata ada lho yang beda. Lantai dua telah disulap total hingga aku pangling! Terasa seperti lagi di terminal bandara daripada terminal bus.
Ubin putih kinclong serta lighting yang apik membuat lantai ini cerahnya seperti surga. Hawanya sejuk meski cuma ada kipas angin. Itu pun lagi nggak dinyalakan, karena ventilasi yang ada udah cukup bikin sirkulasi udaranya enak.
Puluhan loket tiket berderet di sisi kiri ruangan. Tiap loket dilengkapi dengan monitor yang menampilkan nomor loket dan merek PO. Plang biru bertuliskan “Layanan Pelanggan” serta translate Bahasa Inggris-nya terpasang di tepian atas loket, menempel hingga ke langit-langit. Selain itu, disediakan juga mesin self ticketing, meski belum difungsikan.
Segala proses hingga hasil renovasi ini sama sekali nggak kedengeran beritanya sama circle RT aku. Padahal pemugaran ini selesai hampir dua tahun lalu, tepatnya pada Juni 2023. Bagian yang dipugar hanya lantai dua karena peruntukannya sebagai sentra loket tiket. Katanya supaya ticketing lebih terorganisir dan praktek percaloan dapat makin dihindari.
Iya bagus sih alasannya. Tapi kok malah jadi kontras ya, sama bagian lain dari terminal.
Mau jadi kayak terminal bus di Gangnam
Seperti yang aku bilang, berita renovasi Terminal Kampung Rambutan ini nggak terlalu heboh, jadi aku sulit menemukan info lanjutan (yang gratisan). Hanya kanal berita pemerintahan yang cukup lengkap mengulasnya.
Ternyata, Kampung Rambutan ini secara jangka panjang mau dijadikan tempat peleburan berbagai moda transportasi umum yang lebih baik. Sekarang saja selain bus AKAP juga ada Transjakarta, Jak Lingko, dan LRT. Ke depannya, daerah ini juga bakal kedapetan jalur MRT. Memang saat ini antara terminal bus, stasiun LRT dan halte Transjakarta Kampung Rambutan masih kurang menyatu. Makanya perlu dibenahi lagi. Apalagi kalau nanti ada stasiun MRT juga.
Renovasi ini kabarnya turut dibantu oleh Pemerintah Korea Selatan. Konsep pembangunan dan sistem tata kelola pun diadopsi dari terminal-terminal bus negara produsen drakor itu. Salah satu yang menjadi inspirasinya adalah Terminal Gangnam di Seoul.
Rencana ini sudah sejak 2022 diposting di website Kemenhub. Tapi seperti yang kita lihat, baru secuil yang terealisasi. Entah berapa lama hingga keseluruhan rencana ini bisa kita nikmati hasilnya. Waktu pula yang akan menjawab apakah Kampung Rambutan akan menanggalkan label Bronx-nya untuk menjadi hub transportasi darat yang canggih.
Semuanya tergantung pemimpin yang menjabat. Kalau dapat pemimpin yang bener pasti prosesnya on track. Kalau nggak bener, ya ke laut aja dah rencana yang kompleks ini!
Penulis: Karina Londy
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Fasilitas yang Membuat Terminal Pulo Gebang Terasa Istimewa
