Isi bensin angka ganjil mungkin belum masuk daftar teori konspirasi kelas dunia seperti “pendaratan di bulan itu bohongan” atau “Mark Zuckerberg itu alien,” tapi buat sebagian orang, ini sudah jadi ritual sakral, termasuk saya. Teori ini datang dari pengalaman pribadi dan tentu saja gosip tetangga. Angka ganjil bikin hidup lebih aman dari kemungkinan nakalnya petugas pom bensin.
Mungkin teori ini terdengar seperti teori yang dikarang di grup WhatsApp keluarga. Tapi buat saya masuk akal juga kalau dipikir-pikir.
Dulu, sebelum saya mengilhami teori ini, kalau saya masuk pom bensin, saya akan dengan pede bilang, “Isi Rp100.000, Mbak/Mas.” Angka genap ini jelas mainstream. Saking mainstream-nya, petugas langsung mencet satu tombol aja, dan jreng, bensin masuk. Tapi, masalahnya, ini gampang banget digunakan. Apa benar angka itu menunjukkan bensin yang masuk sesuai? Bagaimana kalau sebenarnya hanya Rp98.000, tapi kita terlalu sibuk mengintip layar HP atau terlalu sibuk nyari dompet untuk menyadarinya?
Nah, di sinilah teori angka ganjil muncul sebagai game-changer. Kalau kamu bilang, “Isi Rp103.000, Mbak/Mas,” petugas nggak bisa cuma modal pencet satu tombol. Mereka harus mencet angka satu-satu. Harus fokus. Harus hati-hati. Sebentar, siapa tahu mereka sambil mikir, Ini orang niat banget sih isi Rp103.000? Kenapa nggak genep Rp100.000 aja? Tapi ya, itulah intinya: bikin mereka nggak punya waktu untuk berpikir macam-macam atau main-main.
Kenapa (harus) isi bensin angka ganjil?
Angka ganjil ini dipercaya sebagai strategi untuk mencegah kecurangan. Dengan angka yang tidak bulat, petugas harus memasukkan nominal secara presisi. Dengan begini, mereka nggak bisa cuma klik satu tombol dan bersantai. Jadi, isi angka ganjil ini semacam “protes kecil” yang bikin mereka lebih berhati-hati dan, setidaknya dalam teori, memastikan bensin yang kamu bayar benar-benar masuk ke tangki kendaraanmu.
Meski teori ini belum terbukti secara ilmiah (dan sejujurnya, siapa yang mau bayar risetnya?), banyak orang yang percaya. Minimal, angka ganjil memberikan efek psikologis. Kita merasa lebih berdaya, lebih aman, dan sedikit lebih pintar dari sistem.
Nah, gimana kalau tetap mau isi angka genap? Toh, ganjil begitu merepotkan.
Ya nggak apa-apa juga sih kalau tetap isi genap. Pasti ada juga orang yang malas ribet. “Ngapain sih repot-repot bikin angka ganjil segala? Hidup udah susah, jangan tambah-tambahin kerjaan!” Tapi buat saya, kalau langkah sekecil ini bisa mengurangi risiko kecurangan, kenapa tidak? Apalagi kalau kamu adalah tipe orang yang menikmati hal-hal kecil yang bikin hidup lebih seru.
Apa teori ini selalu ampuh?
Tentu saja, isi bensin angka ganjil bukan jaminan hidup tanpa masalah. Kalau pom bensin itu benar-benar nakal, mau isi angka ganjil, genap, atau pakai kode rahasia, atau bahkan morse, tetap saja mereka bisa nyari celah. Tapi, buat sebagian orang, langkah ini adalah bentuk usaha. Seperti kata pepatah, lebih baik mencegah daripada menyesal alias yakin usaha sampai.
Seandainya teori ini diterapkan oleh seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, orang-orang ramai-ramai isi bensin dengan angka ganjil, pom bensin mungkin bakal jadi lebih jujur, atau minimal lebih sibuk. Petugas pom bensin harus kerja lebih teliti, dan kita semua merasa sedikit lebih aman—walaupun, jujur saja, ini lebih ke soal sugesti daripada bukti nyata.
Jadi, buat kamu yang belum pernah mencoba, nggak ada salahnya bikin hidup lebih ribet dengan isi bensin angka ganjil. Kalau teori ini ternyata salah, anggap saja kamu sedang mempraktikkan seni membuat hidup lebih seru.
Penulis: Ken Elsaning Savitri
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 7 Hal yang Bisa Dilakukan di SPBU selain Mengisi Bahan Bakar