Telkomsel, Provider Seluler yang Diskriminatif

4 Alasan Wajib Pakai Telkomsel meski Cuma Kartu Cadangan Terminal Mojok Farzand01 Shutterstock

4 Alasan Wajib Pakai Telkomsel meski Cuma Kartu Cadangan (Farzand01/Shutterstock.com)

Padahal masih menggunakan provider yang sama, kok bisa harga paket internetnya beda? Kenapa nggak sama rata saja? Apa yang mendasari perbedaan itu, wahai Telkomsel?

Sebagai sebuah provider yang dibawahi langsung oleh pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN), anggapan bahwa sinyal Telkomsel menjadi yang terbaik di antara provider-provider swasta lainnya menyebar luas di kalangan masyarakat. Sinyal kuat, internet cepat, menjadi idaman semua kawula muda.

Meskipun di rumah dua kakak ipar saya—satu di Ampel, Boyolali dan satu di Tasikmadu, Karanganyar—agak lemot, saya masih tetap setia dan nggak ada sedikitpun niat untuk menggunakan provider lain. Walaupun saat di sana, ya, saya harus luntang-lantung karena handphone saya tidak bisa digunakan untuk apa-apa. Bagaimana ya, hidup tanpa kuota bagai taman tak berbunga~

Kunjungan saya ke rumah dua kakak ipar itu terbilang jarang, paling cuma beberapa kali saja, itu pun jarang menginap. Maka dari itu, saya memutuskan untuk bersabar ketika di sana. Pun, kalau ada hal urgen yang harus segera saya kirimkan dan memerlukan akses internet, ya tinggal minta tethering saja, hehe.

Namun, daripada masalah sinyal yang sepengalaman saya kurang merata, ada hal yang lebih pantas untuk saya suarakan kepada pemilik Telkomsel ini. Saya nggak kenal sama beliau, saya juga belum browsing siapa nama beliau, tapi saya ingin mengeluhkan masalah ini melalui tulisan saja. Siapa tahu, salah satu pembaca kenal dengan beliau dan aspirasi saya dapat didengar secara empat mata.

Masalah yang saya maksud adalah diskriminasi harga. Saya nggak tahu kenapa harga paket internet antara pengguna satu dengan pengguna lainnya berbeda. Tidak dijelaskan secara rinci, apa yang menjadi penyebab perbedaan harga itu. Ketimpangan harga ini saya rasakan, bahkan pada dua nomor Telkomsel milik saya sendiri.

Baca halaman selanjutnya

Harga bisa beda gini gimana ceritanya?

Saat magang kerja di Semarang tahun lalu, saya dari rumah sebenarnya sudah menggunakan kartu Telkomsel. Namun, karena di provider ini kalau kuotanya tiba-tiba habis tanpa sepengetahuan saya—nggak nggagas SMS sih, lebih tepatnya—menyedot sisa pulsa yang mengendap di nomor saya, saya putuskan untuk membeli satu kartu Telkomsel lagi untuk saya pergunakan sebagai sim card khusus kuota internet.

Setelah saya aktifkan kartu tersebut, saya mencoba mengecek harga kuota melalui aplikasi MyTelkomsel. Saya bandingkan dengan kartu lama saya, lah kok harganya sangat mahal, berbeda dengan kartu lama saya yang harganya lebih mendingan. Di kartu lama saya, harga paket internet termurah adalah Combo Sakti 3 GB, harganya nggak sampai Rp30 ribu. Sedangkan di kartu baru, harga paling murah ada di angka Rp50 ribu-an. Mengapa bisa berbeda?

Saya jadi bingung dibuatnya. Kalau saya tetap pada rencana awal untuk menggunakan nomor lawas untuk SMS dan telepon lalu nomor baru untuk kuota internet, ya boncos. Kalau saya balik rencananya dengan menggunakan kartu lawas untuk kuota dan kartu baru untuk sms telepon, ya nanti malah pada nggak mengenali saya saat saya SMS atau telepon, harus perkenalan lagi. Pun, perkenalan saya itu bisa dianggap penipuan yang mengatasnamakan saya. 

Setelah menikah, saya dikejutkan dengan ketimpangan harga paket data yang jaih lebih miris di mata saya. Istri saya yang juga menggunakan Telkomsel sebagai provider internetnya malah mendapatkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan dua kartu milik saya. Harga paket data yang dipatok untuk istri saya adalah Rp15 ribu untuk 4,5 GB. Wasem! Setengah harga yang dipatok ke saya tapi kuotanya lebih banyak satu setengah lali lipat. Ra mashok!

Baru baru ini, sebuah tweet yang dilayangkan melalui akun fess bercuit ingin menanyakan kepada khalayak mengenai perbedaan harga paket data Telkomsel. Kalau mau nonton harga paket orang-orang juga, bisa dipantau di sini. Kebanyakan tweet balasan bernada kesal terhadap harga mahal yang ditawarkan Telkomsel, padahal itu adalah harga promo. Harga aslinya kayak apa ya?

Ada satu balasan yang membuat saya tercengang melihatnya. Seseorang mengirimkan tangkapan layar aplikasi MyTelkomsel di ponselnya yang memperlihatkan bahwa dirinya mendapat kan promo paket data 20 gb hanya dengan Rp33 ribu. Batin saya menangis melihat ini. Bisa-bisanya 20 GB hanya perlu merogoh kocek sesedikit itu? Apa yang membuat orang ini begitu spesial? Anak direktur utama kah?

Buat pengelola Telkomsel, segera beri kami kejelasan mengapa ketimpangan harga ini bisa terjadi. Kenapa tidak bikin sama rata saja? Toh, kita sebagai sesama pengguna sama-sama warga biasa, bukan prioritas atau semacamnya. Jujur, sebagai pelanggan, saya merasa kecewa dengan diskriminasi harga paket data ini. Mentang-mentang sinyalmu kuat (yaiyalah karena BUMN), bukan berarti bisa kayak gini. Plis banget nech.

Penulis: Muhammad Arif Prayoga
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Masa Aktif Telkomsel Memang Menyebalkan! Tapi Tenang, Mojok Punya Solusinya!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version