Teh Gelas vs Teh Bandulan, Mana yang Lebih Unggul?

Teh kemasan cup merupakan salah satu alternatif minuman kemasan yang dapat dibeli dengan harga yang ramah di kantong. Teh kemasan minimalis ini juga mudah ditemui di warung kelontong.

Berbicara soal teh kemasan cup, tentu tidak akan lepas dari satu merek yang cukup merajai khazanah teh kemasan cup, yakni Teh Gelas. Di mana teh tersebut merupakan salah satu produk yang bersaing dengan produk minuman kemasan cup lain seperti Teh Rio, Ale-Ale, Power F, Kopikap, dll.

Namun ternyata, ibu saya kerap menyebut teh kemasan cup sebagai Teh Bandulan. Saya pikir itu hanya istilah. Meski akhirnya saya menemukan fakta bahwa Teh Bandulan merupakan salah satu merek teh kemasan cup. Katanya sih, teh ini boleh dibilang lebih premium daripada teh kemasan cup yang lain.

Baiklah, jika merujuk pada harga ecerannya yang sama-sama Rp1000, saya pun mencoba mengadu secara head to head antara Teh Gelas dan Teh Bandulan: kira-kira mana yang lebih unggul.

#1 Kemasan dan sedotan

Teh Gelas, dalam satu dus berisi 24 cup teh. Namun, entah saya sedang apes atau apa, Teh Gelas yang saya dapatkan justru penyok di bagian bawah cup. Saya masih berhusnuzan, mungkin teh yang saya beli ini adalah teh yang ditumpuk di bagian paling bawah. FYI, Teh Gelas saat ini berisi 170 ml.

Untuk sedotannya sendiri, teh gelas mampu menjawab kegelisahan para pengabdi minuman cup, di mana hanya dengan sekali tusukan, sedotan tersebut bisa langsung menembus tanpa memerlukan banyak “drama”.

Teh Bandulan, dalam satu dus berisi 24 cup teh. Semua cup dalam dus berada dalam kondisi bagus alias tidak ada yang penyok. Dari segi kemasan, Teh Bandulan lebih unggul dengan plastik yang lebih rigid sehingga tidak mudah penyok. FYI, Teh Bandulan saat ini berisi 180 ml.

Untuk sedotannya, ia memiliki diameter sedotan yang lebih besar, meski sedotannya tidak se-rigid teh gelas, tapi sedotan ini mampu menembus tutup cup tanpa “drama”.

#2 Aroma

Teh Gelas, sebenarnya teh kemasan ini menawarkan aroma melati. Namun, aroma ini seperti tercampur dengan perisa sintetik dan pengawet kalium sorbat.

Teh Bandulan, menawarkan aroma bunga melati yang lebih kuat daripada Teh Gelas. Meskipun aromanya agak terganggu dengan aroma lain seperti Sorbat. Teh Bandulan juga mengklaim bahwa produknya mengandung 100% gula asli. Saya menduga hal ini ada benarnya karena wangi dari Teh Bandulan tidak terlalu banyak bercampur dengan unsur kimiawi.

#3 Harga

Teh Gelas, saya membelinya dalam kemasan 1 dus seharga Rp18.000 di warung grosiran. Mungkin tiap daerah harganya bisa berbeda. Di Tokopedia saya menemukan Teh Gelas dibanderol seharga Rp18.500 per dus. Sementara itu, harga eceran yang saya temukan di warung kelontong biasanya dijual seharga Rp1000.

Teh Bandulan, 1 dus teh ini saya dapatkan dengan harga Rp21.000. Di marketplace terkadang harganya bisa lebih mahal dari harga tersebut. Setelah saya tanya bapak-bapak yang punya warung terkait harga ecerannya, blio mengatakan bahwa teh ini tetap dijual seharga Rp1000 tiap cup-nya.

#4 Rasa

Untuk menguji rasa dari kedua teh cup ini, saya menyiapkan 2 cup Teh Gelas dan 2 Cup Teh Bandulan. Di mana salah satu dari kedua merek tersebut saya simpan ke dalam kulkas selama kurang lebih 12 jam.

Teh Gelas, rasa teh yang dihasilkan seperti tertutup oleh perisa, meski ia memiliki tagline “alaminya berikan semua kebaikan”. Namun, hal tersebut seakan dibantah oleh adanya perisa sintetik yang tertulis pada kolom komposisi. Perisa sintetik sendiri memiliki fungsi memperkuat aroma di mana penggunaannya diaplikasikan pada bahan pangan.

Sedangkan untuk Teh Gelas dingin, saya merasakan sensasi segar seperti ketika menenggak teh kothok yang sudah dingin. Namun, terdapat after taste yang agak aneh setelah saya meminumnya. Mungkin after taste ini disebabkan oleh perisa yang terkandung di dalam Teh Gelas.

Teh Bandulan, memunculkan rasa teh yang lebih natural dengan manis yang tidak nyangkut di leher. Hal ini sesuai dengan klaim “100% GULA ASLI” yang tertulis pada kemasannya. FYI saya tidak menemukan tagline yang eye catching dalam teh cup asal Pekalongan ini. Namun, saya menemukan kata “sejak 1933” di mana kalimat tersebut menunjukkan keterangan tentang betapa legend-nya teh ini.

Sedangkan untuk Teh Bandulan dingin, sensasi segarnya mirip dengan Teh Gelas. Namun, tidak ada after taste pahit yang tertinggal. Hanya saja, ketika teh cup ini disajikan dingin, rasa manisnya agak berkurang. Meski demikian, degradasi rasa manis tersebut tidak mengurangi citarasa dari teh ini.

#5 Kesimpulan

Dari segi aroma, rasa, kemasan, dan harga Teh Gelas harus mengakui bahwa Teh Bandulan lebih unggul. Apalagi kedua teh tersebut dibanderol dengan harga eceran yang sama. Keunggulan Teh Bandulan tersebut diperkuat ketika saya mengunggah foto Teh Gelas dan Teh Bandulan di status WhatsApp, hasilnya 3 teman saya memang memilih Teh Bandulan.

Namun, Teh Bandulan sendiri agak sulit ditemukan di warung kelontong. Untuk mendapatkannya, saya harus menuju warung grosir dengan perjalanan mengendarai motor selama 30 menit menuju warung grosiran yang menyediakan Teh Bandulan. Mungkin saja di tempat lain seperti di Pekalongan dan sekitarnya, teh ini akan lebih mudah ditemukan.

Teh ini sendiri rupanya dikenal sebagai teh kemasan cup yang kerap menjadi teh suguhan saat menjamu tamu, arisan, atau hajatan. Hal ini mungkin saja disebabkan karena rasanya lebih natural dan kemasannya yang lebih rigid alias tidak gampang penyok.

Sedangkan Teh Gelas, keberadaannya sangat mudah ditemukan. Apalagi nilai kulakan dari Teh Gelas memang jauh lebih menguntungkan dibandingkan kulakan Teh Bandulan.

Jadi, Teh Bandulan sebaiknya memang dibeli untuk suguhan kepada tamu penting. Kan agak gimana gitu kalau kita hendak memberikan suguhan teh kemasan yang bagian cup-nya penyok. Sedangkan Teh Gelas sebaiknya memang akrab dengan pemilik warung kelontong yang ingin mendapatkan untung lebih banyak dari jualan minuman kemasan cup eceran.

BACA JUGA Rekomendasi Berbagai Merek Teh dan Situasi yang Cocok untuk Menikmatinya atau tulisan Dhimas Raditya Lustiono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version