Andai Jadi Warga Tangerang Selatan, Saya Pasti Sudah Pusing Tujuh Keliling. Mending Resign Jadi Warga Tangsel!

Andai Jadi Warga Tangerang Selatan, Saya Pasti Sudah Pusing Tujuh Keliling. Mending Resign Jadi Warga Tangsel!

Andai Jadi Warga Tangerang Selatan, Saya Pasti Sudah Pusing Tujuh Keliling. Mending Resign Jadi Warga Tangsel! (unsplash.com)

Tangerang Selatan belakangan ini ramai dibicarakan banyak orang. Sialnya, yang dibicarakan dari Tangsel bukan hal-hal baik. Tangerang Selatan mengikuti jejak Depok dan Bekasi menjadi daerah yang diperbicangkan keburukannya oleh khalayak.

Untuk Tangsel sendiri yang dibicarakan adalah remuknya calon kepala daerah yang maju pada pilkada mereka. Iya, ajang pemilihan orang nomor 1 di Tangerang Selatan kali ini cukup panas dengan bumbu-bumbu kontroversi. Setidaknya lebih panas jika dibandingkan dengan edisi-edisi sebelumnya.

Calon wakil walikotanya Marshel

Akhir Mei lalu ketika sedang asyik-asyiknya memperhatikan keributan timeline Twitter, tiba-tiba mata saya terbelalak oleh sebuah twit. Twit itu berasal dari sebuah akun resmi media online dengan isi kurang lebih begini: Marshel Widianto dikabarkan jadi calon walikota Tangsel.

Sejak pertama membaca cuitan tersebut, saya nggak percaya kalau si komika Jakarta Utara nyalon kepala daerah. Saya berprasangka baik bahwa bukan dia yang maju di pilkada Tangsel. Mungkin hanya namanya yang sama.

Setelah membaca berita itu dan mengikuti perkembangan politik hari ini, benar adanya sang komika yang jadi calon wakil walikota Tangerang Selatan. Yang menyampaikan pengusungan Marshel pun bukan orang sembarangan. Adalah Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Harian DPP Partai Gerindra yang langsung menegaskan kabar pencalonan tersebut.

Menanggapi hal itu, reaksi netizen beragam. Kebanyakan yang saya temukan di timeline Twitter sih mengkritik. Tapi, tak sedikit pula yang mendukung majunya Marshel di pilkada kali ini.

Tentu yang paling jadi sorotan adalah komentar dari senior Marshel di dunia Standup Comedy, yaitu Pandji Pragiwaksono. Komika yang memiliki julukan Mr World Tour ini sampai ber-statment bahwa Marshelnya (maaf) goblok, Gerindranya aneh terkait pencalonan rekan seprofesinya. Sebuah pernyataan yang sangat bold sekali.

Terus terang, andai saya jadi warga Tangerang Selatan pasti nggak bakal menolak majunya Marshel di Pilkada. Hanya saja saya belum tentu milih dia, ya. Mengingat rekam jejaknya selama ini kayak gimana di dunia hiburan, kita sudah sama-sama tahulah.

Memilih petahana berarti melanggengkan praktik politik dinasti

“Kalau nggak mau Marshel menang, tinggal pilih lawannya saja, beres toh?”

Secara sekilas itu memang benar. Akan tetapi, dalam dunia politik, nggak semudah itu mengambil keputusan. Masih ada beberapa hal lain yang harus dipertimbangkan.

Terlebih bila kamu melihat sosok petahana di pilkada Tangerang Selatan. Petahana di pilkada Tangsel adalah pasangan Benyamin Davnie dan Pilar Saga Ichsan. Nama Pilar ini yang jadi perhatian netizen.

Pilar Saga Ichsan adalah anak dari Ratu Tatu Chasanah, Bupati Serang dua periode (2016–2021 dan 2021–2024). Ratu Tatu Chasanah memiliki kakak kandung yang bernama Ratu Atut Chosiyah. Buat yang belum tahu, Ratu Atut itu mantan Gubernur Banten yang terkenal dengan dinasti politiknya.

Apabila warga Tangsel memilih petahana, artinya apa? Iya, kamu bisa simpulkan sendiri. Apa saya bilang tadi, nggak semudah itu menentukan pilihan politik bagi warga Tangerang Selatan.

Andai jadi warga Tangerang Selatan, saya pusing tujuh keliling

Bingung, mungkin itu kata yang paling tepat menggambarkan kondisi warga Tangsel sebelum pesta politik tiba. Dari dua calon yang banyak diomongin orang, kok rasa-rasanya belum ada yang mantap di hati. Mau pilih pasangan A, tapi rekam jejak dan kualitas wakilnya kurang meyakinkan. Mau pilih pasangan B, seolah-olah melanggengkan dinasti politik.

Andai jadi warga Tangerang Selatan, saya lebih baik memilih resign. Saya keluar dari Tangsel, kemudian mencari daerah yang calon kepala daerahnya benar-benar serius. Serius secara kualitas, rekam jejak dan keberpihakan kepada rakyat.

Nggak mampu saya menghadapi pilkada yang layaknya permainan. Pasangan yang satu bermain-main dengan popularitas. Pasangan yang lain bermain dinasti-dinastian.

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA BSD City dan Bintaro Jaya, Kota Mandiri di Tangerang Selatan yang Jadi Magnet bagi Kaum Urban.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version