Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Hewani

Tamparan Keras Dari Si Biawak Raksasa

Mutia Rahmah oleh Mutia Rahmah
10 Juli 2019
A A
biawak

biawak

Share on FacebookShare on Twitter

Jangan menilai kejeniusan seekor ikan dari caranya memanjat pohon. Pepatah yang sering didengungkan dalam dunia pendidikan itu tiba-tiba terdengar menggelikan di telinga saya. Bagaimana tidak? Beberapa hari ini, postingan-postingan di media sosial di penuhi oleh meme-meme soal biawak raksasa yang sedang memanjat pagar rumah warga.

Dengan tidak adanya meme yang berseliweran itu pun, saya rasa orang-orang pasti akan tertawa melihat foto biawak raksasa tersebut. Atau setidaknya terbersit kata, “loh, kok bisa?”. Nah, pertanyaan ini juga lah yang berputar di kepala saya. Bagaimana mungkin reptil yang masuk kategori ‘raksasa’ memanjat pagar rumah? Hal ini seolah-olah mematahkan argumen dalam pepatah itu. Walaupun, saya tahu konteksnya sudah jelas berbeda.

Lha, terus kok biawak bisa menampar? Yang ditampar siapa? Oke, jadi begini.

Tiga tahun belakangan ini—saat masih menjadi mahasiswa sampai lulus—saya aktif di sebuah organisasi berbasis lingkungan. Di dalam organisasi itu, para kader ditempa untuk menjadi manusia-manusia yang mengenal serta peduli terhadap lingkungannya. Tidak hanya peduli, kepekaan terhadap keadaan lingkungan—manusia, tumbuhan, hewan, sosial budaya dan komponen abiotik lainnya—menjadi sasaran utama dari kegiatan pengkaderan. Saya pikir di semua organisasi ataupun komunitas yang berbasis lingkungan pasti melakukan hal yang sama.

Dalam proses menjadi kader itu, tentunya kita melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyelamatan terhadap lingkungan. Walaupun akhir-akhir ini saya berpikir kegiatan semacam itu bukan untuk menyelamatkan lingkungan. Lebih besarnya untuk keselamatan manusia. Memang, tak dipungkiri bahwa kegiatan semacam mendaki gunung, mendaur ulang sampah, penanaman pohon atau peringatan dan kampanye soal lingkungan berdampak besar bagi manusia. Lha, memangnya lingkungan itu cuma manusia doang? Hehehe…

Sebagai seorang pegiat lingkungan—sebab dinyatakan lulus dalam ujian kader sebuah organisasi berbasis lingkungan—saya merasa ditampari oleh seekor biawak raksasa yang memanjat pagar. Meskipun hanya melalui foto. Saya juga sebenarnya belum tahu pasti lokasi kejadian ini. Tapi di manapun itu, hal ini cukup membuka mata saya lebar-lebar.

Iya, awalnya saya memang tertawa. Tapi tawa saya berhenti ketika saya mulai kepo soal biawak.  Saya langsung searching segala hal tentang biawak. Mulai dari jenis hingga habitatnya. Nah, di sinilah saya menemukan kejanggalan dalam kasus ini, terutama di fotonya. Bagaimana mungkin seekor biawak raksasa berada di lingkungan yang—terkesan—mewah?

Hasil pencarian saya menyatakan bahwa, habitat hidup biawak berada di daerah yang lembab, tidak jauh dari perairan dan biasanya di hilir sungai. Kalaupun di lingkungan perkotaan, biawak biasanya hidup di gorong-gorong saluran air. Hal ini menegaskan kepada diri saya sendiri—mungkin pembaca juga—bahwa yang saya tertawakan merupakan suatu keganjilan.

Baca Juga:

5 Kuliner Ekstrem yang Bisa Dijumpai di Surabaya

Fenomena ‘Kocheng Oren’ yang Mendadak Menjadi Primadona di Jagat Media Sosial

Keganjilan ini pada akhirnya membuat saya mendapatan beberapa poin dalam melihat kasus ini. Poin pertama yang saya lihat adalah kesalahan yang tentunya dibuat oleh manusia. Kebutuhan manusia yang demikian besarnya terhadap lahan pada akhirnya menghilangkan lahan-lahan yang dimiliki oleh makhluk lain selain manusia. Walaupun sebenarnya, pengambil-alihan lahan oleh manusia banyak yang tidak didasari oleh kebutuhan semata.

Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya sawah-sawah, hutan maupun daerah rawa-rawa disulap menjadi gedung-gedung bertingkat yang dihuni oleh para hantu. Padahal, di satu sisi kita dihadapkan pada kenyataan bahwa banyaknya manusia yang tidak memiliki tempat tinggal. Bahkan banyak yang harus menjadikan kolong jembatan sebagai tempat untuk pulang.

Kita tahu bahwa hewan-hewan tentunya memiliki habitat—tempat hidup—tersendiri untuk keberlangsungan hidupnya. Jika habitatnya sudah tidak memadai untuk keberlangsungan hidupnya, maka hewan-hewan tentu akan mencari habitat lain. Tidak hanya hewan, manusia juga begitu. Nah, sehingga saya berpikiran bahwa biawak raksasa yang hidup di gorong-gorong saluran air, merupakan para korban penggusuran lahan yang dilakukan oleh manusia. Hingga akhirnya mereka terpaksa melakukan proses adaptasi kembali di lingkungan perkotaan sebagai biawak kota. Hahaha..

Kalau sudah begini, apa yang harus dilakukan oleh para pegiat lingkungan? Tidak hanya pegiat lingkungan, sih. Bagi mereka yang sadar bahwa ketidakadilan juga dialami oleh kaum biawak. Sebab selama ini saya menyimak bahwa kaum cebong dan kampret sudah memiliki pendukung masing-masing.

Poin kedua yang saya lihat, sebenarnya melalui pengalaman pribadi yang berkaitan dengan biawak. Kebetulan seorang tetangga saya memiliki kegemaran memelihara reptil dan salah satu peliharaannya adalah biawak. Awalnya saya berpikir hal itu sangat tidak lazim. Sebab yang saya ketahui selama ini bahwa hewan peliharaan tentulah yang sudah umum di masyarakat, seperti anjing, kucing, kelinci dan lainnya.

Suatu hari saya pernah bertanya langsung kepada tetangga saya itu alasan beliau memelihara biawak, ular bahkan iguana. Jawabannya tentu sudah umum didengar, untuk kesenangan. Saya tidak terkejut sama sekali, sebab kesenangan setiap orang berbeda. Tapi pada akhirnya, saya berpikir, apakah klasifikasi jenis-jenis hewan seperti hewan buas, hewan peliharaan, hewan ternak, hewan sirkus, sebenarnya hanya berdasarkan kesenangan manusia semata? Apalagi mengingat bahwa banyak orang ataupun komunitas yang menjadikan hewan yang memiliki habitat jauh dari lingkungan manusia menjadi hewan peliharaan.

Lalu bagaimana dengan biawak yang memanjat pagar rumah? Apakah itu biawak korban penggusuran yang kini menjadi biawak kota? Atau biawak yang sudah menjadi hewan peliharaan yang lucu,imut dan mengemaskan? Saya tidak tahu pasti. Hanya saja saya pikir aksinya memanjat pagar adalah bagian dari pernyataan protesnya kepada manusia. Bagaimana jika aksi protes di kota selanjutnya datang dari para harimau, singa, gajah ataupun monyet? Mungkin akan menjadi tamparan yang lebih keras untuk manusia. Ah, saya merasa sangat hipokrit ketika teringat memiliki label sebagai pegiat lingkungan. Apalagi sebagai manusia.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: biawakbiawak masuk rumahbiawak naik pagarbiawak panjat pagarbiawak viral
Mutia Rahmah

Mutia Rahmah

ArtikelTerkait

kocheng oren

Fenomena ‘Kocheng Oren’ yang Mendadak Menjadi Primadona di Jagat Media Sosial

10 Agustus 2019
5 Kuliner Ekstrem yang Bisa Dijumpai di Surabaya Terminal Mojok

5 Kuliner Ekstrem yang Bisa Dijumpai di Surabaya

10 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.