Taman Sejarah Bandung, Katanya Taman Sejarah, tapi Fasilitasnya Tidak Mendukung

Taman Sejarah Bandung Kurang Fasilitas Pendukung (Unsplash)

Taman Sejarah Bandung Kurang Fasilitas Pendukung (Unsplash)

Di sebelah balai kota, terdapat salah satu taman yang cukup menarik, yaitu Taman Sejarah Bandung. Taman yang katanya mengusung sejarah Bandung era Wiranatakusumah ini lokasinya sangat strategis.

Taman Sejarah yang memiliki luas sekitar 2.600 meter persegi ini menyediakan sarana umum untuk hiburan. Misalnya, di sana banyak tempat duduk untuk nongkrong dan juga kolam sederhana yang biasanya dipakai main oleh anak-anak. 

Selain itu, taman yang terletak di Jalan Aceh No.53, Kecamatan Sumur, menyediakan literatur sejarah. Mulai dari relief sejarah singkat pada masa Wiranatakusumah (gelar dari Raden Aria Adipati semasa menjabat sebagai vupati) serta terdapat 16 stand plastik berjajar yang berisikan gambar wali kota dan informasi singkat mengenainya dari masa ke masa.

Selain itu, Taman Sejarah Bandung ini telah didukung dengan beberapa petugas kebersihan dan tempat sampah di tamannya. Sehingga membuat taman ini tampak sempurna berdiri di tengah kota. Namun, untuk taman dengan label sejarah, tapi kok ya fasilitasnya malah tidak mendukung.

Kolam berisikan air kotor bekas hujan

Sebetulnya bingung juga ketika melihat adanya kolam di Taman Sejarah Bandung ini. Karena tampak kolamnya selalu tidak ada air, fungsinya pun sama sekali tidak berkaitan dengan branding “sejarah”. Ya, mungkin saja ini merupakan upaya pemkot agar anak-anak tidak bosan ketika belajar sejarah.

Tapi mirisnya, ketika berkunjung ke taman ini, kolamnya berisikan air kotor bekas hujan. Lebih miris lagi, banyak anak-anak yang bermain di kolam ini tanpa dihiraukan oleh orang tuanya. Daripada seperti itu terus, lebih baik pemkot mengganti fasilitas kolam ini dengan hal lain berbau sejarah yang menarik untuk anak-anak pelajari.

Literatur sejarah yang terasa kurang 

Sebagaimana yang ditulis di awal, terdapat tulisan berupa relief mengenai sejarah kota pada masa Wiranatakusumah. Tulisan pada relief tersebut sudah cukup menarik karena disediakan juga gambar atau lukisan para pejuang di atas tulisannya. Namun, jika dibandingkan dengan ukuran luas Taman Sejarah Bandung ini, literatur sejarahnya dirasa terlalu sedikit dan hanya ada di satu titik.

Mungkin agar taman sejarah ini bisa lebih terasa manfaatnya, bisa juga dibuatkan fasilitas lain seperti pameran sejarah di taman. Bisa dengan menyediakan poster menarik di beberapa titik lainnya mengenai sejarah Bandung yang warganya saja tidak tahu. Seperti asal usul nama dan sejarah istilah “Bandung Lautan Api”.

Terasa ganjal jika tidak tersedia perpustakaan mini di Taman Sejarah Bandung

Untuk taman tematik yang diberi nama sejarah, tampaknya terasa kurang jika tidak disediakan berbagai literatur mengenai sejarah di dalamnya. Taman Sejarah Bandung bisa saja bekerja sama dengan Disarpus, perpustakaan kota yang letaknya tidak terlalu jauh dari taman, untuk menyediakan gerobak perpustakaan mini. 

Nantinya, banyak warga yang berkunjung tidak hanya mendapatkan hiburan. Mereka juga mendapatkan pengetahuan baru dari literatur sejarah yang ada.

Baiknya jika disediakan pojok baca di Taman Sejarah Bandung

Nah, di dalam taman ini masih banyak area yang nganggur. Baiknya kekosongan tersebut bisa dibuatkan pojok baca, tempat yang didesain nyaman bagi pengunjung untuk membaca. 

Kelak, pojok baca yang diisi dengan literatur sejarah juga dapat menjadi fasilitas yang menunjang taman. Agar ke depannya tidak kehilangan branding-nya sebagai taman wisata edukasi sejarah.

Sebetulnya, Taman Sejarah Bandung ini sudah cukup baik. Misalnya, mulai terawatnya kebersihan, terdapat area nongkrong, dan juga adanya beberapa informasi penting. 

Namun, fasilitas yang tidak mendukung membuat taman sejarah tidak benar-benar menjadi Taman Sejarah Bandung. Ya, mudah-mudahan ke depannya, pemkot bisa lebih memperhatikan fasilitas-fasilitas yang mendukung taman ini menjadi Taman Sejarah Bandung yang berkualitas walaupun aksesnya gratis.

Penulis: Handri Setiadi

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 4 Hal yang Bikin Taman Film Bandung Jadi Nggak Nyaman untuk Dikunjungi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version