Menonton anime bagi beberapa orang yang sok dewasa (yang jumlahnya cukup banyak), hanyalah kegiatan kekanak-kanakan. Bagi mereka, produk dunia hiburan Jepang itu tak lebih dari gambar bergerak yang jauh dari kenyataan dan dipenuhi fantasi jurus-jurus atau kekuatan super–yang kerap diidentikkan dengan kesukaan para bocah.
Nah, untungnya saya punya judul anime dalam bentuk film yang karena saking bagusnya bikin saya yakin bisa diterima oleh mereka yang nggak suka jejepangan. Sambutlah, ini dia Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba The Movie: Mugen Train (2020). Mengapa saya begitu pede demikian? Tentu ada beberapa hal yang melatarbelakanginya. Dan inilah alasannya.
#1 Efek visual yang memanjakan mata penonton
Yup. Garapan studio Ufotable memang dikenal dengan visualisasi yang bikin speechless. Dan, film ini sudah pasti juga demikian. Kalau penonton diibaratkan nasabah bank BCA, film ini secara aspek visual akan jadi satpamnya: melayani dengan apik, membuat nyaman, dan bikin hati adem.
Bahkan sejak scene pembukanya pun sudah bikin saya nge-pause film (nonton di Netflix) buat mengumpat kagum. Adegan di mana Oyakata-sama, pemimpin pasukan pemburu iblis, bersama putrinya mengunjungi petilasan para pejuang itu. Di sana kita diperlihatkan barisan batu nisan, daun-daun tertiup angin, langit cerah dengan visualisasi animasi yang sangat epik. Colour grading-nya pun begitu pas, nyata, dan akan membuat siapa pun berpikir, ini animasi atau live action, ya? Dan, perlu ditulis dengan huruf kapital bahwa: KUALITAS INI ADA DI SEPANJANG FILM!
Berangkat dari sini, tentu mereka yang anti-jejepangan akan lupa bahwa ini tontonan yang tidak mereka suka. Dan dengan itu pula, saya yakin mereka akan terhipnotis dan lanjut sampai film ini berakhir. Apalagi banyak aksi pertarungan dengan jurus-jurusnya yang, sekali lagi, dibalut dengan efek animasi yang menakjubkan.
#2 Isi cerita yang masuk akal
Sebagai informasi, Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba The Movie: Mugen Train sebenarnya lanjutan dari serial anime Kimetsu no Yaiba season pertama. Saat ini, Tanjiro dkk sedang dalam misi menemui Rengoku sang Pilar Api untuk membasmi iblis di dalam sebuah perjalanan kereta api.
Untungnya, meski belum menonton serialnya, siapa pun tetap akan bisa mengikutinya. Sebab, plot Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba The Movie: Mugen Train bergerak pelan mengenalkan kembali karakter, meski tidak mendetail, yang salah satunya melalui flashback. Contoh kasusnya adalah Kamado Tanjiro, karakter protagonis, yang diceritakan kembali bahwa ia kehilangan keluarganya akibat dibantai iblis.
Selain itu, dengan latar belakang di Jepang zaman kuno yang masih sedikit tersentuh dunia modern, tentu kehadiran iblis dan pembasminya ialah hal yang masih masuk akal. Hal ini pun dapat memberi pemahaman pada penonton mengenai gambaran besar dari judul ini.
Namun, yang paling penting yaitu hal tersebut juga dapat dijadikan sebagai alat buat mereka yang nggak suka dengan fantasi khas anime, agar dapat menoleransinya. Maksud saya, kan banyak dari kita masih percaya bahwa di zaman dahulu seorang manusia bisa punya kekuatan supranatural.
Nah, dalam film ini, ada jurus pernapasan yang dapat menghasilkan berbagai elemen alam. Seperti, api, air, angin, maupun listrik yang akan disalurkan ke pedang untuk menebas kepala iblis. Maka, hal ini nggak lagi jadi aneh karena latar belakang film mendukung isinya untuk tetap masuk akal.
#3 Pesan moral untuk mengikhlaskan kehilangan
Life must go on, kata orang bijak. Tapi, ini adalah hal yang susah buat dilakuin. Apalagi kalau kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Nah di Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba The Movie: Mugen Train penonton akan melihat betapa kehilangan sungguh sulit diikhlaskan tapi harus!
Mungkin sudah banyak karya fiksi di dunia ini yang menggambarkan hal serupa. Namun, film ini menekankannya lebih dalam. Sebab, dalam pengaruh kekuatan iblis para penumpang kereta itu dibuat tertidur dan bermimpi tentang hal yang mereka anggap berharga hingga ingin tetap hidup di dalamnya, untuk kemudian dimangsa.
Tanjiro pun, memimpikan kehidupan yang paling berharga, yaitu hidup bersama keluarganya yang telah pergi. Bagaimana ibunya dan adik-adiknya yang lucu masih hidup, seakan kebahagiaan di mimpi itu nyata. Untungnya sih dia segera tersadar dan memutuskan meninggalkan keluarganya. Tentu keputusan yang sangat berat mengingat betapa sedih kehilangan keluarganya, namun kehidupan tetap harus berjalan!
Ini kan dilematis banget sebagai sebuah konsep. Di saat ada kesempatan untuk “memiliki” kembali hal yang berhaga, namun di satu sisi kau harus rela mengikhlaskan demi kebaikan yang sekarang. Jujur, saat bagian ini saya sangat trenyuh dan belajar untuk mengikhlaskan, satu hal yang sulit untuk dilakukan.
Namun, saya sangat teringat perkataan Tanjiro di film ini yang begitu berani dan menyentuh, “Aku sudah kehilangan mereka. Aku tak akan pernah bisa kembali. Tapi, aku akan selalu mengenang mereka semua.” Ya, memang demikian. Apa-apa yang sudah pergi dari kita, sebenarnya masih hidup dalam bentuk lain: kenangan.
Tentu, mengatakannya tak semudah melakukannya. Tapi, dengan melihat bagaimana sikap Tanjiro, saya optimis bisa melakukannya juga jika terjadi pada saya.
Di akhir film pun yang adalah klimaksnya penonton diperlihatkan sekali lagi bagaimana kita harus melewati kehilangan, perpisahan, dan hal-hal menyedihkan melalui adegan… ah nonton sendiri aja, deh!
Pokoknya, Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba The Movie: Mugen Train akan menampar siapa pun yang menilai rendah anime. Bahwa anime pun,
nyatanya banyak mengandung nilai-nilai yang (((dalam))) untuk dijadikan pembelajaran. Jadi, film ini sungguh cocok buat kamu yang nggak suka jejepangan.
Sumber gambar: Viu Indonesia