Ternyata tak hanya warga Indonesia yang kadang kelakuannya norak, akhir-akhir ini Jepang juga dihebohkan dengan kelakuan nyeleneh warganya. Ada video orang Jepang yang iseng menjilat bagian atas botol kecap yang terbuka di restoran sushi terkenal, dan itu dilakukan demi konten yang kemudian disebarkan di media sosial. Waktu mendengar ramai-ramai soal ini saya sedikit kaget lantaran nggak menyangka orang Jepang ada yang norak juga.
Kelakuan norak orang Jepang
Sebenarnya kelakuan norak orang Jepang di restoran sushi itu sudah ada sejak dulu. Bedanya, sekarang dijadikan konten dan disebarkan melalui media sosial.
#Japan‘s ‘Sushi Terrorism’ prank videos on social media spark outrage, sympathy.https://t.co/kAfayq719q
— TIMES NOW (@TimesNow) February 9, 2023
Pada tanggal 1 Februari 2023, perusahaan Akindo Sushiro Co. mengakui kalau video yang beredar di internet Jepang adalah salah satu restorannya, yakni restoran Sushiro Gifu Masaki (Kota Gifu). Video berdurasi sekitar 50 detik itu mulai beredar di Twitter 29 Januari lalu. Dalam video terlihat seorang pelanggan (kira-kira seusia anak SMA) memasukkan tepi cangkir teh yang nggak terpakai ke dalam mulutnya, menjilat bagian atas botol kecap yang terbuka, dan menggosok sepiring sushi yang lewat dengan air liurnya.
Kejadian itu terjadi di restoran sushi conveyor belt. Biasanya, sushi di restoran dengan sistem seperti itu disusun di atas piring yang berbeda warna karena harganya pun berbeda. Pengunjung yang datang bisa bebas mengambil sushi yang ingin dimakan di sini. Restoran sushi seperti ini sangat populer di Jepang karena enak dan harganya terjangkau.
Sejak Januari, video perilaku melecehkan di restoran sushi conveyor belt atau disebut-sebut sebagai “sushi terrorism” itu telah dikonfirmasi satu per satu. Ada juga video pelanggan yang meletakkan wasabi di atas sushi pelanggan lain di restoran Hamazushi dan viral. Kemudian video yang diambil di Kura Sushi dan beredar sejak empat tahun yang lalu. Di Jepang, hal-hal tersebut bisa dianggap sebagai sebuah pelecehan, lho. Sushi terrorism ini telah menyebabkan kegemparan besar di Jepang.
Jadi kontroversi di Negeri Sakura
Akibat video Sushiro ini, harga saham FOOD & LIFE COMPANIES, yang mengoperasikan Sushiro, turun sebanyak 145 yen dari 3.015 yen pada 31 Januari menjadi 2.870 yen pada 1 Februari. Kapitalisasi pasar terhempas hingga 17 miliar yen hanya dalam satu hari. Meskipun harga saham pulih setelah itu, terlihat jelas bahwa harga saham sangat terpengaruh oleh hal tersebut.
Orang Jepang menanggapi kejadian ini dengan beragam. Ada yang kesal, ada pula yang setuju kalau pelaku (meski di bawah umur) tetap harus diproses secara hukum. Selain mengganggu ketertiban umum dan menimbulkan kecemasan lainnya, penanganan yang serius tentu akan memberi efek jera kepada siapa pun yang ingin mencoba membuat konten norak serupa.
Ada juga yang mengatakan kelakuan “sushi terrorism” bisa membahayakan nyawa seseorang. Misalnya, ada pelanggan yang alergi kedelai tetapi tanpa sengaja makan kecap asin atau soyu yang telah ditukar, tentu akan menyebabkan ketidaknyamanan, bahkan bisa jadi menyebabkan kematian, lho.
Lantaran kontroversi ini, orang Jepang juga takut dan khawatir terhadap sterilisasi makanan di dalam restoran sushi. Ada juga yang khawatir wacana kalau jahe gratisan akan dihilangkan atau jumlahnya akan dibagikan secara terbatas untuk pelanggan yang memesan sushi. Pokoknya bakal nggak seleluasa dulu, deh.
Gerak cepat dari pihak terkait
Menanggapi video viral yang beredar di media sosial, Sushiro membersihkan semua cangkir teh di toko dan mengganti semua botol kecap. Mereka pun merilis pernyataan akan berkonsultasi dengan polisi sesegera mungkin dan menangani secara ketat masalah pidana dan perdata.
Meski pelaku dan keluarganya telah meminta maaf, pihak Sushiro diketahui akan mengambil tindakan tegas. Ada juga laporan bahwa jumlah klaim kompensasi dalam kasus perdata bisa mencapai puluhan juta yen. Pihak Sushiro juga mengatakan bahwa mereka tidak dapat memaafkan tindakan yang menyebabkan kecemasan para pelanggan dan orang Jepang sendiri.
Sushiro juga menjelaskan bahwa untuk memesan makanan, penggunaan conveyor belt akan dibatasi dan pelanggan akan diminta menggunakan panel layar sentuh. Jadi, para pelanggan nggak perlu mengambil sushi siap saji di piring yang berjalan di atas conveyor belt dan telah melewati banyak pelanggan lainnya.
Pihak restoran juga akan mempertimbangkan apakah akan kembali ke sistem pelayan restoran yang mengambilkan sushi-nya. Selain itu, akan dipasang juga papan akrilik di antara kursi pelanggan dan conveyor belt untuk melindungi sushi dari kontak pelanggan yang tidak perlu. Cangkir teh dan bumbu juga akan diganti. Dalam pres rilis tersebut, pihak Sushiro juga memohon pengertian semua orang.
Pemerintah sampai turun tangan
Tak hanya berhenti di situ saja, pada tanggal 7 Februari lalu, Tetsuro Nomura, Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, mengatakan dalam konferensi pers bahwa kejadian yang ramai di media sosial ini mempengaruhi industri makanan. Beliau meminta pihak berwajib untuk menangani dengan tegas. Gara-gara konten di restoran sushi tersebut, stasiun TV di Jepang ramai dengan berita itu, lho.
Tidak berlebihan sih kalau pemerintah Jepang sampai turun tangan soal ini. Sebab, kalau dipikir lagi, akibat video yang viral itu bisa saja sektor pariwisata kena dampaknya. Takutnya turis mancanegara yang datang ke Jepang enggan makan sushi gara-gara konten norak yang dilakukan satu orang warga Jepang.
Meskipun terkesan “sepele”, baik publik maupun pemerintah Jepang sangat memikirkan efek ke depannya dan akan menangani kasus serupa dengan sebaik mungkin. Efek jera memang paling baik untuk mencegah kejadian serupa.
Pokoknya, jangan dibandingkan dengan penanganan masalah di negeri Wakanda, deh. Apalagi di Jogja, sudah jelas membahayakan nyawa seseorang, tetap tak ada tanggapan dan solusi serius dari pemerintah. Angel wes angel
Penulis: Primasari N. Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Alasan Orang Jepang Betah Kerja di Indonesia.