Banyak orang yang menganggap semua daerah di Sumatera Barat itu bagian dari Padang. Hal ini sepertinya tidak terjadi ke diri saya saja, tapi semua orang Minang, atau lebih tepatnya orang yang tinggal di Sumatra Barat, jika mereka bepergian ke luar daerah (terutama ke luar pulau).
Jadi ceritanya begini. Dari beberapa kesempatan main-main ke luar daerah, terutama ke Jakarta, Bandung, dan sekitarnya, semua orang yang saya temui pasti menganggap Padang itu adalah nama dari sebuah provinsi. Padahal nama provinsinya ya, Sumatra Barat. Sama juga dengan Jawa Barat, Jawa Tengah, atau Jawa Timur.
Karena saya ke luar daerah itu biasanya diundang atau pengen ikut menghadiri acara festival film dan sebagainya, tentu, orang yang saya temui selalu berbeda. Sebagai manusia yang baik dan benar, saya pun bersosialisasi dengan manusia lain.
Hal-hal yang kita informasikan ketika berkenalan selain nama adalah daerah asal. Jadi saya pun mengatakan kalau saya dari Padang. Nah, saat berkenalan, tidak jarang saya temui orang yang juga memiliki keluarga dekat atau keluarga jauh yang berasal dari Sumatra Barat pula. Biasanya beliau ini bertanya,
“Padangnya di mana?”
Saya jawab, “Di Siteba (nama daerah di Padang, sama seperti misalnya daerah Sadang Serang di Bandung).”
Kemudian dia bilang, “Wah, keluarga saya juga ada di Padang.”
“Wah, kebetulan ya. Emangnya keluarga situ di Padangnya di mana?”
“Di Bukittinggi.”
“Wadaw!”
Sebagai manusia yang baik dan benar, saya jelaskanlah kalau keluarganya si orang ini bukan di Padang. Karena Bukittinggi itu tiga jam loh dari Padang. Jadi kalau saudaranya ada di Bukittinggi berarti konteks pembicaraannya itu provinsi. Hal itu tidak hanya terjadi sekali melainkan sering. Setiap saya bertemu orang baru dan berkenalan, pasti selalu disalah artikan.
Ada lagi nih, orang yang baru kenalan. Anak film yang jam terbangnya udah luar biasa. Nggak usah disebutin namanya deh, pokoknya lumayan terkenal. Awalnya perkenalan biasa sambil ngobrol ngalor ngidul dan bla bla bla. Terus sampailah membicarakan asal daerah.
“Gue dari Padang,” kata saya.
“Oh, Padang. Wah, bisa tuh. Gue akhir bulan besok ada syuting di Padang. Karena sutradara nggak bisa dateng, gue yang gantiin karena jadi asisten sutradara.”
“Bener? Lokasi syutingnya di mana?” Saya jadi tertarik dong, sebagai tuan rumah yang baik mana tahu saya bisa jadi kru tambahan. Ya, paling nggak bantu-bantu lah.
“Di itu, Damasraya sama di Pasaman.”
Onde mande! Begini ya, Bos, dan pembaca sekalian. Padang dan Damasraya itu jaraknya kira-kira empat sampai enam jam menggunakan mobil. Begitu juga dengan Pasaman, sekitar lima jam lah. Bakal mikir panjang juga saya ngeliat syuting situ. Sekali lagi, beliau ini bukan membahas Padang, tapi Sumatra Barat!
Saya hanya jawab, “Boleh…. Boleh,” sambil mencari alasan untuk pergi dan mencari roket dan langsung terbang ke Venus.
Ini sama saja kalau saya bilang ke Anda sekalian, “Kamu tinggal di Semarang?”
“Iya, emang kenapa?”
“Oh, saya pernah tu ke Semarang,”
“Ke mananya? Oh, aku tahu, pasti ngeliat masjid kapal itu ya?”
“Nggak, bukan ke sana, tapi ke Tegal!”
Gimana, kesel nggak? Ya pasti kesel dong. Masalahnya ini kejadian bukan sekali saja, tapi tiap saat. Kalau sekali bisa lah saya jelasin dengan tekun. Tapi kalau sering-sering muntab juga saya dibuatnya. Kalau sudah kesel, paling saya jawab saja dari Minang. Biar maksud saya dan maksud mereka yang bertanya sama persis, setidaknya mendekati, bahwa saya berasal dari Padang-Minang-Sumatra Barat. Jadi komunikasi berjalan dengan sempurna tanpa ada keambiguitasan.
Teman-teman saya dari Padang, yang bepergian, juga mengalami hal yang sama. Biasanya kalau mereka pulang, saya pasti tanya, “Ada orang Padang nggak yang kamu temui di sana?” trus mereka jawab, “Ada, orang Padang… Panjang!”
Untung ada Terminal Mojok yang bisa menampung aspirasi dari segala macam manusia di segala mata angin, jadi apa yang selama ini saya dan teman-teman saya pendam bisa dikeluarkan dengan menyesuaikan kaidah curhat yang baik lagi bersahaja.
Saran saya kepada pembaca, mulailah menghapal provinsi di seluruh Indonesia. Dan cobalah mencari tahu kota-kota apa saja yang ada di dalamnya. Agar komunikasi kita bisa berjalan lancar jaya. Apa ya saya harus menjelaskan geografi Padang seumur hidup saya? Kan nggak.
BACA JUGA Empat Jenis Angkot di Padang dengan Empat Jenis Penumpangnya atau tulisan Muhaimin Nurrizqy lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.