Banyak yang mengatakan hubungan Dilan dan Milea adalah sebuah contoh hubungan yang toxic atau merugikan. Memang, di dalam tiap kata seorang Dilan, terdapat letupan kata-kata yang membuat siapa saja akan tertarik kepadanya. Siapa pun itu, baik itu sang kekasih, Mbak Milea, Bi Eem atau hingga Anhar sekalipun. Namun, yang namanya saling mengekang, itu tidak baik kedepannya.
Dilan dan Milea ini contoh baik perihal pendekatan, namun contoh yang baruk ketika menjalani sebuah hubungan. Baru satu tahun pacaran, hubungan mereka tak ubahnya seperti gim arcade, alias banyak aturan mainnya. Nggak boleh gelut, nggak boleh main sama cewek lain dan perasaan selalu ingin bersama itu sejatinya jalan pintas menuju hubungan yang mematikan.
Padahal, umur-umurnya Dilan, ketimbang memikirkan cara membahagiakan pasangan, lebih asik memikirkan mending main Fatal Fury atau Street Fighter di dindong. Ah, tapi Dilan sudah terlalu keren dari dini. Ketika waktu SMA saya masih berkelumit dengan aduan cupang, Dilan sudah spaneng dengan majalah Tempo miliknya.
Milea pun sama, ada banyak kegiatan ketimbang menangisi pujaan hatinya. Coba bayangkan, seandainya Milea dan Dilan saling cuek-cuek saja namun saling “menjaga”, saya yakin hubungan mereka setidaknya bertahan lebih lama. Dilan dan Milea menurut saya terlalu menggebu di awal dan ngos-ngosan di akhir.
Ya, kebanyakan remaja masa kini mengusung tema percintaan yang sama dengan mereka. Lha wong yang sudah berpikiran ke depan, menyiapkan nama anak dan berkenalan dengan masing-masing keluarga saja bisa kandas, apa lagi yang datang-datang sambil nangis dan ngancam putus. Wah, mereka sudah riweuh sejak awal. Dan semisal mereka berhasil melewati bahtera asmara dan menuju jenjang keluarga, begini kemungkinannya.
Siang dan malam selalu bersama, Milea dan Pidi Baiq bakal repot karena stok gombal Dilan kadung melimpah. Apa pun yang Dilan lakukan di rumah seperti ngurus anak, garuk-garuk punggung, ganti galon hingga benerin genteng ditulis oleh istrinya dan distor ke Ayah Pidi untuk dijadikan novel. Judulnya Dilan: Dia adalah Suamiku 2K20.
Gombalannya bukan hanya “kamu Milea, ya? Aku ramal kita akan bertemu di kantin”. Tapi, gombalannya sudah upgrade versi beta menjadi begini, “kamu istriku, ya? Kalau kamu sudah mbesengut begitu, aku ramal stok kopi sudah habis.” Sisi tengil dan menyenangkan ala Dilan tetap hadir walau wagu.
Milea yang manja dan enak untuk dipandang maupun didengar, tidak lagi melulu berkata “Dilan, aku rindu” seperti yang ia katakan beberapa kali dalam novel. Milea versi emak-emak ini masih enak dipandang dan didengar, tapi kata-kata manjanya berubah menjadi, “Bapake, aku luweee~” karena stok bumbu dapur sudah habis dan mereka belum belanja ke Superindo.
Selama di motor, percakapan mereka bukan hanya berkelumit seputar memilikimu atau mencintaimu saja, tapi menjadi begini:
Hujan rintik-rintik syahdu minta ampun. Motor Dilan bukan lagi RX King karena susah kalau mau kemana-mana sama istrinya. Motor mereka sekarang Supra X 125 warna merah kinyis-kinyis. Dengan memakai helm hitam bonus dari Honda, Dilan bertanya kepada Milea, “cita-cita kamu apa, sih?”
Milea yang nenteng belanjaan isinya brambang bawang pun menjawab, “dulu sih pilot. Kalau kamu?”
“Sudah terwujud,” jawab Dilan. “Kan menikah sama kamu.” Milea pun tersipu dan njiwit perutnya Dilan yang makin buncit karena kebanyakan ngopi dan begadang lembur kerjaan.
Dilan pun kembali mbebeki, “Bandung mah sekarang menyenangkan, ya?”
Milea pun tersipu dan bilang begini, “ah, pasti karena ada aku, kan? Basi ah.”
“Bukan. Tapi semenjak ada Preman Pensiun kita bisa melihat sisi lain dari Bandung,” gombalan Dilan kini alirannya bukan romantis lagi, tapi mengarah ke realistis.
Atau skenarionya diubah menjadi lebih kelam. Sejak pacaran saja hubungan mereka sudah tidak hangat, ketika menikah barangkali hubungan mereka kian rumit. Dengan sedikit berimajinasi, begini sekiranya:
Dilan yang terlalu baik, kala itu bertemu dengan Susi (orang yang dulu naksir Dilan) dalam keadaan hamil, di pinggir jalan dan membutuhkan pertolongan. Dilan pun tanpa berpikir panjang membawa Susi ke rumah sakit dengan Supra X andalannya.
Setelah semua berlalu, Milea tahu bahwa suaminya membantu Susi tanpa bilang kepadanya. Ya, bisa dibayangkan Milea kalau marah seperti apa, bilang kata-kata putus pun enak banget tanpa berpikir panjang. Ini sebenarnya Milea apa Indira Kalistha? Jangan-jangan Milea introvert.
Esoknya, setelah mereka marah besar, Dilan pulang dari kantor dan rumah dalam keadaan gelap gulita. Mengira ia belum bayar token listrik, jebul istrinya sudah tidak ada di rumah. Dilan yang kalang kabut pun menelpon Hans, eh, Anhar, sahabatnya. Anhar pun hanya bilang, “do you still love Milea?” dan telfon pun mati.
Ternyata, Milea kabur dalam kondisi mengandung. Ia jeleh sama Dilan yang menolong Susi tanpa memberitahu dirinya. Milea pergi ke Belanda, membesarkan anaknya. Dilan pun alih-alih menyusul Milea ke Belanda, ia malah menikahi Susi.
Beberapa tahun kemudian, Pidi Baiq menulis buku baru dan difilmkan. Dilan bukan lagi diperankan oleh Iqbaal Ramadhan. Dilan versi ini diperankan oleh Rano Karno dan judulnya menjadi “Dilan Anak Sekolahan”.
BACA JUGA Menghitung Pengeluaran Dilan Selama PDKT dengan Milea atau tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.