Sistem COD di Marketplace Itu Ngerugiin Kurir dan Perlu Dipikir Ulang, deh!

Sistem COD di Marketplace Itu Ngerugiin Kurir dan Perlu Dipikir Ulang, deh! terminal mojok.co

Sistem COD di Marketplace Itu Ngerugiin Kurir dan Perlu Dipikir Ulang, deh! terminal mojok.co

Baru-baru ini netizen dibikin geram dengan kelakuan seorang ibu-ibu yang marah-marah dengan kata-kata yang sungguh kasar ke kurir. Pasalnya, barang yang ia pesan di marketplace dan diantar oleh si kurir ini dianggap tidak sesuai dengan barang yang dipesannya. Mungkin, karena ia kurang memahami bagaimana konsep dalam jual beli di marketplace, ketidaksesuaian yang baginya sungguh menjengkelkan tersebut langsung dilimpahkan ke kurirnya. Si kurir mau tidak mau mendapat caci maki yang sesungguhnya tak pantas ia terima.

Pemahaman soal bagaimana peran platform, penjual, dan kurir bekerja, tampaknya memang belum betul-betul dipahami oleh banyak orang. Mereka mengira kalau beli di platform tersebut, orang yang nganter ya penjualnya langsung. Jadi, kalau komplain ya bisa langsung. Apalagi ada sistem COD yang “bisa bayar di tempat.”

Begitu, kan? Kata-kata bernada yang terus menerus digaungkan dalam iklan yang menyeret Aldebaran (Arya Saloka) dan Andin (Amanda Manopo) sebagai bintangnya? Kalau idolanya saja terus menerus bilang “bisa bayar di tempat”. Wah, kayaknya enak, nih. Pengin belanja bisa dianterin langsung, bayarnya juga langsung. Berarti kalau komplain juga bisa langsung, dong?

Sayangnya, untuk yang terakhir itu adalah kesimpulan pribadi yang tidak dijelantrahkan dalam iklannya. Apa mereka bakal ngoyo membaca setiap ketentuan marketplace dengan saksama dan hati-hati? Hahaha agak sulit berharap banyak akan hal itu. Lha wong, kalau ada kerusakan barang dalam ekspedisi aja yang bakal di-rating jelek malah tokonya, kok.

Marketplacenya sendiri, sih, yang penting masyarakat merasa bahwa belanja online itu mudah. Lebih tepatnya, memang seperti ingin membentuk kebiasaan baru di masyarakat kalau mau belanja enak dan mudah ya melalui online. Soal nanti mereka merasa rugi karena nggak paham-paham amat dengan aturannya. Itu soal nanti. Apalagi, memikirkan kurir yang bakal berhadapan langsung dengan orang-orang semacam ini. Itu urusan ke-616382 yang bakal dipikirkan. Pokoknya marketplace-nya laris manis, ia mendapatkan banyak untung dari setiap “mitranya”.

Selain itu, ada beberapa kondisi lain yang perlu dijadikan pertimbangan untuk tetap menyediakan cara pembayaran dengan sistem COD dalam belanja online.

Satu, seperti yang sudah disinggung di atas, pelanggan yang bayar dengan cara COD ketika merasa nggak cocok, komplain langsung ke kurir. Akhirnya nggak mau bayar dan kurir lagi yang rugi. Kalaupun ia memang bisa mengembalikan barang tersebut ke tokonya, tentu ia rugi tenaga dan waktu. Pasalnya, target pengantaran paket kurir per harinya juga tidak sedikit.

Dua, dulu di awal-awal tersedianya cara pembayaran COD, banyak terjadi paket datang ke rumah tanpa kita memesannya terlebih dulu. Lantaran paket tersebut beralamatkan di rumah kita, mau nggak mau kita harus membayarnya. Kita seolah nggak bisa berkutik dan nggak punya bukti bahwa betul-betul bukan kita yang memesannya. Kejadian iseng-iseng semacam ini, selain merugikan pelanggan yang nggak tahu apa-apa. Hal ini juga dapat ngerugiin kurir yang bisa jadi ketemu sama pelanggan ngotot dan nggak mau mengalah, “Pokoknya nggak mau bayar karena emang merasa nggak pesen.”

Tiga, karena kurang kesadaran orang-orang saat memilih pembayaran dengan COD, banyak yang nggak peduli-peduli amat kapan barang itu bakal dianterin. Maksudnya, nggak sedikit yang milih COD, tapi nggak stay di rumah. Kalau kayak gini, kan, bikin kurirnya bolak-balik datang ke rumah. Lah emangnya, barang yang dianterin cuma punya situ aja? Kalau memang nggak yakin bisa stay di rumah terus, ya tolonglah transaksinya nggak usah pakai sistem bayar di tempat.

Dari tiga kondisi di atas itu saja, tampaknya pembayaran dengan sistem COD memang perlu dipikirkan ulang. Perlu dievaluasi apakah banyak manfaatnya atau mudharatnya. Sudahlah upah kurir nggak seberapa, target kerja gila-gilaan, nggak ada jaminan kerja dan perlindungan hukum. Eh, harus menghadapi risiko-risiko kerugian yang harusnya nggak perlu kayak gini.

Udah capek tenaga dan pikiran. Ini masih harus capek hati dan (bisa jadi) ganti rugi barang yang nggak bisa dibalikin tapi juga nggak mau diterima sama pelanggan. Abot tenan, Lur.

BACA JUGA Saya Member Platinum Shopee dan Malas untuk Checkout di Marketplace Ini Lagi dan tulisan Audian Laili lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version