Sidang Skripsi Mahasiswa UNY Ribetnya Mirip Hajatan, Pantas Saja Disebut Kondangan Akademik

Sidang Skripsi Mahasiswa UNY: Ribetnya Mirip Hajatan, Pantas Saja Disebut “Kondangan Akademik” Mojok.co

Sidang Skripsi Mahasiswa UNY: Ribetnya Mirip Hajatan, Pantas Saja Disebut “Kondangan Akademik” (unsplash.com)

Bulan ini mahasiswa UNY sedang menikmati masa liburan. Tidak ada perkuliahan, kampus seharusnya sepi. Namun, yang terjadi malah kebalikannya. Kampus terlihat lebih meriah dari hari-hari biasa. Maklum saja, sedang ada banyak perayaan sidang skripsi di kampus. 

Sebagian besar mahasiswa akhir sepertinya mengejar sidang skripsi demi bisa mengikuti wisuda bulan depan. Selama seminggu terakhir ini saja, setidaknya saya sudah menghadiri 4 sidang skripsi teman di hari yang berbeda. Senin sampai Jumat saya bolak-balik ke kampus demi itu.

Dugaan saya terkonfirmasi ketika membantu kawan saya mengambil snack dan berita acara. Saat itu, staf Pusat Layanan Akademik (PLA) curcol tipis-tipis, “Banyak sekali yang sidang hari ini, Mbak. Dari pagi sampai sore, ada 15 mahasiswa yang sidang.” Saya cuma bisa tersenyum menanggapi keluhan itu. Tanda mengiyakan dan memahami perasaannya. Bayangkan saja betapa repot PLA di saat seperti ini.  

Sidang skripsi itu akad, wisuda cuma resepsi pelengkap

Momen “gong” mahasiswa akhir itu bukan pada wisuda, tapi sidang skripsinya. Ibarat kata, sidang skripsi itu akad, sementara wisuda cuma jadi resepsinya. Itu mengapa, sidang skripsi punya makna lebih dalam bagi mahasiswa UNY. Selain tegang di ruang ujian, mahasiswa UNY juga menantikan momen selebrasi “sah” yang ditunggu semua orang. 

Momen selebrasi inilah yang kami sebut dengan nama kondangan akademik. Penamaan itu bukan tanpa alasan. Jadi, setiap kali datang ke sidang skripsi kawan, saya sudah pasti bingung menyiapkan bingkisan. Sibuknya mirip seperti saya akan datang ke kondangan seorang kawan. Begitu pula dengan suasananya, ramai dan meriah. 

Itu mengapa, saya sarankan 2 hal untuk kalian mahasiswa UNY yang hendak sidang skripsi, kalian yang hendak menggelar kondangan akademik. Pertama dan paling utama, tentu saja siapkan materi untuk menghadapi dosen. Kedua, siapkan tenaga untuk among tamu kondangan akademikmu. 

Dari sidang skripsi jadi kondangan akademik

Kondangan akademik benar-benar seperti kondangan. Mereka yang punya hajat mesti memeriksa siapa saja yang datang. Lengkap dengan hadiah atau nominal uang yang disumbang. Semua catatan itu untuk apa? Tentu saja untuk balas budi kelak. 

Saya mengalami hal semacam itu lebih dini. Ketika sidang skripsi April lalu, saya melakukan rukun ibadah skripsi. Salah satunya meminta doa di grup kelas dan kepada kawan-kawan lainnya. Harapannya supaya diperlancar urusan sidangnya, tidak berharap yang lain. 

Itu mengapa, saya tidak menyangka kawan-kawan akan datang membawa bingkisan yang beragam. Saya dengan teliti mengingat-ingat apa yang dibawa si A, si B, si C, semuanya deh.

Nah, dari sini saya paham kewajiban selanjutnya. Betul, saya mesti datang ke sidang skripsi mereka sambil membawa ucapan selamat dan bingkisan serupa. Saya tahu, mereka datang tulus untuk mendukung. Tapi, di kehidupan sosial ini yang namanya adab dan aturan tidak tertulis tetap ada kan? 

Saya masih ingat betul. Ketika kembali ke kos, saya capek bukan main. Bukan karena sidang skripsi, tapi karena menjamu tamu. Berdiri di depan banner, menyapa yang datang, tersenyum, salaman, lalu berfoto.

Sebenarnya seremoni semacam itu melelahkan sekali. Namun, saya tidak bisa bohong, ada rasa  bahagia dan haru yang begitu dalam. Perasaan yang saya yakin juga dirasakan oleh pengantin ketika hajatan. 

Jadi ajang reuni dadakan dan pamer pencapaian

Seperti kondangan pada umumnya, momen sidang skripsi jadi ajang reuni bagi mereka yang datang. Setidaknya itulah yang terjadi di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY. Kondangan akademik jadi reuni dadakan dan tidak direncanakan. 

Tidak semua dari kami sudah lulus. Namun, kami sudah jarang bertemu sejak semester 7. Ada yang sibuk dengan KKN, Praktik Kependidikan (PK), dan kegiatan lain. Ya, begitulah mahasiswa tingkat akhir. 

Itu mengapa, momen berkumpul ke sidang skripsi kawan jadi tempat reuni. Seharusnya sih ini jadi saat yang membahagiakan ya. Hingga akhirnya, ada saja orang-orang yang merusak suasana. Mereka yang tidak hanya mengenang masa lalu, tapi juga menampilkan masa depan. Tahukan maksudnya? Iya, mereka yang banyak pamer. 

Saya cuma ikut mendengarkan si A menyampaikan pecapaiannya ke semua orang di situ. Salah satu kawan saya sampai mengeluh, “Males banget datang kondangan akademik, ada si A dan si B. Mereka pamer pencapaiannya ke aku.”

Saya paham sih perasaan kawan saya. Tujuan kami datang itu untuk merayakan yang sedang punya hajatan. Eh, malah jadi ajang unjuk kebolehan dan pencapaian. Kita sebagai tamu undangan tugas untuk ikut memeriahkan dan turut berbahagia. Bukannya malah cari panggung di hajatan orang lain. 

Begitulah situasi perayaan sidang skripsi mahasiswa UNY akhir-akhir ini. Seketika kampus berubah jadi tempat “kondangan akademik”. Belum lagi bumbu pamer pencapaian di ajang reuni dadakan. 

Penulis: Karisma Nur Fitria
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 5 Tempat yang Bikin Alumni UNY seperti Saya Kangen Kuliah Lagi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version