Seret Meminang Vario 125 Gara-gara Fitur CBS dan ISS

honda vario 125 cbs iss fitur baru idling stop sistem rem pakem mojok.co

“Pokoknya saya mau Honda Vario 125 yang ISS warna biru, selain itu nggak mau!” Itulah kalimat terakhir yang terucap dari mulut adik kandung saya sebelum mengurung diri di kamar.

Adik saya tidak sedang berseteru dengan saya, melainkan dengan bapak saya. Intinya bapak saya tidak setuju bila harus membelikan Honda Vario 125. Sepertinya beliau lebih seneng dengan merek lain. Atau mungkin karena harga Honda Vario yang ketinggian buat beliau. Entah!

Aduh bapak ini, seharusnya beliau membelikan kendaraan yang sesuai dengan keinginan anaknya. Kembali lagi, yang bakal memakai setiap hari kan anaknya, bukan bapak? Batin saya, sebab saya tidak berani mengatakan secara langsung, takut kualat sama orang tua. Lagian, Honda Vario 125 bukan produk yang buruk kok.

“Vario itu remnya nggak pakem, menang mahal doang!” Ucap bapak saya dengan lantang tak mau mengalah, seakan disengaja biar adik saya di dalam kamar mendengar ucapan tersebut.

Benarkah rem Vario tidak pakem? Saya langsung mempertanyakan ucapan beliau. Setelah saya ingat-ingat, beliau pernah sekali meminjam motor Vario 125 saya dan dan setelah itu beliau tidak mau memakai motor saya lagi. Menurut saya bukan masalah tidak pakem dah. Memang sistem rem Vario 125 menggunakan Combi Brake System (CBS).

“Sama kayak motormu itu, Win! Tidak pakem remnya, kan?” Tanya bapak saya kepada saya, seakan mencari pembenaran.

Jika pakem diartikan sebagai berhentinya kendaraan dengan seketika begitu tuas rem dimainkan, maka bisa dikatakan rem Vario tidak pakem. Sebab, Vario dengan CBS menggunakan sistem pengereman yang lembut guna menghindari risiko rem ngunci. Hampir mirip dengan ABS, tapi ada bedanya dari cara kerja.

Jika ABS membuang tenaga pengereman ketika terdeteksi selip di masing-masing roda, maka CBS sejak awal langsung membagi tenaga pengereman ke dua arah, yaitu rem depan dan belakang. Jadi tidak aneh bila daya pengereman terkesan kurang pakem. Namanya juga dibagi, kan? Seperti cintamu yang bakalan berasa beda saat dibagi ke lain hati!

Ya elah apaan sih.

Namun menurut saya, pembagian daya pengereman itu bukanlah kelemahan melainkan kelebihan yang tersembunyi. Saya pikir, hanya perlu sedikit penyesuaian maka kita akan terbiasa dengan Combi Break System ini. Bahkan bisa saya katakan, CBS ini cocok sekali untuk pemula yang belum cukup piawai memainkan rem. Seperti adik saya misal, yang baru saja lulus SMP.

Justru teknologi yang dipakai oleh Honda ini perlu diapresiasi, bukan malah dicaci. Saya pikir Honda sangat kreatif dalam mengadopsi teknologi ABS dan EBD pada mobil. Asal tahu saja, CBS ini sekaligus mengadopsi cara kerja EBD pada sistem rem mobil. Yaitu dengan membagi porsi daya pengereman. Daya pengereman roda depan dibuat lebih sedikit daripada rem belakang, sehingga dengan porsi tersebut membuat pengereman Honda Vario sangat aman dan stabil.

Sebagai tambahan informasi saja, pembagian daya pengereman pada EBD dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan karena didukung oleh beberapa sensor yang lebih komplek, sementara CBS tidak. CBS hanya membagi daya pengereman dengan porsi paten, yaitu daya yang dibutuhkan pada trek lurus dan permukaan jalan sewajarnya.

Meski begitu, Honda cukup piawai menentukan porsi tersebut. Terbukti dari jumlah peminat Honda yang tak pernah surut. Bahkan hampir semua produk sepeda motor Honda menggunakan CBS, jika tidak ya ABS di versi highclass-nya. Ini menandakan tidak banyak pengguna Honda yang mengalami masalah dalam pengereman.

Sayangnya, pencinta balap perlu menonaktifkan CBS ini agar bisa lebih percaya diri saat melintas miring di tikungan. Cara menonaktifkannya pun cukup mudah. Hanya melepas satu kabel di tuas rem belakang. Saya pikir adik saya tidak perlu-perlu amat untuk mempermasalahkan sistem remnya Honda Vario 125. Saya yakin dia nggak bakalan kebut-kebutan di jalan.

Seandainya saya menjadi ayah saya, pasti sudah saya penuhi keinginan anak perawan satu-satunya itu. Tapi entah apa yang ada di dalam pikiran beliau sehingga begitu teguh menolak Honda Vario 125 CBS ISS.

Justru menurut saya fitur Idling Stop System (ISS) ini lah yang pelru dipermasalahkan. Saya kira, fitur yang memiliki tujuan untuk menghemat bahan bakar ini kurang efisien karena akan mengakibatkan dampak buruk pada komponen lain. Masa sih?

Cara kerja ISS adalah membuat mesin mati ketika kendaraan diam di suatu titik dengan syarat mesin sudah kondisi idle. Seperti ketika kita sedang di lampu merah, maka untuk menghemat bahan bakar ISS ini akan mematikan mesin sementara. Begitu tuas gas ditarik, maka mesin akan secara otomatis hidup dan siap diajak lari. Sekilas, ini fitur yang sangat berguna dan futuristik. Sugoi!

Sayangnya, lampu merah di kota-kota besar biasanya menyala hampir dua menitan bahkan lebih di jam-jam tertentu. Hal itu tentu akan berakibat buruk pada baterai kendaraan karena saat ISS aktif, lampu kepala akan tetap menyala meski di siang hari. Bayangkan saja lampu menyala dengan mengandalkan daya baterai dalam dua menitan! Daya yang dipakai lumayan banyak.

Apakah dengan begitu bisa membuat awet usia baterai? Bukankah montir Honda juga pernah mengatakan, kalau klakson yang berdaya lebih besar bisa memperpendek usia baterai? Nah, saya pikir keduanya bisa disamakan. Sehingga jika kita memiliki kendaraan yang berfitur ISS, saya sarankan untuk selalu memosisikan switch ISS pada posisi “off” guna menyayangi baterai.

Bahkan terkadang ketika anak saya iseng memencet switch ISS yang ada di sebelah kanan dekat tuas gas, saya langsung mematikannya. Sebab saya pernah kaget, di kemacetan tiba-tiba Vario saya mati. Yang namanya kaget kan pasti panik, padahal dengan menarik tuas gas saja seharusnya sudah bisa nyala.

Untung saja pihak Honda melengkapi lampu indikator berwarna hijau dengan simbol anak panah yang melingkari huruf A untuk fitur ISS ini. Sehingga ketika ISS aktif, kita akan menjumpai lampu tersebut menyala saat berkendara. Jadi nggak perlu panik seperti saya ketika tiba-tiba mesin Honda Vario 125 Anda mati di jalan.

Selain itu, ISS tidak aman untuk orang-orang yang awam dengan dunia otomotif. Sebagai contoh adik saya pernah lupa memutar kontak ke “off” lantaran ketika ia berhenti mesin tiba-tiba mati sendiri ketika ia sibuk mengobrol. Mengetahui mesin sudah mati, ia pun dengan percaya diri menyandarkan motor tanpa mencabut kunci. Untung saja dalam hitungan menit saya mengecek motor, jika tidak pasti baterai Honda Vario saya sudah tekor.

Saya pikir kasus seperti itu bisa menimpa siapa saja, terlebih kepada orang-orang yang tidak peduli terhadap motornya. Mungkin di dalam hati mereka ingin peduli, tapi apalah daya di sekolah tidak pernah diajarkan risiko lupa mencabut kunci kontak.

Meski terbilang nyebelin, fitur ISS ini memiliki daya tarik tersendiri bagi calon pembeli. Sebab dengan kita membeli Honda Vario 125 CBS ISS maka kita akan mendapatkan motor yang lebih keren; mulai dari warna cat motor, stiker dan emblemnya. Saya pikir dengan menambahkan satu juta rupiah, saya tidak akan merasa rugi untuk meminang Honda Vario 125 yang ini.

Kalau bisa sih, ada varian Honda Vario CBS tanpa ISS tapi cat, stiker dan emblemnya elegan seperti halnya yang ISS. Kan lumayan kalau bisa dapat potongan harga gopekan? Hahaha Jadi calon pembeli kok riwil!

“Bujuk adikmu, Win! Bilang Yamaha Freego lebih bagus!” Pinta bapak saya mulai putus asa. Sudah tertebak, pasti bapak ngincer Yamaha. Wah emang kalau sudah fanatik itu syusah!

Sumber gambar: YouTube Ogie Vlogger.

BACA JUGA Masashi Kishimoto Tidak Pernah Salah Menuliskan Jalan Hidup Sakura Haruno dan tulisan Erwin Setiawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version