Seperti Dendam, Utang Harus Dibayar Lunas

dendam

dendam

Siapa yang tak tahu judul salah satu karya Eka Kurniawan yang berjudul Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Yap artikel ini bukan bermaksud menganalisis novel beliau, tapi seperti judul di atas bisa dibilang mengutip salah satu kalimat judul Eka Kurniawan yang saya sedikit diedit disini.

Seperti dendam, utang harus dibayar lunas karena nggak hanya rindu aja yang harus tuntas tapi utang-utangmu juga rek. Bicara soal dunia per-utangan ini nggak bisa lepas dari kehidupan manusia. Lah yah toh kebutuhan setiap orang berbeda, Bahkan ada yang bilang saat pendapatan naik tak jarang utang pun juga naik. Bentuknya juga berbeda-beda nggak hanya secara nyata utang uang tapi juga bisa dalam bentuk kredit barang alias cicilan apapun yang pasti disertai dengan bunga yang terkadang cukup indah besar.

Terlebih lagi mahasiswa yang rata-rata penghasilannya masih dibantu orang tua mau minta ini itu kalau udah gede jadinya agak sungkan nggak sih, apalagi kalau ekonomi keluarga lagi kurang stabil. Solusinya satu, eh dua ding antara kerja sambilan atau yah gitu deh utang ke orang-orang terdekat untuk tetap memenuhi kebutuhannya apalagi yang terbiasa hedon tapi dompet mulai kering.

Bahkan kini tersedia pinjaman online mahasiswa atau cicilan dengan syarat yang cukup mudah yang semakin memudahkan para calon utangers. Di sisi lain ada juga sobat-sobat yang baik hati dan tidak sombong dan berkecukupan yang selalu membantumu uhh. Ini dia yang makin mudah syarat hanya bondo wani dan saling percaya aja kalau ke sesama teman.

Nah karena sesama teman otomatis modal saling percayalah yang pasti. Si yang diutangin percaya pasti balik duitnya dan yang berhutang pasti percaya akan diutangi karena sudah sama-sama percaya terlebih lagi teman atau sahabat sendiri. Tapi, sejujurnya tak seindah itu realitasnya bambank kebanyakan justru kasus utang nggak tuntas bayar atau bahkan ga dibayar adalah berawal dari saling percaya.

Kenapa begitu? Kebanyakan rasa sungkan yang lebih besar daripada ego sendiri. Tiba-tiba lagi butuh-butuhnya dana kepikiran nggak ada duit dan baru inget si A pinjam uang sekian mau nagih tapi sungkan karena teman sendiri, nggak ditagih tapi lagi butuh banget. Simalakama deh, yah seringnya kasus perutangan tak tuntas seperti itu.

Kasus sendiri yang terjadi oleh saya pribadi tapi dalam bentuk per-utangan berbeda hehe. Saya yakin beberapa mahasiswa akan menyambi kerja part time, wirausaha kecil-kecil an atau freelance guna memenuhi kebutuhannya salah satunya jualan pulsa juga. Bisa dibilang jualan pulsa paling mudah sekali dan praktis bagi kami mahasiswa yang seringnya bisa disambi dengan kegiatan apapun. Modal handphone dan beberapa ratus ribu saja.

Tapi dibalik praktis dan mudahnya tersimpan kisah-kisah dunia per-utangan dibaliknya. Walaupun jualannya mudah dan praktis tapi laba dari penjualan pun juga nggak banyak itupun masih diutangin pula hehe. Yah walaupun sebenarnya memang bentuk transaksinya lebih sering “bayar nanti, kalau ketemu” tapi hmm percayalah rasa sungkan yang ada untuk menagih itu terselip di hati saya rek.

Sebenarnya saya sendiri nggak masalah mereka utang berapapun pulsa, atau dibayar kalau ketemu, syukur-syukur kalau langsung ditransfer atau pakai uang elektronik layaknya jaman now seperti ovo dan teman-temannya. Tapi lebih banyak kalau bertemu, karena kelas pasti bertemu dengan yang bersangkutan.

Terkadang yang jadi nelongso adalah saat si utang lupa kalau dia utang pulsa atau bahkan nunda bayarnya. Huhuhu karena bukan sekolah kami selalu berganti kelas otomatis kadang di kelas selanjutnya si dia udah nggak ada.

Nah ini loh  yang jadi kisah pilunya hehe. Yah pertama sejujurnya nagih ke teman sendiri rasa sungkan lebih besar tapi kalau nggak ditagih alias nggak diingetin lah saya mau beli saldo lagi bagaimana. Otomatis laba pun nggak tentu peritungannya hehe. Selain rasa sungkan nagih utang kadang mereka syukur Alhamdulillah ingat dan langsung bayar.

Ehhh kurang seribu, kurang dua ribu, solusinya “Eh kalau ketemu lagi ya” nah sini ketemu lagi kalau dia nya nggak ingat ya mau nggak mau harus ikhlasin. Balik lagi, mau nagih aja sungkan apalagi nagih yang seribu dua ribu perak. Kesannya materialistis sekali tapi sejujurnya wahai teman-teman budiman laba pulsa itu kadang nggak sampai seribu perak kalau ga dibayar tuntas artinya si penjual yah nggak dapat untung.

Begitu deh, maka dari itu tak hanya dendam atau rindu yang wajib dibayar tuntas, utang pun demikian. Saya sendiri tipe orang sebenarnya menghindari utang piutang jika benar-benar tak urgent. Kalau punya utang pun saya selalu berusaha segera melunasi dan yang pasti nggak akan lupa atau pura-pura lupa.

Saya mengerti rasanya diutangin hehe. Maka dari itu untuk yang berutang dihimbau untuk tetap tak lupa dengan kewajibannya membayar tanpa harus ditagih secara halus hehe. Kayak lagunya Maudy Ayunda lah yang judulnya Tahu Diri. Untuk yang diutangin, terberkatilah kalian dengan rasa sabar. (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Exit mobile version