‘Selingkuh atau Diselingkuhi?’ Adalah Pertanyaan Sinting

witing tresno jalaran soko kulino atlet bucin pengalaman selingkuh pacaran dari sudut pandang laki-laki mojok.co

atlet bucin pengalaman selingkuh pacaran dari sudut pandang laki-laki mojok.co

Beberapa waktu lalu, tanpa sengaja saya menyaksikan tayangan hiburan di salah satu stasiun televisi. Namun, gara-gara di tayangan itu ada sosok tokoh komedi yang saya kagumi, Tukul Arwana. Akhirnya saya mencoba menikmati tayangan tersebut. Saya rasa nggak perlu ditutup-tutupi, malah kayak pejabat negara yang suka main sembunyi-sembunyi, acara tayangan itu adalah “Semarak Indosiar”.

Seperti tayangan hiburan televisi di Indonesia pada umumnya, jarang ada informasi yang edukatif dan hanya cenderung menampilkan keglamoran-hedonisme para artis. Nggak semua saluran televisi sih, tapi beberapa begitu. Ya, tayangan itu mencoba mengungkap kehidupan Tukul Arwana dengan kekasih barunya.

Oleh karena sejak awal menonton tayangan itu hanya untuk mencari hiburan dan menyaksikan kelucuan Tukul Arwana, saya nggak menggubris edukatif apa enggaknya. Toh, tayangan itu ditampilkan waktu menjelang tengah malam. Tapi, kalau anak dibawah umur jangan dibiasakan dan dibiarkan menonton tayangan kayak gitu deh, lebih baik nonton film, bahaya kalau terpengaruh obrolan ngawur para pembawa acara.

Seperti sebuah obrolan, pertanyaan pembawa acara itu, nggak tau namanya siapa, membuat saya nggak habis pikir dan kepengin menulis artikel ini. Seperti yang sudah saya bilang, tayangan itu menggali kehidupan asmara Tukul Arwana. Tukul Arwana pada malam itu serasa diteror bertubi-tubi pertanyaan. Hingga pada suatu kesempatan sebuah segmen, ada pertanyaan yang menyerang Tukul “pilih selingkuh atau diselingkuhi?”

Sebagai penonton layar kaca, saya sendiri kaget mendengar pertanyaan itu. Selingkuh atau diselingkuhi? Pertanyaan macam apa ini? Sinting betul yang buat, batin saya. Tukul pun sempat terdiam seribu bahasa karena bingung mau jawab apa. Saya sendiri, yang bukan diberi pertanyaan juga pasti bingung jika berada di posisi Tukul.

Pertanyaan itu kemudian dilempar kepada kekasih Tukul, Meggie Diaz. Kekasihnya pun juga cuman cengar-cengir bingung mau jawab. Tolol ini yang bikin pertanyaan, nggak mikir apa kalau pertanyaan itu nggak berkualitas blas.

Sayang seribu sayang, Tukul akhirnya memutuskan memilih selingkuh. Jawaban Tukul itu disambut riuh bak sebuah tindakan yang heroik. Tolol, batin saya. Kenapa Tukul nggak membantah pertanyaan busuk itu, maksud saya meminta ganti pertanyaan yang lebih rasional. Meskipun hanya hiburan, tapi ya nggak gitu juga konsep hiburanya, Bambank. Saya pun kecewa dengan sikap Tukul yang memilih jawaban selingkuh.

Barangkali kalian juga pernah mendapat pertanyaan semacam itu, bingung nggak? Saya yakin bingung. Tapi, sayangnya dengan pertanyaan itu kita masih berpikir, menimbang, dan mencoba memilih salah satunya. Artinya nggak langsung spontan menolak mentah-mentah pertanyaan itu. Seharusnya sih, lebih baik langsung diabaikan.

Begini, seandainya memilih selingkuh sama halnya membiarkan seseorang bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain. Ketika memilih diselingkuhi sama halnya membiarkan seseorang terjebak dalam kesengsaraan. Lalu, apa gunanya kehidupan di dunia ini yang berusaha menghormati manusia serta kemanusiaan? Artinya jika memilih salah satu dari pilihan pertanyaan itu, menunjukan sikap manusia yang bengis dan sebrengsek-brengseknya.

Pertanyaan yang saya ulas di atas serupa dengan “memilih menindas atau ditindas?”, bukankah di dunia ini kita semua memuja perdamaian? Saya rasa kita akan merasa resah jika terjadi sedikit keributan, kesenjangan, dan ketidakadilan. Kita selalu berusaha memperjuangkan keadilan, dan berusaha meniadakan segala bentuk penindasan. Atau jangan-jangan malah ada yang memilih ingin menindas.

Tapi, entah dengan apa yang dipikirkan oleh para pejabat di atas singgasana, apakah mereka juga memuja perdamaian? Saya rasa tidak, faktanya pelanggaran HAM yang dilakukan aparatur negara masih kerap terjadi, kasus-kasus HAM yang pernah terjadi di masa lalu pun tak pernah dituntaskan. Ah, pertanyaan dari tayangan televisi itu membuat saya meracau ke mana-mana.

Apa tim kreatifnya mentok di pertanyaan itu ya? Kenapa nggak buat pertanyaan “memilih bumi datar atau bumi bulat?” Barangkali Tukul memilih jawaban bumi datar dan kekasihnya memilih bumi bulat, dan akhirnya mereka tak jadi membicarakan kisah asmara meraka di muka publik, yang saya rasa nggak ada urgensinya.

Semoga pertanyaan semacam itu nggak digunakan lagi deh. Masih banyak kok pertanyaan yang bisa digunakan selain pertanyaan yang saya contohkan tadi.

BACA JUGA Gunungkidul Adalah Kawasan yang Menciptakan Romantisme Jogja dan tulisan Nikma Al Kafi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version