Wahai BKN dan Panitia CPNS, Percuma Ada Masa Sanggah CPNS kalau Tidak Transparan!

Wahai BKN dan Panitia CPNS, Percuma Ada Masa Sanggah CPNS kalau Tidak Transparan!

Wahai BKN dan Panitia CPNS, Percuma Ada Masa Sanggah CPNS kalau Tidak Transparan! (Shutterstock.com)

Saya sudah lama menyerah pada segala birokrasi dan program tetek bengek pemerintah negeri ini. Akan tetapi, begitu melihat istri saya semangatnya begitu tinggi sepanjang pengumuman formasi, proses seleksi, dan masa sanggah CPNS BKN tahun 2023-2024 ini, rasanya seperti patah hati melihat jawaban sanggahan yang sangat template dan terkesan tidak serius tanpa penjelasan berarti. Kurang lebih begini kronologi yang kami alami.

Pertama kali istri saya mendapat informasi lowongan CPNS tahun 2023 pada akhir September 2023. Sejak awal, istri saya yang memang memiliki bekal administratif dalam bentuk ijazah S2 memang mengincar formasi CPNS dosen. Formasi tersebut secara kelembagaan berada dalam alokasi Kemdikbud sebagai induk lembaga pemerintah yang mengurusi kepegawaian universitas dan politeknik negeri.

Sebelum memulai proses seleksi, saya sempat mewanti-wanti betapa toksik iklim akademik di kampus negeri. Sebagai mantan dosen kampus swasta, saya tentu merasa khawatir pada kesejahteraan mental istri yang sedang disibukkan dengan dua bocil di bawah lima tahun dalam dua tahun terakhir. Ditambah berita kecurangan seleksi yang sempat ramai tahun lalu, tentang betapa timpang ketidakadilan dalam proses seleksi dosen kampus negeri, apalagi kalau bukan soal peserta seleksi yang menyandang status alumni atau dosen internal non PNS di kampus tersebut.

Kali pertama seleksi CPNS

Ini adalah kali pertama istri saya mencoba peruntungan lewat seleksi CPNS, sehingga dengan berbagai pertimbangan, kami sepakat memilih formasi dosen untuk istri saya di sebuah kampus negeri di Semarang. Kota dan wilayah yang juga memungkinkan bagi saya—seorang buruh pabrik jobclass menengah—untuk pindah apabila istri saya diterima nanti. Banyaknya pilihan industri yang linier dengan keilmuan saya bikin saya mengambil keputusan tersebut.

Sebagai panduan pemula buat kalian yang belum pernah mencoba daftar CPNS, sejak beberapa tahun terakhir, istilah pegawai negeri sipil (PNS) telah digantikan dengan aparatur sipil negara (ASN). Maka jangan kaget kalau segala kanal media sosial dan laman pendaftaran lazim dengan frasa CASN ketimbang CPNS.

Apa bedanya PNS Dosen dengan PNS Lain?

Lebih dari itu, sebagai pembeda dengan formasi CPNS lainnya, seleksi dosen kampus negeri memberi syarat dengan tahapan khusus berupa microteaching. Semacam praktik mengajar yang menurut saya sungguh unfaedah. Sebab, tidak ada arahan dan standar yang transparan. Malah terang-terangan diakui oleh banyak pendaftar, bahwa proses dan tata caranya kayak suka-suka pimpinan dan dosen kampus tujuannya saja.

Untuk memahami konteksnya, saya perlu menjelaskan panjang dan terjalnya jalan menuju dosen PNS, dan mungkin seleksi CPNS pada umumnya. Pertama, kamu diharuskan membuat akun baru pada laman SSCASN yang dikelola oleh BKN. Kalau beruntung, kamu hanya akan mengalami sekali dua kendala teknis dalam hal sukarnya laman BKN diakses dengan kecepatan internet prabayar khas kuota rakyat jelata macam kita.

Kedua, kamu akan diminta mengunggah seabrek berkas administratif. Dari yang berhubungan dengan bukti keilmuan dan riwayat pendidikan, dalam bentuk ijazah dan transkrip. Hingga surat lamaran dan surat pernyataan yang wajib menggunakan e-meterai via website pihak ketiga lainnya dengan server yang jelas tidak mumpuni. Klop, banget.

Digitalisasi E-Meterai yang ribet

Sebagai gambaran, surat pernyataan dan surat lamaran yang diunggah istri saya sekitar jam enam pagi pada website skill academy hampir seharian dalam antrian dan barulah dapat diunduh dengan e-meterai terbubuh pada sore harinya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana proses yang dilalui putra putri terbaik negeri yang tinggal jauh dari ibu kota.

Sekadar mendapatkan sinyal internet saja butuh perjalanan puluhan kilometer. Malahan harus ditambah beban mengunggah surat bertanda tangan basah hanya demi e-meterai. Sungguh syarat yang absurd bukan? Kalau harus tanda tangan basah, kenapa nggak pakai meterai biasa? Kalau ujung-ujungnya harus upload surat bertanda tangan basah yang mesti melewati tahap scan digital, apa fungsinya keharusan e-meterai?

Ini saya nggak mengada-ada lho. Proses seleksi CPNS kali ini nggak boleh pakai meterai 10000 biasa, harus pakai e-meterai. Sudah harga meterai naik dari 6000 menjadi 10000, dibebani pula dengan digitalisasi tanpa esensi dan tanpa pertimbangan keadilan pada pendaftar di wilayah negara kepulauan ini. Saya mengakui, sebagai penduduk Jakarta, Jawa, dan wilayah di sekitar ibu kota provinsi lainnya, kami semua bahkan sudah menang. Sesederhana urusan sinyal dan kecepatan internet selama proses seleksi PNS saja, kami sudah menang jauh.

Enam tahapan seleksi CPNS yang berlapis

Itu baru urusan administratif. Kalau lolos seleksi administratif, kamu akan dihadapkan dengan dua seleksi besar yang masing-masing memiliki tiga cabang. Pertama, Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dengan rincian berupa Tes Intelegensi Umum (TIU), Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP). Ketiga-tiganya merupakan tes Computer Assisted Test (CAT), yang mana harus dikerjakan di depan komputer yang disediakan panitia pada lokasi yang telah ditunjuk.

Kedua, Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) dengan rincian berupa tes Wawancara, tes Microteaching, dan tes SKB CAT. Tes Wawancara dan Microteaching dilangsungkan via Zoom dengan durasi yang amat terbatas. Kedua tes tersebut berdurasi tidak lebih dari 30 menit. Bahkan waktu yang diberikan untuk presentasi dalam microteaching hanya diperbolehkan maksimal lima menit.

Wawancara dan microteaching rawan manipulasi

Lebih dari itu, tidak ada batasan atau standar khusus dalam presentasi yang mesti disampaikan saat microteaching. Istri saya menyampaikan materi presentasi dengan materi awal kuliah tentang teknologi lemak dan minyak. Tentunya setelah meminta saran dan pengalaman pada teman lamanya yang tahun sebelumnya lolos dosen CPNS.

Saat kesempatan tes microteaching itu, malahan istri saya disindir tentang mengapa tidak presentasi tentang riset tesis S2. Kayak nyari-nyari kekurangan aja nggak sih? Sebenarnya istri saya juga sudah menyiapkan pembahasan secara verbal tentang topik tesisnya. Tetapi karena waktunya amat terbatas, tentunya ada skala prioritas pada konten materi microteaching yang dipresentasikan.

Pada akhirnya, lewat pengumuman nilai realtime yang bisa dilihat secara terbuka secara online, istri saya mendapatkan nilai 16. Hasil yang masuk dalam kategori rendah menurut kami. Rincian nilai yang dapat dilihat secara online ini juga kami gunakan sebagai sarana perbandingan detail antara pendaftar CPNS lain yang menjadi saingan istri saya.

Nilai SKB gaib

Fast forward pada hasil pengumuman pra masa sanggah CPNS, betapa kagetnya kami bahwa nilai istri saya berada di ranking delapan. Padahal ada tujuh formasi yang dialokasikan untuk kampus tersebut. Lebih dari itu, nilai yang ditunjukkan tidak sepenuhnya transparan. Rincian nilai yang ada hanyalah nilai SKD (TKW, TIU, TKP), sementara nilai SKB tidak ditunjukkan perinciannya.

Nilai SKB istri saya hanya ditampilkan sebesar 68,0. Sedangkan menurut catatan kami, rincian nilai CAT SKB istri saya adalah 264, nilai Wawancara 19,5, dan nilai Microteaching 16,0. Jadi, 68,0 itu dari mana? Pada dokumen Kemdikbud dengan nomor 43349/A.A3/KP.01.01/2023 tentang SKB disebutkan bahwa bobot nilai CAT SKB, Wawancara, dan Microteaching adalah 60:20:20. Kami hitung tambah kurang bagi berulang kali pun tetap tidak ketemu bagaimana nilai 264, 19,5 dan 16, bisa jadi 68.

Keyakinan atas rincian itulah yang kami jadikan dasar melakukan sanggahan terhadap hasil pengumuman seleksi CASN 2023. Sebagai informasi sanggahan hanya dapat dilakukan lewat website pendaftaran dengan masa sanggah 3 hari. Dan pada hari pertama, istri saya tidak bisa login pada tampilan normal akun pendaftarannya. Hanya disajikan notifikasi galat tanpa penjelasan apa-apa.

Jawaban sanggah CPNS yang nirempati

Selain itu, sanggahan juga hanya dibatasi sebanyak 250 karakter termasuk spasi. Bukan kata lho, karakter. Ini sanggahan tes PNS lho, bukan lomba quote di hape Nokia jadul yang dikirim lewat SMS. Media lain yang bisa kami upload hanyalah file image dengan maksimal ukuran 1 MB. Penjelasan sanggahan komprehensif seperti apa yang bisa diharapkan dengan pembatasan nggak masuk akal tersebut?

Dalam catatan kami, pelamar lain yang menempati peringkat tujuh memiliki nilai CAT SKB CAT 242, tes Wawancara 23,5 dan tes Microteaching 14,5. Kalau bobot nilainya 60:20:20, mau dihitung berapa kalipun mestinya istri saya tetap menang banyak dengan keunggulan nilai CAT SKB dan Microteaching.

Sayang bukan kepalang. Sanggahan dengan catatan nilai hasil perincian kami, bukannya dibalas dengan penjelasan terang benderang berisi buka-bukaan rincian semua nilai dan rumus perhitungannya, malahan mendapat jawaban template nirempati. Jawaban sanggahan kami word by word hanyalah “sanggahan anda tidak bisa diterima karena perhitungan nilai yang benar sudah terlampir pada pengumuman nomor 0979/A.A3/KP.01.01/2024 yang tertera pada halaman pengumuman.”

Lemas istri saya membaca jawaban sanggahan yang sangat tidak transparan itu. Meskipun demikian, saya bangga karena sebagai ibu muda dengan dua anak balita, istri saya mampu menyelesaikan enam tahap seleksi berlapis tes PNS tahun 2023 yang lalu. Saya lega karena lewat perjuangan dan rentetan tes PNS itu, ibu dari anak-anak saya terbukti menjadi perempuan yang mandiri dengan bekal mental dan intelegensi yang mumpuni.

Tapi ya, sistemnya kayak gini. Buat apa anak negeri ini berprestasi kalau musuhnya adalah sistem yang modelnya kayak gini?

Penulis: Adi Sutakwa
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Saya Ikut CPNS 2021 sampai Tahap Akhir agar Tahu Sesulit Apa Jadi PNS

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version