Selain Tetap Keren, Menjadi Cowok Botak Ternyata Memuluskan Jalan Menuju Surga

botak MOJOK.CO

botak MOJOK.CO

Dilihat dari segi keren dan tidak keren, Nyatanya cowok botak jelas kalah saing dengan cowok gondrong. Hal paling sederhana bisa dilihat ketika kalian mengetikkan kata gondrong di Instagram.

Hasil pencarian yang muncul adalah akun-akun yang mengapresiasi cowek gondrong di luar sana. Sebaliknya, coba ketik kata botak. Mana ada yang memuja kebotakan. Yang muncul malah akun penjual obat penumbuh rambut. Maka, segi pamor dan tingkat kekerenan, cowok gondrong lebih unggul dari cowok botak.

Selain itu, stereotip cowok botak dan gondrong jelas beda. Jika gondrong identik dengan perlawanan dan progresif, botak identik dengan penyakit. Coba sekarang ketik kata botak di Google.

Selama pandemi ini, saya mencoba menjadi cowok botak seutuhnya. Dan selama saya botak, respons publik (teman-teman, tukang cukur langganan, orang tua, dan keluarga besar) terhadap saya memang se-astagfirullah yang saya duga.

Mereka semua melihat saya seperti entitas yang aneh. Tukang cukur sampai nanya saya lima kali guna memastikan apakah memang benar-benar rambut saya mau dicukur habis. Setelah pulang, orang tua saya tertawa seiring seirama melihat anaknya tiba-tiba berpenampilan seperti Andy F. Noya. Bahkan saat Lebaran kemarin, teman-teman saya dan keluarga besar kompak bersatu menertawakan tampilan kepala saya saat video call.

Yah, setidaknya ada sisi positifnya, kok. Misalnya begini. Cowok gondrong sering dipandang sebelah mata oleh ibu-ibu, apalagi calon mertua. Nah, kalau cowok botak, bakal dipandang pakai dua mata, plus tawa bahagia lagi.

Contohnya Ibu saya. Sejak saya botak, Ibu jadi lebih bahagia. Setiap melihat saya, Ia tersenyum bahkan ketawa-ketawa. Tentu ini sesuatu yang baik, jalan menuju surga sepertinya tidak terjal-terjal amat.

Jika bicara populasi dan pencapaiannya di dunia ini, kalian yang botak sebenarnya tidak perlu minder. Banyak cowok botak sukses yang bisa kalian jadikan referensi kalau-kalau diremehkan secara kebablasan.

Misal ada yang bilang begini.

“Ngapain sih kamu botak, nggak keren!”

Tentu kalian bisa membela diri dengan mengatakan bahwa Julius Caesar saja bisa membuat Cleopatra klepek-klepek dalam kondisi dirinya yang botak. Walaupun berbagai usaha telah Ia coba untuk menutupi kebotakannya, tetap saja ia adalah pria botak yang bisa mendapatkan cewek secantik Cleopatra.

Sejarah sepertinya tidak kejam-kejam amat menyoal percintaan cowok tanpa rambut. Apalagi menurut Albert E. Mannes dari Universitas Pennsylvania. Albert mengatakan bahwa aura kewibaan cowok botak naik 13 persen daripada cowok yang tidak botak. This! Botak is the real man.

Berikutnya kalian bisa menyumpalkan sejarah kegemilangan cowok botak kepada orang-orang yang meremehkan kalian dengan sedikit bercerita soal betapa gemilangnya cowok botak dalam bidang filsafat, sains, kepenulisan, hingga kepahlawanan. Tengok tuh Socrates, Napoleon, Aristoteles, Gandhi, Einstein, Darwin, Churchill, Shakespeare, dan Hippocrates.

Masih bilang cowok botak nggak keren? Kurang gentle dan keren apalagi Dwayne Jhonson, Jason Statham, Bruce Willis, Vin Diesel, Indro Warkop DKI, Opie kumis, Haji Bolot, sampai Deddy Corbuzier, hah?

Kalau begitu apa alasan saya mau berbotak ria?

Gimana ya, biar dikira Albert Einstein? Sepertinya bukan begitu. Fisika saya sering remedial, jadi untuk memahami rumus kenapa bak bocor di rumah si Alexander saja saya sering kesulitan. Apalagi memecahkan teori relativitas.

Biar dikira seperti Deddy Corbuzier agar dicap smart people? Saya masih percaya bahwa Bill Gates bukan elite global dan saya benci teori konspirasi. Jauh ah, saya sepertinya stupid people sejak dalam pikiran.

Ada berbagai hal yang mungkin sulit kamu terima tapi menjadi alasan saya memilih untuk menjadi cowok kepala mulus.

Yang paling sederhana, botak itu adem. Sumpah, coba kamu botak, kepalamu auto dingin. Ditambah lagi saat saya botak, saya sering dikira Ahmad Dhani atau Syekh Puji. Hmm, melihat rekam jejak mereka berdua yang mentereng dalam urusan cinta memang membuat saya agak bangga menjadi cowok botak. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, tenyata saya nggak perlu geer dimirip-miripin sama Ahmad Dhani dan Syekh Puji. Soalnya walau saya sudah botak, saya masih jomblo.

Di zaman sekarang, cowok botak kesannya memang tidak buruk namun masih sering dipandang layaknya badut aneh. Memang tidak banyak anak muda yang senang menjadi cowok botak. Namun jika sudah botak, ada kesan maskulin yang memancar.

Konon katanya, cowok botak itu seksi di mata para cewek. Saya mau ngetes, siapa tahu, ketika botak saya bisa dapat cewek secantik Cleopatra. Siapa tau yakan.

Sebagai anak muda yang sedang menikmati kebotakan. Saya juga ingin menunjukkan bahwa botak tidak hanya milik golongan tua. Sebagai generasi millenial, botak bukan sebuah dosa dan aib. Kalau ada kalimat mengatakan yang muda yang berkarya, saya ingin mengubahnya menjadi yang muda yang botak. Jadi tidak melulu ada pandangan bahwa yang tua yang botak. Perlu ada keseimbangan kebotakan antara golongan tua dan golongan muda.

Ideologi cowok botak juga tidak seekstrem cowok gondrong yang identik dengan perlawanan. Ideologi cowok botak justru sebaliknya. Perdamaian dan kebahagiaan.

Bahwa dengan menjadi botak, di situ ada kebahagiaan yang disebarkan kepada sekitar. Ada aura positif yang coba disalurkan kepada sesama. Tengok saja Dalai Lama dan Gandhi atau kalau kamu suka nonton Avatar The Legend of Aang, lihat kepalanya si Aang. Botak adalah simbol kedamaian.

Terakhir, dengan menjadi cowok botak, kamu pasti akan ditanya soal botak dan gundul apa bedanya. Jika kamu tidak tahu bedanya, itu menjadi pertanda bahwa kamu memang harus terus belajar. Sebuah simbol yang menunjukkan bahwa cowok botak itu haus akan ilmu. Subhanallah.

BACA JUGA Perspektif Orang Ketiga dalam Prahara Rumah Tangga Orang Lain dan tulisan M. Farid Hermawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version