Sebelum Menjelajah Steam, Sebaiknya Pertimbangkan 3 Hal Ini

blokir gim voucher game online mending rakit pc steam dark souls III genre game menebak kepribadian dota 2 steam esports fall guys mojok

steam dark souls III genre game menebak kepribadian dota 2 steam esports fall guys mojok

Steam adalah platform yang menyediakan ribuan game yang bisa Anda beli dan unduh secara gratis untuk dimainkan. Kesuksesan Valve yang merevolusi rilisan fisik ke digital mengubah dunia gim. Hampir mustahil menemukan gamer yang tidak menginstal Steam di computer dan hapenya.

Saking banyaknya gim di Steam, kita akan punya masalah dalam memilih gim mana yang akan dimainkan. Ketika hati mantap membeli gim A, tiba-tiba gim B muncul dan membuat iman kita goyah. Ketika mantap membeli gim C, eh gim F jebul diskon. Dasar Valve kapitalis komunis huh.

Menjamurnya Steam mengungkapkan masalah baru dalam dunia gim. Terutama untuk gamer Indonesia. Akan saya jelaskan di bawah.

Bagi gamer-gamer di Indonesia, hobi bermain video gim selalu dihantui oleh dua perkara, yakni akses dan harga. Dengan unduhan yang sudah mencapai angka ratusan giga, internet kita tidak cukup tangguh untuk menanganinya. Belum lagi masalah lag. Siapa sih yang tidak nguring-nguring kalau tiba-tiba disconnect? Apalagi, gim-gim ini dipagari dengan harga selangit yang bikin dompet serta bini kita menjerit.

Baiklah, Menkominfo kita bukan lagi Tiffatul Sembiring. Kita tidak lagi dihantui jargon, “internet cepat buat apa?” Jadi untuk masalah akses, kita masih bisa optimis. Namun, untuk masalah kedua, kita tidak mungkin mengandalkan pemerintah, lha wong rupiah bisa longsor kapan saja.

Untuk memberi konteks terhadap masalah harga, saya kasih contoh gim Flight Simulator, gim next-gen.

Gim next gen biasanya dibanderol dengan harga 800 ribu rupiah. Itu juga tergantung pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sementara itu, gim-gim saat ini rata-rata menuntut gamer untuk merogoh kocek sedalam 600 ribu rupiah. Dengan hitung-hitungan kasar, kita berasumsi bahwa gim-gim 10 tahun ke depan kurang lebih 30% lebih mahal dari gim-gim saat ini. Banyak analis yang memperkirakan kenaikan ini bahkan bisa mencapai angka 40-50%.

Sudahkah kita siap untuk hidup hanya dengan satu ginjal, Yang Mulia?

Tentu dengan harga 800 ribu, kita tidak ingin gim-gim yang kita beli berujung kekecewaan. Perlu diingat, harga segitu belum jadi jaminan kalau kita betah berlama-lama untuk memainkannya. Karena itu, wahai gamer, perlu strategi dan rencana matang sebelum memboyong gim-gim teranyar masuk ke dalam jajaran library Steam kalian. Caranya? Pertama-tama kita pertimbangkan dulu hal-hal berikut ini.

Selera

Selera gamer Indonesia itu gampang ditebak: grafis menawan. Jika kalian masih mengamini bahwa grafis di atas segalanya, segera renungi baik-baik adanya fakta bahwa Minecraft adalah salah satu gim tersukses sepanjang masa dan kita tahu sendiri gambarnya kayak gimana.

Kesuksesan Minecraft membuktikan kualitas tidak melulu soal grafis. Ada faktor lain seperti konten, mekanik permainan, dan, yang paling penting, pengalaman yang ditawarkan.

Nah, faktor-faktor ini sangat bergantung pada diri kita sendiri. Genre apa yang kita sukai? Gim apa yang paling sering kita mainkan? Apakah kita bosan bila mendengarkan dialog-dialog yang panjang? Apakah kita merasa terganggu dengan banyaknya aksi baku hantam tanpa adanya justifikasi dari sisi cerita sama sekali? Selera adalah pertimbangan paling dasar sebelum menentukan gim apa yang layak menerima uang kita.

Track record perusahaan

Di mata saya, perjalanan tim atau perusahaan pengembang video gim merupakan bahan pertimbangan yang sangat saya prioritaskan. Dengan banyaknya jumlah uang yang terlibat dalam industri video gim, tidak jarang judul-judul gim jempolan harus masuk comberan karena strategi bisnis yang senewen.

Star Wars: Battlefront II punya segala hal yang seharusnya menarik minat saya: gim tembak-tembakan, landskap yang indah, dan semesta Star Wars. Namun, Electronic Arts menyuntikkan sistem microtransaction—menukar uang nyata dengan mata uang in-game—yang cukup gila. Pertama, gim ini dibanderol 300 ribu rupiah. Kedua, untuk mendapatkan konten premium mesti merogoh 300 ribu lagi. Ketiga, proses karakter kita dikunci dengan sistem gacha, yang tiap gachanya butuh duit sekitar 50-150 ribu rupiah. Ibarat beli rumah harga penuh, tapi buat pakai jamban mesti bayar lagi.

Di masanya, kontroversi Battlefront II ini bikin komunitas gaming seluruh dunia ngamuk. Bahkan otoritas Belgia sampai merasa perlu menginvestigasi dan melarang peredaran gim ini di negara mereka. Khawatir strategi ini diadopsi perusahaan lain, lembaga bisnis internasional menuntut EA merubah pendekatan bisnis dalam jangka waktu tertentu atau menjatuhkan sanksi berupa pencabutan izin.

Sejak saat itu, saya bersumpah untuk memblacklist semua gim yang memakai nama Electronic Arts di poster promosinya.

Akan tetapi, trackrecord perusahaan tidak selalu berkonotasi dengan kontroversi. CD Projekt, pengembang Cyberpunk 2077 asal Polandia, punya citra positif di media gaming. Entah karena kebijakan bisnis yang baik atau karena gim terdahulunya begitu nyantol di ingatan komunitas gaming.

Namun perlu diingat, seheboh-hebohnya gim yang menggandeng John Wick itu, gim-gim, CD Projekt, di masa lalu lebih identik dengan cerita yang berat ketimbang aksi ala film-film laga. Maka kembali lagi ke permasalahan selera: apakah Cyberpunk 2077 akan cocok dengan kita?

Playtime

Dengan naiknya derajat main gim di masyarakat menjadi setara dengan kebutuhan pokok, perlu perhitungan supaya kegiatan main gim tidak menganggu skripsi, pekerjaan, dan yang-yangan. Perhitungan ini adalah jawaban dari pertanyaan dasar: seberapa lama kita bermain gim tiap harinya?

Gim-gim raksasa, biasanya, menjanjikan seberapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk menamatkannya. Biasanya, ya biasanya ya, gim-gim dari genre petualangan, seperti The Witcher atau Dark Souls, punya playtime 20-100 jam. Call of Duty butuh 6-12 jam untuk ditamatkan. GTA V, untuk mencicipi semua fitur yang tersedia, mengabiskan 200 jam. Jam-jam ini bisa dicocokan dengan lama kita bermain dalam satu hari.

Kalian yang “hanya” punya waktu dua jam tiap harinya, saya sarankan untuk menghindari gim-gim kompetitif seperti DOTA dan CS:GO. Gim-gim online seperti itu bisa membuat waktu permainan membengkak tanpa disadari. Mempertimbangkan potensi gangguan terhadap aktivitas lain, sebaiknya kalian menjajal gim yang lebih santai seperti gim petualangan karena genre ini tidak menuntut banyak waktu luang untuk dinikmati.

Terakhir, saya cuma bisa mengingatkan untuk kritis dengan gim yang ada di pasaran saat ini. Saya agak khawatir karena gamer-gamer Indonesia punya dua kecenderungan: gamer yang nggak mau mikir jero sama gamer yang kemakan iklan. Kedua tipe ini sama-sama punya resiko membakar dompet demi memboyong gim yang sebenarnya, merusak akal sehat mereka sendiri.

Strategi paling aman, ya silakan akses informasi soal gim yang kalian minati terlebih dahulu sebelum menjelajah Steam. Media gaming lokal seperti JagatPlay dan The Lazy Monday sering membuat konten review gim dan bejubel isu gaming yang layak dipertimbangkan. Minimal dengan mengakses beragam informasi dunia gaming, sudut pandang kita sebagai konsumen dapat bertambah. Dengan demikian, kita dapat memastikan uang kita berakhir menjadi sesuatu yang menyenangkan.

BACA JUGA Naruto Lebih Lama Disiarkan di TV daripada One Piece Bukan karena Ceritanya Lebih Bagus dan tulisan Nurfathi Robi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

 

Exit mobile version