Sebagai Penggemar Berat Chromebook, Saya Sudah Menduga Ada Korupsi di Kemendikbud Sejak Lama

Pengalaman 5 Bulan Pakai Chromebook: Anti Lemot, Murah, tapi Nggak Murahan, dan Jauh dari Perasaan Menyesal korupsi chromebook nadiem makarim

Pengalaman Menyenangkan Menjadi Guru yang Menggunakan Chromebook: Anti Lemot, Murah, tapi Nggak Murahan, dan Jauh dari Perasaan Menyesal

Belakangan ini Chromebook lagi banyak dibahas di Indonesia, bukan soal adanya fitur baru atau update bulanan yang sering membawa kejutan, tapi soal kasus dugaan korupsi pengadaan Chromebook oleh Kemendikbud era Nadiem Makarim. Sebetulnya, sejak awal adanya pengadaan laptop dengan OS buatan Google itu, saya sudah menduga ada indikasi korupsi di sana.

Saya sudah pakai Chromebook sejak lama. Malah ketika orang-orang lomba-lomba beli Macbook, saya malah penasaran sama OS buatan Google ini. Sampai sekarang saya pun masih pake Chromebook dan berencana untuk upgrade ke yang lebih bagus lagi. Tapi, di Indonesia sangat sulit dicari.

Chromebook memang bukan laptop istimewa, malah bisa dibilang speknya itu kentang banget untuk kelas Entry Level. Tapi, karena sistemnya berbasis Chrome dengan campuran Android dan Linux, jadinya lebih ringan. Update bulanannya juga oke dan penuh fitur-fitur baru, di luar negeri banyak banget yang bahas soal Chromebook.

Harganya semahal itu? SEMAHAL ITU?

Di Indonesia, muncullah ide saat Kemendikbud yang saat itu menterinya masih Nadiem Makarim untuk mengadakan ratusan ribu Chromebook dengan anggaran triliunan. Ketika melihat angkanya, saya sudah menduga adanya korupsi. Ada yang bilang bahwa pengadaannya untuk 1 juta laptop, tapi narasi yang beredar cuma 240 ribu laptop. Makin tepuk jidat saya.

Pasalnya, anggaran yang digelontorkan itu Rp2,4 triliun. Betul! Kamu nggak salah baca. Kalau misalnya ada 240 ribu laptop dengan ChromeOS gratis, RAM 4 GB, eMMC 32 GB, dan layar TN, maka harganya Rp10 juta per unit. Saya aja beli satu Chromebook itu harganya nggak nyampe Rp2,5 juta. Bahkan, sekarang udah punya Chromebook kedua karena bosen sama yang lama.

Mengetahui berita tersebut pada saat itu, saya udah menduga kalau ini pasti duitnya dikorupsi. Malah ada juga pengguna Chromebook lain yang udah bersuara soal ini. Tapi, ya begitu, padahal ini udah ada di depan mata, tapi malah dibiarkan. Akhirnya, pecahnya tahun ini, 2025. Ketika semua laptop udah disalurkan, bahkan ada yang dijual lagi coba.

Beberapa teman saya ingin menjual Chromebook pemberian Kemendikbud beberapa waktu lalu. Chromebook tersebut terkunci oleh administrator sehingga membatasi berbagai fitur-fitur keren yang ada di laptop tersebut. Nggak bisa mengaktifkan virtual machine Linux, dan lain sebagainya.

Akhirnya, laptop itu cuma bisa dipakai ngetik, nonton YouTube sesekali, dan browsing. Kalau sampai dijual, bisa jadi kalau pengadaan ini tidak berjalan efektif. Bahkan, nggak cuma dijual, ada juga yang dapat Chromebook pemerintah tapi akhirnya diberikan ke teman atau saudaranya. Teman sesama wartawan saya ada yang dapat dan dia gunakan untuk menulis berita.

Baca halaman selanjutnya

Yang bagus, banyaaak

Katanya sih transparan, katanyaaa

Chromebook itu laptop yang punya ketergantungan sama internet. 90 persen aktivitasnya membutuhkan internet, karena bisa disebut 95 persen aplikasinya itu berasal dari web app. Dan, kita tahu sendiri kan internet di negara kita seperti apa. Di luar negeri mah enak, Chromebook itu jadi pioneer yang membuat banyak depelover software membuat aplikasi berbasis web untuk menghindari pembajakan. Di kita kan senangnya aplikasi bajakan.

Mas Nadiem sih udah bilang kalau pengadaannya transparan lewat e-Katalog LKPP. Tapi, transparan dalam memilih barang yang salah kaprah untuk target penggunanya ya sama aja. Ibaratnya, kita ngajak petani belanja pupuk bareng, bukannya belanja pupuk, malah dibelanjain bubur ayam. Niatnya bagus, tapi tidak sesuai yang dibutuhkan.

Kalau orang Indonesia bisa adapatasi cepat terhadap teknologi baru sih oke-oke aja. Internet di berbagai daerah memadai, gurunya juga ngerti soal ChromeOS kayak gimana dan pemanfaatannya, pasti bisa lebih maksimal kok. Ini mah dikasih doang tapi nggak dikasih tahu ini buat apa dan gimana caranya.

Semoga Chromebook bagus masih masuk ke Indonesia

Sebagai pengemar berat Chromebook, saya harap hal ini nggak bikin banyak perusahaan teknologi ogah ngejual Chromebook bagus mereka di Indonesia. Saya udah bosan dengan Chromebook entry level yang gitu-gitu aja, sementara di luar negeri ada banyak Chromebook bagus.

Percaya deh, saya udah pakai Chromebook sampai bisa beresin skripsi. Fiturnya selalu update, keamanannya terjamin, nggak akan bisa kena virus. Asalkan, kita tahu bagaimana cara menggunakannya dengan maksimal.

Tapi, pada akhirnya saya akan tetap setia dengan Chromebook saya ini. Setidaknya, laptop saya jujur soal harganya. Tidak seperti proyek pengadaan laptop yang katanya untuk mencerdaskan bangsa, tapi malah bikin pening kepala Kejaksaan Agung.

Penulis: Muhammad Afsal Fauzan S.
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Gagal Tes Rekrutmen BUMN 2024 karena Tidak Bisa Menginstal Safe Exam Browser: Saya Menyesal Membeli Chromebook!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version