SCBD Bandung, Kawasan Baru yang Macetnya Nggak Manusiawi

SCBD Bandung, Kawasan Baru yang Macetnya Nggak Manusiawi

SCBD Bandung, Kawasan Baru yang Macetnya Nggak Manusiawi (Unsplash.com)

Bukan hanya Jakarta yang punya kawasan dengan sebutan SCBD. Seolah nggak mau kalah, Bandung juga punya kawasan SCBD. Bedanya, kalau di Jakarta, SCBD adalah singkatan dari Sudirman Central Business District dan terkenal karena kawasan perkantoran elite. Di Kota Kembang, kawasan ini merupakan singkatan dari Summarecon Ciwastra Bodogol Derwati.

Saya nggak tahu persis siapa pencetus istilah SCBD Bandung ini, tapi seingat saya istilah tersebut mulai disebut-sebut warga Kota Bandung setelah Summarecon selesai membangun Summarecon Mall. SCBD Bandung pun punya kesan negatif dibandingkan SCBD Jakarta karena dapat disebut sebagai salah satu titik macet paling parah di wilayah Kota Bandung bagian timur.

Lalu lintas di SCBD Bandung ruwet

Selain Summarecon Mall yang masih satu paket dengan kota mandiri yang dimilikinya, di kawasan SCBD Bandung terdapat Stadion Gelora Bandung Lautan Api dan Masjid Raya Al-Jabbar. Belum lagi ditambah sejumlah kawasan permukiman warga yang sudah berdiri jauh sebelum adanya Summarecon, Stadion GBLA, dan Masjid Al-Jabbar.

Baca halaman selanjutnya: Coba main ke sini di akhir pekan…
Cobalah sesekali main ke kawasan ini di akhir pekan. Saat Persib Bandung bertanding di GBLA atau ketika ada acara kampanye politik di sana. Atau saat ada ustaz kondang bikin acara tausiyah di Masjid Al-Jabbar. Kalian bakal merasakan lalu lintas di sana chaos banget! Itu belum ditambah muda-mudi yang main ke Summarecon Mall untuk menghabiskan akhir pekan mereka. Kesemrawutan itu bakal makin bertambah parah jika hujan turun.

Rombongan bus tim sepak bola yang akan bertanding, rombongan bus tim sukses politisi, hingga rombongan bus ibu-ibu pengajian akan menjadi pemandangan lumrah dan menambah kemacetan di kawasan SCBD Bandung saat akhir pekan tiba. Bikin nangis di jalan kalau terjebak di sini!

Jalan utamanya sempit

Salah satu faktor yang membuat kawasan ini sangat macet adalah akses jalan utamanya yang sempit. Sejak saya masih sekolah dulu sampai sekarang, hampir nggak ada pelebaran jalan sama sekali di kawasan ini. Kawasan ini dari dulu memang sudah penuh dengan permukiman warga, jadi nggak bisa diapa-apain sama sekali.

Hampir semua orang yang tinggal di SCBD Bandung atau menuju kawasan ini menggunakan kendaraan pribadi, tak terkecuali saya, sih. Hehehe. Soalnya nggak ada akses kendaraan umum yang benar-benar layak di sini kecuali angkot, ojek pangkalan, atau ojek online.

Hampir seluruh kerabat dan sanak saudara saya yang rumahnya di kawasan ini memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah ketika akhir pekan tiba. Mereka enggan keluar rumah karena untuk sekadar keluar dari kawasan ini saja butuh waktu lama hingga berjam-jam menggunakan mobil. Memang bisa lebih cepat jika menggunakan sepeda motor, tapi sudah keburu hoream alias malas karena begitu keluar kompleks sudah macet parah.

Semoga Pemkot Bandung bisa mengatasi kemacetan di kawasan ini

Setahu saya, sejak Ridwan Kamil masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung, beliau berkata bahwa pusat Pemkot Bandung akan pindah ke Gedebage. Makanya ada Summarecon, Stadion GBLA, Masjid Al-Jabar, stasiun kereta cepat Whoosh di Tegalluar. Tapi sampai sekarang, infrastruktur jalan, transportasi umum, hingga exit tol KM 149 dan KM 151 belum sepenuhnya dibuka. Padahal kalau hal-hal ini diperhatikan pemkot dan dikelola dengan baik, setidaknya kawasan SCBD Bandung nggak seruwet sekarang.

Saya tahu untuk mengelola kota sebesar dan sekompleks Bandung memang nggak mudah. Tapi, ayolah pemkot dan pihak-pihak terkait kerja keras sedikit biar ada solusi dari segala permasalahan di kawasan SCBD Bandung ini. Kasihan kan rakyat terus yang jadi korban?

Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bandung Kota Romantis di Titik Tertentu Saja, Lainnya ya Suram.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version