Saya Pria dan Saya Lebih Suka ‘Chibi Maruko Chan’ Ketimbang ‘AoT’

Saya Pria dan Saya Lebih Suka Chibi Maruko Chan Ketimbang 'AoT' Terminal Mojok

You are beautiful, beautiful, beautiful
Kamu cantik, cantik dari hatimu

Merupakan sepenggal lirik dari sebuah girlband yang ngehits di era remaja saya. Anisa Rahma adalah mantan personel girlband tersebut. Anda tak salah, mereka adalah Cherrybelle yang beranggotakan 9 orang. Mereka punya yel-yel, lho. Nggak cuma mas-mas TNI saja yang punya yel-yel ngehits. Adakah yang masih ingat? Chibi, chibi, chibi, hak, hak, haaa…

Saya tak begitu mengikuti mereka, hanya saja yel-yel mereka sangat menarik. Bagian yang paling menarik adalah pada kata “chibi”. Chibi adalah bahasa Jepang yang berarti anak yang kecil atau kerdil. Pada akhirnya diidentikkan dengan keimutan. Nah, ternyata mereka terinspirasi dari kartun legendaris jepang, Chibi Maruko Chan. Kartun yang tayang di Indonesia pada akhir tahun 90-an dan masih ada hingga sekarang.

Saya suka Dragon Ball, Gundam, Naruto, One Piece, dll. Tapi, akhir-akhir ini AoT menjadi semacam tren terbaru. Tentu karena cerita dan pengerjaannya yang bagus. Sayangnya, saya tak begitu suka AoT, malah lebih suka Chibi Maruko Chan. Awalnya, saya menganggap ketidaksukaan saya dengan AoT adalah hal lumrah belaka. Namun kini, semua berubah saat negara api menyerang saya cerita ke teman-teman dan para saudara yang merupakan penikmat setia AoT.

Ada yang nyolot, ada yang biasa saja, ada yang menganggap aneh, sampai ada yang membawa ini terlalu dalam, blio yang terhormat mencak-mencak. Tapi, kebanyakan dari mereka menganggap saya kurang laki, hanya karena suka Maruko dan tak begitu suka AoT. Chibi Maruko Chan, sering kali dianggap sebagai kartun yang girly banget. Mungkin karena tokoh utamanya memang girl, sekaligus gambar yang dibuat terkesan seperti gambar di mainan yang identik dengan mainan anak perempuan.

Padahal, kalau buat saya, gambarnya nyeni abis dan sangat bebas, terutama di musim awalnya. Gaya gambarnya sangat terlihat atraktif dan punya ciri khas tersendiri. AoT juga bagus, bagus banget malahan. Tapi entah kenapa, saya kok tak begitu suka. Mungkin karena jalan ceritanya yang rumit, ya? Padahal menurut saya Naruto dan One Piece juga sama-sama rumit. Jadi, tiap kali saya nonton AoT, pikiran dan jiwa memaksa saya untuk mengganti tontonan. Biasanya bergeser ke Chibi Maruko Chan atau Family Guy. Tapi, mari kita bahas Maruko dulu.

Buat saya, Maruko tak melulu untuk para gadis saja. Seorang pria baik seperti saya juga punya hak untuk nonton Maruko. Sehingga, pledoi tentang pria dewasa yang lebih memilih untuk nonton Maruko, baiknya dihentikan saja. Hal ini sudah terjadi sejak saya kecil. Saat itu, saya menonton Maruko secara sembunyi-sembunyi biar nggak dicengin teman dan sepupu. Kini, saya berani untuk berikrar, saya lelaki yang berbudi berpekerti luhur dan saya suka Maruko.

Menganggap AoT dan anime lain sebagai hal yang kelaki-lakian, juga nggak mashoook. Baik pria ataupun wanita, sama-sama berhak menonton AoT. Apa kalau wanita yang nonton, wanita tersebut bisa disebut tomboi? Kan nggak harus begitu, Markonah. Sudah nggak zaman lagi segala hal berbau gim dan anime dianggap sangat cowok. Begitu juga kartun Maruko, bukan hanya punya cewek, itu punya saya juga.

Mungkin ada yang merasa aneh, kenapa saya bisa memilih Chibi Maruko Chan ketimbang AoT. Jadi gini, Maruko punya cerita yang sederhana dan kadangkala ngena banget. Tentu karena jalan ceritanya terkesan sangat biasa, masalah sehari-hari. Tapi justru di situ asiknya, menyelami masalah lumrah dalam bentuk kartun. Apalagi ada cerita tentang hubungan adik dan kakak yang seperti normalnya saudara. Relate banget lah dengan saya.

Kemudian dari segi gaya dan teknik gambar yang sangat unik. Mirip dengan gambar mural jalanan, sekaligus mirip gambar anak kecil. Justru disitulah letak gongnya. Kadang kala, saya lebih suka gambar dan karya seni yang jujur dan menunjukkan ekspresi kekanak-kanakan. Kartun Chibi Maruko Chan, punya itu, dan itu susah dicari.

Seperti halnya Kobochan, Anpanman, Doraemon, Family Guy, Clarence, mereka semua punya ciri khas tersendiri yang begitu kuat. Namun, Maruko tetap menempati posisi atas dalam hal kebebasan dan keunikan, setidaknya menurut saya. Semoga di masa depan, tak ada lagi diskriminasi gender dalam anime dan budaya pop lain. Anime hanya salah satunya, masih banyak diskriminasi gender di tempat dan bidang lain yang harus diselesaikan. Kalau soal anime saja bisa begitu, gimana ngomongin kesetaraan di bidang yang lebih dalam dan tinggi lagi?

Sumber Gambar: YouTube Chibi Maruko Channel

BACA JUGA Tips Melayangkan Kritik Pemerintah tanpa Ditangkap Polisi atau tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version