Kalau banyak yang bilang Lebaran tahun ini adalah Lebaran paling menyedihkan, saya setuju. Alasannya ya apalagi kalau bukan karena ekonomi. Ekonomi negara ini jelas sedang memburuk. Saya juga merasakan hal tersebut. Cuma bedanya, ekonomi saya memburuk karena saber line Samsung.
Beberapa hari setelah THR turun, hape saya, Samsung S21+ tiba-tiba mengeluarkan garis biadab yang dibenci para user Samsung. Jancuk.
Lutut saya langsung lemas melihat saber line di hape saya. Tidak ada cara lain selain membawa hape tersebut ke Service Center dan mengganti LCD-nya. Untuk itu, saya harus keluar uang Rp2.450.000. Jumlah yang jelas tidak sedikit. Sama sekali tidak, apalagi bagi saya yang duitnya nggak banyak-banyak amat ini.
Untung saja saya masih punya sisa uang, jadi THR tak terpotong. Andai saya pake THR, Lebaran ini saya cuman bisa ndomblong kek orang goblok.
Daftar Isi
Saber line Samsung, biggest red flag
Saber line adalah alasan kenapa orang-orang tak mau pake hape keluaran Samsung. Mau di seri mana saja, saber line kerap muncul. Untuk hape saya sendiri, sudah keluar 2 kali. Asumsi saya, itu karena panas. Yang pertama setelah ganti OneUI 6, hape saya tiba-tiba mudah panas, dan akhirnya keluar saber line. Kedua, mungkin karena panas lagi, saya nggak tahu lah.
Tapi nggak bisa dimungkiri, sekalipun hape saya mantan flagship, panas adalah hal yang tak bisa dihindari. Sejauh ini, panas hanya muncul ketika saya nggak pake WiFi dan ngegame sih, tapi tetap saja aneh.
Apa pun alasannya, saya cuman heran satu: kenapa saber line jadi penyakit yang sepertinya hanya Samsung yang punya?
Saya sampai sekarang tak mendengar ada pabrikan lain yang punya penyakit saber line kayak Samsung. Xiaomi nggak pernah, Vivo kagak, iPhone belum denger, OPPO apalagi. Nggak pernah denger.
Memang, pabrikan tersebut tidak semua hapenya memakai AMOLED kayak Samsung yang membekali hampir semua produknya dengan teknologi yang sama. Tapi, ya, masak masalah menahun ini nggak pernah ada jalan keluar?
Saya dengar masalah ini sudah sejak 2022, jadi ini bukan masalah baru. Tapi, nggak pernah kelar?
Jual salah, nggak dijual juga salah
Banyak orang mempertanyakan keputusan saya yang memilih ganti LCD setelah kena saber line Samsung. Banyak yang bilang, jual saja, atau ganti hape lain.
Saya malah heran kenapa keputusan saya dipertanyakan. Pertama, emang ada yang mau beli hape yang LCD-nya rusak? Kedua, kalaupun saya harus jual hape lain, hape saya ini laku berapa emangnya? Terus, kalaupun laku, artinya saya downgrade. Nggak masalah dengan itu, cuman kek, ini hape masih bagus gitu lho.
Alih-alih dijual, saya lebih concern untuk menyuarakan masalah ini sih. Maksudnya, saya tahu Samsung pasti bisa memberi solusi untuk saber line ini. Nggak mungkin nggak bisa. yang jadi pertanyaan, mau apa nggak?
Salem Techsperts pernah ngomong hal yang sama
Yang ini menurut saya sulit sih. Soalnya, ini bukan berprasangka buruk ya, dengan banyaknya kasus saber line, orang pasti kepikiran ganti LCD. Artinya, Samsung bisa jualan LCD lebih banyak.
Ini bukan tuduhan ya, ini asumsi semata. Soalnya, hal serupa juga dikeluhkan Salem Techsperts. Bedanya, Salem melihat ini di industri laptop. Dia melihat bahwa laptop sekarang didesain untuk sulit diperbaiki, jadi nggak ada pilihan lain selain beli baru untuk pemilik laptop di kala gadgetnya rusak. Sekalipun ada opsi perbaikan, harga komponennya benar-benar tidak masuk akal. Bisa dicek di Shorts yang ini.
Saya nggak mau berasumsi lagi. Tapi, saya mohon Samsung untuk setidaknya memberikan tips ampuh menghindari saber line. Atau, kalau memang nggak bisa dan nggak mau, turunkanlah harga komponen biar masuk akal dikit. Masak komponen hape lama harganya naik jadi jauh lebih mahal? Tolong banget nih.
Ya bisa aja sih Samsung bodo amat. They are one of the giants after all. But remember, even giant fall, sooner or later.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Tipe Orang yang Jelas Bakal Cocok Pakai Hape Samsung, Apakah Kalian Salah Satunya?