Sudah Saatnya Jalur Kereta Api Purwokerto-Wonosobo Diaktifkan Kembali

Sudah Saatnya Jalur Kereta Api Purwokerto-Wonosobo Diaktifkan Kembali

Sudah Saatnya Jalur Kereta Api Purwokerto-Wonosobo Diaktifkan Kembali (Unsplash.com)

Hampir setiap malam saya nongkrong di rumah paman yang lokasinya nggak begitu jauh dari rumah. Di sana ada banyak orang yang nongkrong di malam hari untuk sekadar menyeruput secangkir kopi. Supaya makin berbobot, kami sesekali membahas berbagai topik yang sedang diperbincangkan khalayak. Mulai dari topik sepele hingga masalah berat seperti capres dan cawapres. Namun kemarin tak sengaja paman saya menyinggung soal isu diaktifkannya kembali jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo.

Sebenarnya isu ini sudah terdengar cukup lama di telinga masyarakat Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Wonosobo. Mengingat keempat daerah ini menjadi kabupaten yang akan dilintasi oleh jalur kereta tersebut. Akan tetapi sampai sekarang wacana ini tumbuh subur bagaikan tanaman rindang yang tidak berbuah. Kenapa? Karena belum ada tindakan dan kepastian dari pihak KAI apakah jalur yang sempat eksis pada tahun 1896-1917 akan diaktifkan lagi atau tidak. Banyak masyarakat yang mengharapkan jalur yang memiliki panjang sekitar 88 kilometer ini bisa digunakan kembali.

Saya rasa sudah saatnya jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo diaktifkan kembali. Argumen saya pun tidak sebatas omong kosong. Banyak hal yang bisa diaktualisasikan apabila wacana ini menjadi sebuah realita.

Mobilitas warga semakin mudah dengan kereta api Purwokerto-Wonosobo

Warga Purwokerto yang hendak bepergian ke arah timur (Purbalingga, Banjarnegara, dan Wonosobo) hanya memiliki satu pilihan moda transportasi umum, yaitu dengan mengendarai bus dua pintu seperti Cebong Jaya dan bus-bus besar lainnya. Akan tetapi kebanyakan orang lebih memilih menggunakan transportasi pribadi seperti sepeda motor atau mobil. Hanya sedikit orang yang masih menggunakan kendaraan umum untuk mobilitas antar empat kabupaten tersebut (Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Wonosobo).

Sebenarnya, untuk sekadar berkunjung ke Kabupaten Purbalingga dari arah Purwokerto bisa menggunakan Trans Jateng dengan biaya yang sangat terjangkau. Sayangnya, bus Trans Jateng tidak membuka jalur hingga ke Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo karena rute terakhir dari Trans Jateng ada di Terminal Bukateja. Sehingga kalau kalian hendak pergi ke Banjarnegara atau Wonosobo harus ganti bus saat tiba di Bukateja, Kabupaten Purbalingga.

Diharapkan dengan aktifnya kembali jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo, warga di sekitar daerah tersebut lebih mudah mobilisasi. Selain itu, ada dampak lain yang bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar, lho! Nggak percaya? Yuk, lanjut!

Jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo membuat ekonomi masyarakat sekitar menggeliat

Seandainya jalur kereta api yang menghubungkan empat kabupaten tersebut diaktifkan kembali, maka ada beberapa stasiun yang juga diaktifkan lagi. Manfaatnya, ekonomi warga di sekitar stasiun yang diaktifkan kembali menjadi menggeliat.

Banyak UMKM  dan pedagang kaki lima yang akan membuka lapaknya di sekitar area stasiun. Toko oleh-oleh pun memiliki peluang yang besar untuk meraup keuntungan dari para pelancong. Di sisi lain, jalur yang diaktifkan kembali ini bisa mengurangi jumlah pengangguran. Kok bisa? Ya bisa lah. Mereka (para pengangguran) bisa menjadi tenaga kerja di stasiun tersebut atau bisa pula membuka lapak-lapak usaha di area stasiun.

Meningkatkan jumlah wisatawan ke empat kabupaten yang dilintasi jalur KA

Seandainya jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo dibuka kembali, bukan hanya ekonomi masyarakat yang kembali menggeliat, sektor wisata pun memiliki potensi sama. Hal ini mengingat keempat kabupaten yang dilintasi jalur ini memiliki daya tarik wisata yang wajib dikunjungi.

Mari mulai dari kabupaten paling timur yang dilintasi jalur kereta api ini, Kabupaten Wonosobo. Kabupaten satu ini terkenal dengan wisata alamnya yang sangat eksotis. Dataran tinggi Dieng menjadi tujuan utama para wisatawan yang datang ke Wonosobo. Selain itu, Wonosobo juga punya kuliner yang memanjakan lidah seperti mie ongklok, carica, dan tempe kemul.

Selanjutnya ada Kabupaten Banjarnegara. Kabupaten satu ini terkenal sebagai daerah asal dawet ayu dan punya beberapa jujugan wisata alam. Misalnya Kawah Sikidang, Telaga Dringo, hingga Waduk Mrica.

Sekarang beralih ke Kabupaten Purbalingga. Purbalingga adalah rumah bagi para pendaki yang hendak menjejakkan kaki di puncak Gunung Slamet. Selain terkenal karena industri knalpotnya, Purbalingga juga dikenal sebagai kota penghasil batu akik.

Kabupaten yang terakhir adalah Banyumas. Daerah yang menghasilkan makanan selezat mendoan ini memiliki wisata alam yang melimpah. Salah satu yang paling menarik adalah Baturraden yang terletak di kaki Gunung Slamet.

Berbagai potensi wisata ini juga didukung dengan adanya universtas ternama di Purbalingga dan Purwokerto. Keberadaan perguruan tinggi memungkinkan para mahasiswa untuk menjadi pengguna kereta api. Apalagi sekarang anak muda gemar berwisata keluar kota untuk “healing”. Saya jamin jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo akan ramai penumpang selama harga yang ditawarkan sesuai kantong mahasiswa.

Sekarang tinggal bagaimana eksekusi dari pihak-pihak terkait. Apakah akan menjadikan peluang ini kenyataan atau wacana belaka? Semoga segera ada titik terang dari terbengkalainya jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo.

Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Temanggung dan Wonosobo, Tempat Wisata Paling Ideal buat Pemalas dan Kaum Mageran.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version