Rusun 26 Ilir Palembang adalah contoh ketimpangan sosial di Palembang yang begitu nyata. Bangunan yang mati segan hidup tak mau, berdiri di tengah megahnya pencakar langit di Kota Pempek
Palembang adalah salah satu kota terpadat dari sekian banyak kota di Indonesia. Padatnya Kota Pempek bisa terlihat mudah dari kemacetan di berbagai ruas jalan, gedung tinggi, letak rumah-rumah berhimpitan hingga kumuh yang menyebabkan kebanjiran.
Untuk mengatasi kemacetan, salah satu usaha pemerintah Palembang adalah dengan mendirikan Rusun 26 Ilir. Selain mengatasi kemacetan, bisa memberi solusi urusan perumahan yang kini jadi masalah di seluruh kota di Indonesia. Namun ironisnya rusun yang terletak di tengah kota ini menjadi permukiman kumuh dengan bangunan tua dan rapuh, penuh sampah berserakan, seakan tak pernah tersentuh atau terawat lagi.
Daftar Isi
Sejarah berdirinya Rusun 26 Ilir Palembang
Awal mula dibangunnya rusun 26 Ilir sebab musibah kebakaran di tahun 1980 yang menghanguskan sebanyak empat perkampungan warga rata menjadi tanah. Akibat insiden tersebut, memunculkan gagasan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang untuk membangun rusun di kawasan 26 Ilir.
Tujuan awal berdirinya Rusun 26 Ilir untuk memberikan tempat tinggal baru bagi korban kebakaran serta menghindari adanya bangunan liar yang mengganggu.
Tak lupa pula, pemerintah kota Palembang memberikan amanah kepada Perusahaan Umum Perumahan Nasional (Perumnas) dalam membangun Rusun 26 Ilir Palembang termasuk menjadi pengelolanya hingga saat ini.
Dulunya, Rusun 26 Ilir menjadi proyek kebanggaan Kota Palembang karena sangat berdampak besar bagi masyarakat. Akan tetapi, setelah puluhan tahun berdiri Rusun 26 Ilir berubah drastis seolah menjadi bukti nyata ketidakpedulian Pemkot.
Kondisi rusun di tengah kemegahan Kota Palembang
Setelah berdiri 40 tahun, kini Rusun 26 Ilir bukan hanya menjadi tempat tinggal korban kebakaran saja. Namun hampir semua kalangan masyarakat mulai dari kyai, mahasiswa, karyawan hingga para pekerja seks komersial (PSK) yang melakukan praktik di balik kawasan kumuh tak terurus.
Rusun 26 Ilir memiliki 53 blok yang dihuni sebanyak 2000 jiwa penduduk, mayoritasnya masyarakat asli kota Palembang.
Kondisi Rusun 26 Ilir bagaikan rumah tua angker, banyak bagian bangunan yang rapuh, jendela pecah bahkan tumpukan sampah berserakan. Selain itu, pada malam hari suasana di Rusun 26 Ilir sangat gelap. Akibat hal tersebut memicu aktivitas kriminal seperti jual beli barang terlarang hingga tempat para PSK menjalankan praktik nakalnya.
Wacana Revitalisasi Pemkot Palembang
Sebenarnya revitalisasi Rusun 26 Ilir Palembang telah direncanakan sebelum Asian Games atau tepatnya di tahun 2017 lalu. Sayangnya sampai kini belum ada kejelasan pasti mengenai wacana tersebut.
Pemkot Palembang sudah menemui pihak perumnas selaku penanggung jawab Rusun 26 Ilir. Tapi mereka berdalih alasan tidak merenovasinya karena masih fokus terhadap pembangunan apartemen di Jakabaring.
Dikatakan, pihak Perumnas telah melakukan sosialisasi kepada 2000 warga Rusun 26 Ilir. Mereka menjelaskan selama proses revitalisasi para warga akan diberikan sejumlah uang untuk mencari rumah sewaan sebagai tempat tinggal sementara.
Akan tetapi, sampai akhir november 2024, tampaknya belum ada kepastian jelas terhadap wacana revitalisasi Rusun 26 Ilir. Entah apakah itu cuma sebatas janji manis pejabat untuk menarik perhatian massa di masa pemilihan atau propaganda lainnya.
Sudah seharusnya pemkot Palembang lebih peduli terhadap kondisi Rusun 26 Ilir Palembang yang makin kumuh. Terlebih lagi letaknya di tengah pusat Kota Palembang, malah memberikan preseden buruk. Bukankah hal ini menjadi contoh praktik ketidakadilan sosial, di mana di tengah kawasan dipenuhi gedung megah ada satu bangunan yang rapuh dan kumuh?
Semoga wacana revitalisasi Rusun 26 Ilir dapat segera terwujud, agar semua warga bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak dan lebih nyaman.
Penulis: Ahmad Hafiizh Kudrawi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Aturan Tidak Tertulis Berwisata di Palembang, Saya Tulis supaya Kalian Tidak Kapok
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.