Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Return Trip Effect : Alasan Waktu Berangkat Lebih Lama dari Waktu Pulang

Firdaus Al Faqi oleh Firdaus Al Faqi
25 Juni 2021
A A
return trip effect berangkat lebih lama ketimbang pulang mojok

return trip effect berangkat lebih lama ketimbang pulang mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Waktu pergi ke tempat wisata yang belum pernah dikunjungi, mana yang lebih lama, waktu berangkat ke tempat tujuan atau waktu pulang? Ketika lagi touring menuju daerah yang belum pernah didatangi, waktu terasa lama ketika berangkat atau ketika perjalanan pulang? Atau nggak perlu terlalu jauh. Ketika kita bangun kesiangan untuk pergi ke kantor ataupun sekolah lalu berangkat dengan terburu-buru agar nggak terlambat, terasa lebih lama atau lebih cepat?

Saya yakin, pada umumnya orang akan menjawab bahwa waktu berangkat, seringkali lebih lama dari waktu pulang. Awalnya saya juga agak heran, mengapa ini bisa terjadi. Padahal, jarak dan rute yang ditempuh sama. Tapi, mengapa waktu berangkat seringkali terasa lebih lama daripada waktu pulang?

Ternyata, beberapa peneliti sudah memberikan penjelasan ilmah terkait dengan “relativitas” waktu ini. Hal ini disebut dengan return trip effect. Salah satu penelitinya adalah Niels van de Ven. Psikolog asal Belanda ini pada 2011 mengeluarkan hasil penelitian tentang fenomena tersebut. Niels menyebutkan bahwa fenomena tersebut bisa terjadi—dengan menyandarkan diri pada teori familiaritas—lantaran seseorang masih asing terhadap rute yang ditempuh.

Sederhananya, begini. Misalkan kita melakukan suatu rutinitas. Dalam melakukan rutinitas, yang biasanya terjadi adalah kita nggak perlu mengeluarkan effort yang terlalu besar lantaran sudah hafal dengan apa saja yang harus dilakukan. Kalau melakukan tugas baru, istilahnya di sana kita merasa “mbabat alas” dulu yang tentu membutuhkan waktu lebih lama daripada melakukan rutinitas.

Ketika berangkat ke tempat baru, kita cenderung menduga-duga lama waktu tempuh yang bakal dihabiskan sampai ke tempat tujuan. Namun, saat waktu tempuh ke tempat tujuan lebih lama dari yang diharapkan, kita mungkin menyesuaikan harapan waktu tempuh perjalanan pulang hampir sama dengan perjalanan waktu berangkat tadi. Dan, tiba-tiba saja, kita merasakan, “Lho, kok waktu balik dari sana cepet banget, ya. Perasaan tadi pas waktu berangkat, lama banget.”

Nggak usah jauh-jauh deh. Ambil contoh saat kita berharap untuk mendapatkan pasangan idaman. Wuh, pasangan itu rasanya susah banget untuk didapatkan. Tapi waktu kita sudah menurunkan tensi untuk berharap, lhadalah kok tiba-tiba malah dia yang balik berharap kepada kita. Saat ngejar, itu terasa melelahkan. Tapi saat merelakan, eh, yang terjadi malah sebaliknya. Kadang semesta gitu banget bercandanya. Saat mengharap lebih malah nggak dapat, saat nggak berharap lagi malah datang semua.

Oleh Niels, hal ini disebut dengan a violation of expectation atau sebuah pelanggaran harapan. Niels sendiri, melakukan kurang lebih dua penelitian tentang hal ini. Pada penelitian pertamanya, dia memberhentikan bus yang baru pulang dari pokoknya semacam acara pameran. Niels langsung saja menanyakan pada mereka, siapa saja yang merasakan waktu pulang lebih cepat daripada waktu berangkat ke pameran.

Ternyata, yang paling banyak menjawab adalah yang pada waktu berangkat memiliki harapan sampai lebih cepat namun ternyata, waktu yang ditempuh lebih lama. Pokoknya yang paling berharap itu yang merasa jalan pulang lebih cepat. Padahal loh, rutenya ya itu-itu saja. Sama saja. Hanya gara-gara harapan, waktu berangkat lebih lama dan waktu pulang lebih cepat. Kalau mau diterapkan, ya udah nggak usah banyak berharap terhadap apa-apa biar enteng hidupnya.

Baca Juga:

3 Dosa Travel Vlogger yang Sering Bikin Penonton Kecewa

Kasihan Bantul Terlalu Berbahaya, Sekelas Bodyguard Belum Tentu Berani ke Sana

Studi kedua yang dilakukan, ya sebenarnya sama saja. Hanya objeknya adalah mereka harus naik sepeda untuk bolak-balik. Setali tiga uang dengan penelitian pertama, yang merasakan return trip effect, adalah mereka yang menaruh harapan besar sampai lebih cepat ke tempat tujuan tapi malah lebih lama dari harapan mereka.

Tak hanya Niels, tulisan The Psychologist ini juga menjelaskan alasan mengapa return trip effect bisa terjadi. Dalam tulisan tersebut, Dan Zakay sebagai penulisnya mengatakan bahwa ini bisa terjadi lantaran tenggat waktu. Seseorang yang melakukan perjalanan ‘berangkat’ dengan disiplin juga buru-buru agar sampai tujuan tepat waktu, bikin otak berubah jadi kondisi fokus. Dan dalam kondisi tersebut, mau ada hambatan atau nggak, bakal bikin waktu yang ditempuh terasa panjang.

Coba aja dah, setiap bangun kesiangan lalu buru-buru pergi ke kantor atau sekolah. Waktu di jalan itu kayak lama banget. Richard A. Block yang seorang psikolog juga mengiyakan pendapat ini. Return trip effect bisa terjadi lantaran fokus kita yang tertuju terhadap ‘waktu’. Kita jadi cenderung sering berpikir, “Duh udah jam berapa ini. Telat nggak ya!” sambil sering liatin jam tangan. Ada semacam beban yang harus diselesaikan.

Coba kalau waktu perjalanan pulang, ya beban itu udah nggak ada dan perasaan dikejar-kejar waktu juga udah nggak ada. Rileks, santai, dan chill aja gitu pas pulang. Dan, eh, tiba-tiba udah sampe rumah gitu aja. Selain dua-tiga penelitian ini ada beberapa lagi sebenarnya. Tapi, saya rasa ini sudah cukup menjelaskan tentang mengapa perjalanan berangkat seringkali terasa lebih lama dari pada perjalanan pulang.

Jadi, ntar, kalau misal mau ke mana-mana, biar nggak terasa lama, nggak usah mengira-ngira kapan sampainya atau kira-kira dalam waktu sekian jam sampai atau tidak. Jalani saja tanpa banyak berharap tanpa banyak ekspektasi.

BACA JUGA Memahami Strategi Decoy Effect agar Nggak ‘Tertipu’ untuk Beli Produk dengan Harga Paling Mahal dan tulisan Firdaus Al Faqi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Oktober 2021 oleh

Tags: pendidikan terminalperjalananrelativitasreturn trip effect
Firdaus Al Faqi

Firdaus Al Faqi

Sejak lahir belum pernah pacaran~

ArtikelTerkait

Barang-barang Generasi 2000-an yang Bikin Kamu Terlihat Keren Saat Sekolah Dasar terminal mojok.co

Barang-barang Generasi 2000-an yang Bikin Kamu Terlihat Keren Saat Sekolah Dasar

1 Juli 2021
Seharusnya Anak Miskin yang Bisa Kuliah Tak Perlu Diromantisasi terminal mojok.co

Seharusnya Anak Miskin yang Bisa Kuliah Tak Perlu Diromantisasi

28 Juni 2021
sopir jasa angkut Seumur hidup, saya belum pernah merasakan ngompreng truk di lampu merah. Dan kali ini, momen itu datang dan saya tidak mau melewatkannya.

Ingin Lancar dalam Perjalanan Jarak Jauh? Ikuti Truk

23 Oktober 2020
suka duka KRS mojok

Di Kampus Saya, Waktu KRS Adalah Waktu Penuh Drama yang Menggemaskan

27 Juli 2021
Bagi Saya, Nggak Masalah kalau Ada Teman Minta Jasa Gambar Gratis terminal mojok.co

Sistem Pembagian Tugas Kerja Kelompok Itu Sebenarnya Ora Mashok

21 Juni 2021
Omongan Senior di Makrab Adalah Hal yang Paling Menyebalkan dan Sia-sia terminal mojok

Omongan Senior di Makrab Adalah Hal yang Paling Menyebalkan dan Sia-sia

11 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Mensiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.