Rekomendasi Kuliner Non-Jawa yang Harus Kamu Coba di Jogja

Rekomendasi Kuliner Non-Jawa yang Harus Kamu Coba di Jogja terminal mojok

Saat bicara kuliner di Jogja, menu seperti gudeg, sate klatak, atau bakmi Jawa mungkin yang pertama terlintas di pikiran banyak orang. Namun jangan pikir Jogja cuma menyajikan ragam kuliner Jawa. Sebagai Kota Pelajar, banyak orang dari beragam etnis tinggal di kota ini untuk menimba ilmu. Tentunya ini membuat lanskap kuliner di Jogja nggak semonoton yang dibayangkan banyak orang.

Banyak juga kok restoran dan warung makan yang menyajikan ragam tradisi kuliner dari luar Jogja. Kamu mungkin bakal terkejut bahwa di kota ini makanan dari Aceh sampai NTT tersedia. Rasanya pun tak kalah enak dari kuliner lokal.

Lebih dari 5 tahun tinggal di Jogja membuat saya punya banyak kesempatan untuk mencicipi beragam kuliner di kota ini. Saya mengumpulkan beberapa rekomendasi kuliner non-Jawa di Jogja yang menurut saya layak kamu coba. Anak rantau nggak perlu khawatir homesick lagi lah.

#1 Mi Aceh Chie Rasa

Bicara soal mi Aceh di Jogja, mungkin ada beberapa nama restoran yang sudah familier di telinga banyak orang. Namun, menurut saya semua mi Aceh tersebut masih kalah jauh dari mi Aceh tenda kaki lima ini. Chie Rasa berlokasi tepat di depan Asrama Putri Aceh Terban, seberang Hotel Sagan Heritage. Soal rasa dan autentisitas dari mi Aceh di sini nggak perlu dipertanyakan lagi.

Pilihan menu di sini nggak seputar mi Aceh dan nasi goreng Aceh saja. Ada juga menu kari ayam dan ikan sambal dengan harga cukup terjangkau, cuma Rp12 ribu per porsi. Harga mi Aceh di Chie Rasa juga lebih murah daripada restoran atau warung mi aceh lainnya. Satu porsi mi atau nasi goreng dengan cumi, kerang, atau udang dibanderol Rp17 ribu saja. Jika memperhitungkan rasa dan harga, menurut saya tempat ini layak menyandang posisi mi aceh terbaik di Jogja.

#2 Sate Padang Mak Sharil

Nah, kalau ada pertanyaan sate Padang mana yang paling enak di Jogja, saya nggak akan pikir panjang buat bilang Mak Sharil juaranya. Lokasinya persis di sebelah McDonald’s Sultan Agung yang ramainya nggak ketolongan. Walau di Google Maps ditulis buka jam 17.00–22.00, dari pengalaman saya sate mereka biasanya sudah habis sebelum jam 20.00 terutama di akhir pekan.

Dengan uang Rp20 ribu kamu sudah bisa mendapatkan seporsi sate Padang yang mengenyangkan. Belum lagi bumbu sate Padang di sini jauh lebih kental dan gurih daripada warung lainnya. Bahkan dicocol ke keripik saja, nikmatnya tiada tara. Nggak heran kalau sate di warung ini sering ludes sebelum waktu tutupnya.

#3 Yamie Singkawang

Dulu waktu saya SMP, ada pedagang choipan yang sering jualan di depan sekolah. Kudapan berisi bengkuang yang sekilas mirip pangsit ini adalah salah satu jajanan favorit saya waktu sekolah. Jadi saat melihat ada warung memasang spanduk “Sedia Choipan Setiap Hari Minggu” di Jalan Brigjen Katamso, langsung saja saya sambangi hari Minggu berikutnya.

Ternyata, nggak hanya choipan yang enak di tempat ini. Yamie di sini juga enak dengan topping melimpah. Mulai dari udang rebus hingga hekeng (sejenis otak-otak goreng) siap memuaskan lidah. Kabar baiknya, yamie di sini halal sehingga bisa dinikmati siapa saja. Kabar baik lainnya, sekarang menu choipannya tersedia tiap hari.

#4 Warung Banjar Kindai

Pencinta nasi kuning wajib mampir ke warung yang terletak di Jalan Jembatan Merah dekat Kampus II UMB ini. Warung Kindai menyajikan soto banjar dan nasi kuning. Eits, nasi kuning di sini berbeda dengan nasi kuning lainnya. Perbedaannya terletak pada lauknya yang dimasak dengan gaya Banjar menggunakan bumbu habang.

Habang adalah sejenis bumbu berwarna kemerahan yang terdiri dari aneka rempah dan gula merah. Semua lauk di sini mulai dari telur hingga ayam dimasak menggunakan bumbu tersebut. Harga satu porsi nasi kuning lauk telur dibanderol Rp10 ribu dan naik seiring tambahan lauk lainnya seperti sambal ati atau ayam. Walau kamu cuma pesan nasi kuning lauk telur, rasa gurih manis dari bumbu habang dijamin bikin santap nasi kuningmu makin meriah.

#5 Warung Makassar Daeng Tutu

Kalau ditanya makanan yang bakal saya cicipi setiap kali pulang kampung ke Makassar, pallubasa langsung jadi pilihan nomor satu. Makanya saat melihat ada warung memasang spanduk yang bertuliskan menjual pallubasa, otomatis saya langsung masuk. Warung yang berlokasi di ujung Jalan Gejayan dan seberang Pasar Demangan ini setahu saya masih satu-satunya tempat yang menyajikan pallubasa di Jogja.

Pallubasa adalah menu berkuah dengan isian daging dan jeroan yang sekilas mirip dengan coto Makassar. Namun, pallubasa disajikan dengan tambahan serundeng kelapa yang membuat kuahnya menjadi gurih. Gurihnya pallubasa Daeng Tutu berhasil memuaskan kerinduan saya akan makanan ini setiap kali berkunjung.

Warung ini juga menyajikan coto Makassar yang nggak kalah enak dan es pisang ijo asli gaya Makassar. Jalangkote (pastel) di sini juga nggak kalah enak apalagi kalau dicocol dengan sambal cair khasnya. Intinya, kalau rindu kuliner Bumi Anging Mamiri, harus berkunjung ke sini.

#6 Sei Sapi Maumere

Walau baru buka tahun lalu, menurut saya Sei Sapi Maumere adalah sei sapi terbaik di Jogja. Bahkan, sei sapi ini lebih enak daripada mayoritas waralaba sei sapi termasuk yang punya nama besar dari ibu kota. Harga satu porsi sei sapi di sini memang bisa dibilang cukup mahal. Paket medium dibanderol seharga Rp43 ribu dan paket kecil seharga Rp28 ribu untuk sajian sei sapi beserta minum. Namun, menurut saya harga tersebut sepadan dengan rasa dan porsi yang didapatkan.

Saat pesan paket medium, saya mendapatkan sei dengan porsi yang cukup banyak dan lengkap. Ada sayur singkong, sambal pilihan, kuah kaldu, dan nasi berbumbu sebagai pelengkap makan. Saat dicoba, sei sapinya benar-benar empuk dan gurih, apalagi jika dimakan dengan sambal luatnya. Sayur singkongnya pun nggak kalah gurih karena sepertinya dimasak menggunakan kuah kaldu. Memang restoran ini juaranya sei sapi di Jogja lah.

#7 Rumah Makan Rasa Sayange

Rekomendasi terakhir kuliner non-Jawa di Jogja dari saya adalah warung makan yang menyajikan menu ikan dan seafood ala Indonesia Timur. Jadi, buat kamu yang nggak terbiasa makan ikan bakar dibumbui kecap (kayak saya), tempat ini wajib masuk daftar singgah. Di Rumah Makan Rasa Sayange ikan bakarnya disajikan dengan sambal colo-colo dan dabu-dabu yang segar pedas.

Ada juga tumisan sayur garu yang terdiri dari daun pepaya dan jantung pisang dan kuah kuning. Menariknya, ada banyak pilihan makanan pokok buat mendampingi lauk kamu di sini, mulai dari nasi putih, ubi rebus, hingga sagu papeda.

Dari segi harga, ikan bakar di sini dibanderol Rp50 ribu hingga Rp60 ribu. Namun jangan salah kaprah, ikan di sini ukurannya besar dan bisa disantap 2-3 orang, lho. Ikan bakarnya pun sudah disajikan dengan dua jenis sambal, tumisan sayur, dan nasi atau ubi.  Pokoknya pencinta seafood bakal puas makan di sini, deh.

Sekian rekomendasi kuliner non-Jawa yang ada di Jogja. Semoga bisa memperluas khazanah kuliner Jogja buat kamu yang suka berpetualang atau rindu masakan kampung halaman. Jangan makan gudeg sama magelangan mulu lah.

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version