Ramai Perihal Ibu yang Mencuri Beras di Cirebon: Antara Iba, Tindak Kriminal, dan Reaksi Berlebihan Masyarakat

mencuri beras

mencuri beras

Media sosial seperti tidak kehabisan informasi yang membuat geger warganet. Seperti kejadian yang belum lama ini terjadi di kawasan Cirebon, diketahui ada seorang wanita tua yang tertangkap basah oleh si pemilik toko sedang mencuri beras di gerai miliknya.

Dengan segera, info tersebut langsung tersebar cepat di internet—termasuk media sosial. Yang terlihat kali pertama adalah video yang tersebar setelah wanita tersebut ketahuan mencuri. Dalam kondisi sambil setengah duduk—jongkok—wanita itu sekilas seperti sedang dihakimi warga secara verbal, ada pula yang sampai menyentuh wajah dan membetulkan rambutnya untuk mendapatkan foto wanita tersebut. Entah tujuannya untuk disebarkan kembali ke orang banyak agar lebih berhati-hati atau hanya membuat efek jera.

Video tersebut membuat banyak warganet bersedih karena seharusnya seorang wanita tua tidak layak mendapat perlakuan demikian. Apalagi, awalnya diketahui tujuan mencuri beras adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan premis tersebut, sangat wajar jika nurani seseorang tergerak dan merasa iba.

Saat video tersebut beredar, banyak yang berkomentar tentang kejadian tersebut. Ada yang pro karena wanita tersebut tetap bersalah, dan lebih banyak yang kontra karena seharusnya seorang wanita tua tidak layak mendapat perlakuan demikian. Divideokan, dihakimi, dan dibuat malu di depan umum. Ditambah dengan pendapat bahwa mencuri beras itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Saya yang sempat melihat video itu pun sependapat dengan yang kontra, sebab yang saya tahu, seseorang yang tergolong tidak mampu sampai dengan mencuri untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, mungkin sudah kehabisan akal bagaimana cara untuk tetap bertahan hidup. Sehingga mencuri menjadi pilihan terakhir. Apalagi jika sebelumnya tidak ada satu orang pun yang memberi bantuan. Begitu kira-kira dan tanpa maksud tidak bersimpati, saya tidak over-reaktif dan memilih untuk mengikuti berita yang ada terlebih dahulu.

Tidak lama kemudian, saya mencoba menelusuri kelanjutan kabar tersebut lewat internet dari salah satu media lokal di tempat kejadian—Radar Cirebon. Dari pencarian yang saya dapat, menurut penjelasan pemilik toko yang berasnya dicuri, wanita tersebut bukan hanya sekali ini melakukan aksinya. Sebelumnya juga pernah kedapatan mencuri minyak goreng, telur, dan gas LPG.

Hal tersebut juga dipertegas oleh seseorang di Twitter dengan akun @Bstolenberg yang mengaku sudah melakukan penelusuran ke tempat kejadian. Senada dengan apa yang diberitakan, dia pun mencuitkan hal yang sama, yakni wanita tersebut sudah melakukan aksinya berkali-kali bahkan diduga berkomplot dengan dua orang laki-laki.

Meski prosesnya tetap melalui pihak yang berwenang, namun pemilik toko enggan meneruskannya ke ranah hukum atas dasar kemanusiaan dan karena kondisi pelaku yang sudah dianggap tua. Sebelumnya, apresiasi patut diberikan kepada beberapa pihak—termasuk pihak yang berwajib dan pemilik toko, juga warga yang kooperatif untuk menjaga situasi tetap kondusif.

Saya pribadi merasa iba atas apa yang terjadi dan dilakukan wanita tua tersebut. Namun perlu ditegaskan kembali, apakah pelaku mencuri untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan bertahan hidup atau untuk keuntungan pribadi yang mana hal tersebut dapat dikategorikan tindak kriminal dan dapat diproses secara hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dari kasus ini, saya kembali belajar untuk berhati-hati di internet juga media sosial, agar lebih bersabar dalam menelan sampai dengan mencerna informasi. Tidak apalah dianggap slow-respon, bagi saya keabsahan informasi dan berita lebih penting dibanding over-reaktif tapi tidak mencari tahu lebih dulu. Apalagi jika diketahui kasusnya tidak main-main—mengenai hidup seseorang.

Sampai dengan saat ini pun saya masih mencari tahu apakah ada informasi update dari sudut pandang lain. Terlebih saya tidak berada langsung di tempat kejadian perkara, hanya sebatas mencari tahu di internet. Paling tidak, saya sudah mengalahkan ego dalam diri untuk tidak bereaksi berlebihan sampai dengan tulisan ini dibuat pagi ini.

Menurut saya pribadi, iba kepada seseorang apalagi orang tua itu penting dan boleh terlebih jika terkait dengan kemaslahatan hidupnya. Namun, jika sudah menyangkut tindak kriminal tentu perlu ditelusuri lebih lanjut dan diserahkan kepada pihak yang berwenang dan tidak main hakim sendiri. Dan dalam kasus ini, apa yang dilakukan oleh pemilik toko dengan “membebaskan” dan memaafkan pelaku atas dasar kemanusiaan, tentu menjadi pembeda.

Exit mobile version