Purbalingga Food Center: Pusat Kuliner dengan Konsep yang Nanggung

Purbalingga Food Center: Pusat Kuliner dengan Konsep yang Nanggung

Purbalingga Food Center: Pusat Kuliner dengan Konsep yang Nanggung (Pixabay.com)

Ada beberapa tempat yang recomended untuk mencari kuliner di Kabupaten Purbalingga. Di antaranya yaitu; Gang Mayong, Alun-alun, dan Purbalingga Food Center, yang biasa disingkat PFC. Kali ini saya akan membahas poin yang terakhir. Yaps, Purbalingga Food Center.

Purbalingga Food Center dibangun dengan tujuan agar pedagang kaki lima yang ada di area Alun-alun bisa dipusatkan di satu titik pusat kuliner. Maksudnya ya biar Alun-alun steril dari pedagang kaki lima. Tapi, setelah rampung dibangun, para pedagang memilih nga dulu untuk pindah.

Alasan para pedagang enggan pindah adalah letak PCF yang kurang strategis. Letak PFC sendiri ada di area GOR Goentoer Darjono, Purbalingga. Para pedagang yang sudah pindah pun merasakan penurunan pendapatan. Suasana Alun-alun yang pas dijadikan sebagai tempat nongkrong  para anak muda memungkinkan para PKL tetap bisa berdagang hingga larut malam dan penghasilannya pun lebih meyakinkan. Berbeda jika di area PFC yang sudah terasa lengang ketika pukul 20.00.

Kekurangan Purbalingga Food Center yang perlu diperhatikan

Purbalingga Food Center ini juga masih memiliki beberapa kekurangan yang menurut saya harus segera dibenahi. Saat pertama kalian ke sini, kalian akan parkir di area parkir yang lumayan sempit. Kenapa saya bilang sempit? Hal ini terbukti dari macetnya arus lalu lintas di area GOR Goentoer Darjono di jam makan. Apakah macetnya karena banyak pengunjung? Saya rasa nggak juga. Standar lah.

Menurut saya justru kemacetan ini disebabkan jalan area GOR yang sempit. Selain itu parkirannya pun sangat minim. Oh ya, ada juga para pedagang yang menjajakan makanannya di pinggir jalan. Hal ini memperparah kemacetan.

Purbalingga Food Center ini juga memiliki konsep yang nggak jelas. Kenapa saya sebut demikian? Coba deh kalian berkunjung. Kalian akan tau keanehannya saat sudah berkunjung ke sini. Setelah masuk ke dalam, ternyata kalian nggak hanya menemui penjual kuliner saja, tapi juga para penjual baju, aksesoris, dan permainan anak. Bukannya saya lancang, tapi ini lebih ke konsep pasar malem.

Bagi kalian yang berkunjung ke Purbalingga Food Center di siang bolong akan merasakan panas yang  menyengat. Lain halnya jika kalian berkunjung saat musim penghujan. Mungkin, kalian akan merasa waswas dan khawatir jikalau terciprat air hujan saat lagi enak-enaknya menikmati makanan. Hal ini karena area PCF tidak dijadikan satu atap seperti pusat kuliner di Purwokerto dan Banjarnegara.

Saya berapa kali berkunjung ke pusat kuliner di Banjarnegara. Bukannya saya tidak bangga dengan PFC, tapi pusat kuliner Banjarnegara itu lebih tertata. Hal ini karena letaknya terintegrasi di sebuah gedung dengan satu atap sehingga lebih kondusif. Para pengunjung juga tidak takut merasa kepanasan dan kehujanan.

Makan bonus dimandiin

Purbalingga Food Center juga menyediakan lantai dua untuk para pengunjung yang ingin makan dengan menikmati pemandangan di area GOR. Tapi saya mewanti-wanti supaya kalian segera pindah jika hujan datang. Sebab, jika hujan datang tempat ini akan basah diguyur hujan.

Loh, apa nggak ada atapnya? Memang ada atapnya, tapi atapnya sangat terbatas. Kalo ada angin kencang, saya rasa semua area di lantai dua akan kecipratan air hujan. Pulang makan di sini kalian dapet bonus dimandiin air hujan hahaha. Oh ya, saat musim hujan jalanannya pun akan terasa becek. Mending kalau jalan setapaknya ramah pejalan kaki. Lha jalanan yang ada kurang rata dan berlubang di beberapa tempat, membuat jalan di area PFC tidak layak dilalui. Ini yang membuat para pengunjung enggan ke PFC di saat musim hujan.

Semoga dengan adanya artikel ini area Purbalingga Food Center mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah agar dibenahi menjadi lebih baik. Kalau nyaman dan ramai kan pemerintah juga yang bangga karena mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, bukan?

Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Keluh Kesah Menjadi Warga Kabupaten Purbalingga

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version