Kata Pak Ustaz, nama adalah doa. Makanya orang tua kita dan orang tua lainnya sudah menyiapkan nama sebagus-bagusnya bagi sang anak sebelum lahir. Ada yang minta ke orang tuanya, ada pula yang minta ke guru agamanya. Namun beda zaman beda cara, Mylov. Di zaman digital kini, mencari alternatif nama bayi cukup melalui internet, puluhan hingga ratusan nama akan muncul sesuai kategori yang diinginkan. Dari yang mudah dibaca hingga hanya orang tuanya yang paham mengucapkannya, semua ada di internet.
Tak dapat dimungkiri, betapa mudahnya sebuah nama didapat di dunia tak bersekat itu. Dan betapa mudah pula sebuah nama unik akan viral mendapat atensi netizen. Mungkin kalian masih ingat dengan viralnya nama unik di jagat medsos sekitar Juli 2020 lalu. Nama seorang gadis Dita Leni Ravia dari Gunungkidul jadi viral lantaran maknanya “diikat menggunakan tali rafia”, hehehe. Dunia medsos memang warbyasaaah, ya. Bisa jadi zaman dulu banyak juga anak-anak yang bernama unik, namun di zamannya belum ada medsos yang dapat melambungkan seseorang jadi terkenal.
Bro Sis, selain nama yang bermakna unik, ada pula nama yang tidak sesuai jenis kelamin si pemilik nama alias mengkhianati gendernya. Misal, saya punya teman pria bernama Endang, Dwi, Devi, Anggi, Angga, Nika, Riana, dan Desy. Ada pula teman wanita saya yang bernama Ken, Deni, Denis, Budi. Mungkin masih banyak di luar sana yang akan menambah panjangnya deretan nama pengkhianat gendernya tersebut.
Baiklah, saya akan tambahkan deretan nama prianya yakni “Suzan”. Uwu nggak, Bro Sis? Akibat nama ini, blio sudah merasakan ngenesnya menyandang nama tersebut saat dewasa.
Begini kisahnya. Nama pria bernama Suzan tadi adalah pemberian bapaknya tercinta. Suzan pria tulen, Bro Sis. Pasangan hidupnya wanita, buktinya anaknya sudah tiga. Kurang jantan apa coba?
Dulu, saat blio owek-owek mbrojol ke dunia, bapaknya memberi nama Suzan. Lengkapnya Suzan Lesmana. Dua huruf awal “Su”, bukan berarti blio asli Jawa seperti Sutrisno, Sukoco, Suharto atau Sukarno, walau masih ada darah Tegal, dari kakek pihak ibunya.
Menurut blio, namanya elaborasi nama ibunya, Sulastri, blasteran Tegal-Palembang dengan bapaknya, Zaini, blasteran Betawi-Sunda. Namun setelah diwawacarai, menurut ibunya, namanya merujuk nama bintang film horor zaman itu, yakni Suzanna. Kala itu Suzanna memang lagi viral, kalau memakai istilah kekinian. Filmnya “Beranak Dalam Kubur” terkenal zaman itu. Hiiiy. Yang pasti, bapaknya kasih nama nggak kompromi dulu sih sama anaknya. Akibatnya dirasakan anaknya saat dewasa.
Pertama, saat wawancara Kerja. Saat melamar kerja, pada tahap wawancara pasti blio ditanya terlebih dahulu mengapa namanya Suzan, padahal jelas-jelas seorang pria. Yaaa, akhirnya jawabannya sesuai template paragraf ketujuh tulisan ini kepada para pewawancara tersebut. Hampir selalu begitu awal pertanyaan wawancara. Mungkin kesan pertama kali, yaaa… Kok pria namanya wanita? Ada ternyata.
Kedua, selalu keliru dipanggil ibu atau mbak. Mulailah selanjutnya blio bekerja di sebuah instansi. Bagi orang yang belum mengenalnya, selalu memanggil Ibu atau Mbak dalam pesan singkat, SMS kala itu, dan berlanjut WA masa kini. Begitu juga telepon, terutama para agen marketing kartu kredit atau agen asuransi yang langsung dengan akrabnya menyapa di awal telepon, “Selamat pagi, Ibu Suzan.” Walau selanjutnya mereka minta maaf ketika mendengar suara berat yang berwibawa itu menjawab. Ehem…
Ketiga, dapat teman sekamar wanita. Peningkatan skill dan kompetensi menjadi kewajiban yang harus diikuti oleh seorang karyawan. Pada suatu masa, si Suzan ini pernah ikut pelatihan dan mendapat kamar hotel/penginapan dengan wanita. Jadi ceritanya, saat blio sudah berada di dalam kamar, terdengar suara wanita mengetuk pintu. “Permisi…” Si Suzan pun menyahut dan beranjak membukakan pintu. Sang wanita terkejut, lalu bertanya, “Mas, lagi bersih-bersih kamar?” Si Suzan yang ditanya demikian kebingungan, “Nggak, saya memang di kamar ini” jawab blio. Si wanita sontak kaget bukan kepalang. Akhirnya singkat cerita, blio pun pindah kamar. Padahal senang-senang saja tadinya. Anugerah baginya, musibah bagi sang wanita. Hehehe.
Keempat, bikin kaget jamaah pengajian. Seiring waktu, dengan bekal ilmu agama yang dipelajarinya dari para ustaz, si Suzan pun mulai dipercaya mengisi beberapa ceramah baik di bulan Ramadan maupun hari-hari besar Islam. Nah, pas ceramah di tempat baru, dia sempat menunggu reaksi jamaah sebelum ke panggung. Benar saja, saat dipanggil namanya oleh MC, “Kepada Al Mukarrom Ustaz Suzan, kami persilakan, tafadhdhol.” Mata para jamaah semua mengarah kepadanya. “Lho? Laki ternyata,” lamat-lamat suara jamaah berujar.
Dari pengalaman mengenaskan tersebut, si Suzan bertekad jika anak-anaknya lahir akan ia beri nama yang tidak abu-abu antara pria dan wanita. Blio menamai ketiga anaknya Habib, Tsurayya, dan Tsaqib. Mantul, kan? Siapakah pria bernama Suzan tersebut? Blio adalah orang yang tulisannya sedang Bro Sis baca ini~
BACA JUGA Repotnya Orang yang Punya Nama Lengkap Panjang dan Susah Dilafalkan dan tulisan Suzan Lesmana lainnya.