Puncak Kenikmatan Bersantap itu Bernama Teh Tubruk Hangat

teh tubruk

teh tubruk

Slogan legendaris dari sebuah produk minuman teh kemasan yang tak kalah legendaris—berbunyi ‘apapun makanannya, minumnya teh botol *piiip*‘—sama sekali tidak berlaku. Setidaknya untuk diri saya sendiri.

Saya akan bercerita tentang teh tawar yang sampai saat ini belum ada minuman apapun—selain air putih tentunya—yang mampu menandingi nikmat duniawi yang dihasilkan olehnya. Hampir semua sajian kuliner khas nusantara—dari yang berkuah bening, berkuah santan, tumis, pepes, goreng, bakar, pedas, manis, asam, dan masih banyak ragam kuliner nusantara lainnya sudah pasti cocok untuk diakhiri dengan segelas teh tawar hangat.

Saya lahir dan besar di tanah Sunda, di mana rata-rata penjual makanan—dari level gerobak kaki lima hingga rumah makan—mereka menyediakan teh tawar secara cuma-cuma. Sudah semacam peraturan tidak tertulis kalau teh tawar adalah template minuman untuk para pembeli. Nah kalau mau minum yang lain-lain? Ya tinggal pesan dan bayar lagi. heuheu

Budaya demikian akhirnya membentuk kebiasaan dan kemudian memengaruhi selera saya juga. Kondisi ini bisa dibilang berbeda dibanding apa yang terjadi di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur—di sana template minumannya adalah teh manis. Begitu setidaknya yang pernah saya alami dan tolong dikoreksi kalau ini keliru.

Aksesibilitas teh tawar ini terbilang sangat mudah—semudah anda menemukan air mineral di warung, semudah anda ngeteng udud Djarum Super. Di manapun juga pasti nemu. Bagi saya terutama kalau makan di luar rumah, apapun makanannya—ya teh tawar hangat juaranya. Agenda bersantap belum paripurna rasanya kalau tidak dipungkas oleh segelas teh tawar hangat. Apalagi kalau jenisnya teh tubruk—biarpun ampas daun dan batang tehnya nyangkut di gigi atau malah ikut kebawa masuk sampe ke saluran pencernaan, sama sekali bukan sebuah masalah, malah disitu letak nilai ‘seni’-nya.

Kalaupun memesan minuman lain seperti es jeruk, es campur, susu soda, dan lain-lain. Tetap saja harus hadir segelas teh tawar. Rasanya seperti ada yang ganjil tanpa kehadirannya.

Teh tawar hangat sempurna menurut lidah dan tenggorokan saya adalah jenis teh tubruk dengan cita rasa sepet dan aroma yang kuat. Apalagi yang dicampur melati, jauh lebih nendang dari teh celup. Tapi kenikmatan belum berhenti di sana—lebih nikmat kalau menuang sendiri teh dari tekonya, jadi kalau kurang tinggal tambah lagi, seruput lagi sepuasnya, sekembungnya. Tanpa khawatir diminta bayar lagi.

Kalau ada anggapan air putih kalah pamor oleh es teh manis—teh tawar adalah yang pamornya paling anjlok, lebih dianaktirikan dibanding minuman tersebut. Berapa kali anda melihat rekan, keluarga, atau anda sendiri sengaja memesan teh tawar ketimbang es teh manis, es jeruk, es kelapa, dan lain-lain. Saya pastikan itu momen yang langka, kecuali anda mengidap diabetes atau sedang mencret-mencret, teh tawar adalah pilihan realistis pada kondisi demikian.

Mengapa saya lebih suka minum teh tawar dibanding minuman lain untuk membilas makanan? Bukan, bukan karena saya tak mampu untuk pesan yang lain. Tapi teh tawar lebih dari sekedar untuk membantu mendorong makanan turun ke kerongkongan, ia sangat ampuh menetralisir rasa yang kuat makanan, dan masih meninggalkan aftertaste khas. Percayalah, nikmatnya tiada terganti.

Kalau tidak sedang berada di luar rumah, saya terkadang menyeduh sendiri teh tubruk, untuk menemani begadang, sekedar menghangatkan perut sambil menyesap harum aroma melati dalam campuran pucuk daun teh kering. Ketimbang bikin Indomie rebus pake telor.

Biasanya saya pakai Teh Cap Botol kemasan kertas warna hijau, ini merupakan salah satu favorit saya di kelas teh tubruk. Meskipun pada jaman now, harus diakui peredaran teh tubruk ini tidak begitu luas selain di pasar tradisional.

Sensasi tak terganti proses menikmatinya dari menyobek kertas pembungkus, menakar daun teh menggunakan sendok, menyeduhnya dengan air mendidih, kemudian mengaduknya, lantas menunggu serpihan daun teh yang mengambang saat diseduh hingga tenggelam. Ini benar-benar nilai yang sulit dipahami coffee snob pecinta kopi.

Oh iya, jangan lupa manfaat kesehatan yang bisa didapat selain sehat di dompet, minum teh tawar juga bermanfaat untuk memulihkan stres, menghambat pembentukan kolestrol, mengendalikan tekanan darah, mengurangi risiko penyakit jantung, memperlambat penuaan sekaligus mencegah kanker berkat kandungan zat antioksidan. Dan manfaat lain yang tak perlu saya jelaskan lebih jauh, karena ini bukan artikel bertema kesehatan.

Jadi, masih ada yang lebih baik dari teh tawar hangat? Yang lebih mahal, banyak! eh

Exit mobile version