Prank Foto dan Video Hantu: Contoh Kecil Aksi Teror Mental di Era Digital

prank

prank

Di zaman serba canggih ini memungkinkan orang-orang bertingkah aneh dan bikin geleng-geleng kepala. Mulai dari blunder, tingkah konyol, hingga menyebalkan pun bisa ditemui di sekitar kita melalui kecanggihan sosial media. Dengan bersosial media, kita dapat memperoleh informasi secara cepat dari seluruh belahan dunia. Eits, bukan hanya informasi. Media sosial juga sarat aksi-aksi prank dari seorang oknum yang bahkan adalah teman kita sendiri.

Di zaman serba canggih dengan keakraban yang makin intim dengan medsos, membuat banyak orang jadi lebih mudah untuk melakukan sesuatu. Salah satunya dengan melakukan prank kepada orang lain. Jika dulu trap sering dilakukan pada saat-saat tertentu seperti April Mop atau ketika menjelang ulang tahun seseorang, kini trap atau prank bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja—seperti media sosial WhatsApp.

Kemudahan pengoperasian WhatsApp dengan berbagai fitur mumpuni untuk melakukan pengiriman berbagai jenis file (termasuk foto dan video) meregenerasi bentuk prank yang biasanya dilakukan dengan jebakan-jebakan fisik, menjadi prank digital alias berupa gambar dan video. Saya yakin, jika banyak di antara kita yang pernah mendapat prank via WhatsApp, seperti prank foto dan video hantu.

Percayalah, aksi prank semacam ini ketika dilakukan di malam hari terutama pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat akan berdampak timbulnya delusi-delusi pada pikiran. Hal itu akan menjadi lebih menyebalkan apabila seseorang terlalu merasa takut sehingga menimbulkan paranoid-paranoid berlebihan pada jam tidur malamnya. Sugesti buruk karena delusi itu bisa bikin mimpi buruk Sob, dan saya mengalami sendiri hal ini.

Saya sadar jika akhir-akhir pekan ini adalah masa kejayaan bagi SimpleMan dengan cerita populernya yang berjudul KKN Desa Penari. Saya sempat membaca cerita itu sebelum ia meraih ketenarannya di media daring, bahkan pertelevisian Indonesia. Ternyata hingga kini cerita tersebut santer dibicarakan oleh banyak orang. Pokoknya dimana-mana ada cerita dan share link Twitter cerita horor KKN Desa Penari ini.

Salah satu yang terdampak kepopuleran cerita horor Mr.Simple itu adalah medsos WhatsApp. Ada saja yang dibicarakan oleh teman-teman saya soal cerita ini. Mulai dari kebenarannya, rasa penasaran tentang lokasi kejadian, hingga parodi-parodi yang dibuat berdasarkan isi cerita. Dasar tidak penting memang, tapi itulah nyatanya yang mereka lakukan.

Hingga pada satu malam, tepat di hari Kamis malam Jumat (entah apa kalender Jawa yang bertepatan dengan hari itu). Seorang teman saya membuka percakapan tentang cerita horor ini. Ia tiba-tiba menanyakan keniscayaan kejadian cerita, dan betapa dia sangat merasa ketakutan saat membaca. Hanya saja sejujurnya saya kurang tertarik percakapan kami yang diawali dengan cerita horor itu. Pertama, karena hari sudah malam. Kedua, karena saya sudah tidak tertarik lagi.

Akhirnya saya berusaha memotong obrolan dengan mengalihkan topik pembicaraan lain seputar dunia kerja atau bahan ghibah lain. Pokoknya jangan cerita horor KKN Desa Penari itu lagi deh. Merasa telah berhasi dalam usaha pengalihan isu percakapan, saya melakukan serangan pengalihan lain dengan membuka sesi curhat untuk teman saya itu. Bercurhatlah dia panjang lebar.

Beberapa kali saya merasa obrolan kami mengalir tanpa hambatan. Saya pun sedikit demi sedikit mengikis ketakutan di malam Jumat (waktu itu pukul 23.00, dan saya masih insomnia). Lumayan, teman saya bisa dijadikan rekan ngobrol yang asyik dan nyambung malam itu. Drrrt…Drrrtttt…, ponsel saya bergetar tanda ada pesan WhatsApp baru yang masuk. Pengirimnya tetap dari teman saya yang satu itu.

Ia mengirimkan sebuah video dengan format GIF dengan keterangan, “Liat deh, ini waktu doi lagi cupu-cupunya duluuuu!”. Terdorong oleh rasa penasaran, akhirnya saya mengunduh video GIF tersebut. Mulanya saya melihat seorang pria berkaos hitam berdiri dengan tangan bersidekap. Semenit selanjutnya… Mak ajegig! Foto makhluk “hantu bungkus” dengan wajah hancur berantakan memenuhi layar ponsel saya. Spontan saya melempar ponsel.

Seperti disergap ketakutan seketika. Suasana malam Jumat yang tadinya saya pikir baik-baik saja tiba-tiba terasa lebih hening dan senyap dari sebelumnya. Hanya saya penghuni rumah yang masih terjaga di pukul 23.40 an (kalau tidak salah waktu itu). Sedangkan ponsel saya yang terlempar di sudut tembok dekat pintu masih menyala menampilkan video GIF yang siap diputar kembali. Hebatnya, video itu bisa memperpanjang durasi insomnia saya—benar-benar panjang.

Itu baru contoh pertama. Contoh selanjutnya prank via WhatsApp dilakukan oleh oknum teman saya yang lain di WAG kelas kuliah yang sedang ramai dan asyik ghibah bersama. Meskipun kejadian ini dilakukan sebelum cerita KKN Desa Penari naik daun, bagi saya prank ini juga tidak kalah menjengkelkan.

Layaknya ksatria datang membawa kabar penting, teman saya ini membagikan sebuah file dengan format WPS Office dengan judul UNDANGAN. Karena saat itu suasana WAG sedang grup dan asyik haha-hihi, seketika perhatian mereka berbalik kepada file yang dikirimkan oleh satu teman saya tersebut. Termasuk saya yang pada akhirnya ikut mengunduh.

Dasar keparat, bajul tenan! File WPS Office itu berisi foto penampakan yang karena saking kagetnya saya spontan melempar ponsel dan tidak sempat mengamati gambar itu lebih tanek. Pokoknya serem, dan saya kaget.

Sejak hari itu akhirnya saya jadi merasa sedikit terserang syndrome traumatic disorder, alias jadi trauma dan rupanya juga terjangkit paranoid schizophrenia ringan karena setelah kejadian itu saya jadi lebih paranoid dengan jenis-jenis file yang dikirimkan kepada saya terutama foto dan video. Sehingga tidak jarang hal itu berujung pada pengabaian saya terhadap pesan-pesan orang lain yang bisa jadi bersifat penting.

Akhirnya, dengan tidak mengurangi rasa hormat apapun untuk para netizen. Tolong, gunakan media sosial sebijak mungkin. Niat menghibur sih boleh-boleh saja asal jangan keterlaluan dan malah bikin nggak menghibur sama sekali bahkan yang ada blunder hanya meninggalkan kesan trauma pada korban.

Maaf juga jika kalian menanyakan bagaimana penampakan dari foto penampakan tersebut atau mengapa foto itu tidak dilampirkan dalam tulisan ini. Itu karena saya sudah menghilangkan jejaknya sama sekali di menit-menit setelah prank itu menimpa saya. (*)

BACA JUGA Tidak Penasaran dengan Cerita Horor KKN Desa Penari Indikasi Seseorang Ber-IQ Tinggi: Benarkah? atau tulisan Ade Vika Nanda Yuniwan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version