Pada suatu hari di sore yang mendung sembari menunggu azan Maghrib, pemandangan di sekitar kompleks GBK tidak seperti biasanya. Jika GBK hanya diramaikan oleh orang-orang yang menghabiskan waktu bersantai maka fenomena langka mulai terjadi yaitu keberadaan kendaraan bermotor yang melaju kencang bagaikan kuda. Yang jelas, kerumunan kendaraan tersebut tidak sedang terkena razia apalagi tes mengemudi melainkan dipakai untuk ajang prestius yang diklaim mirip dengan ajang balapan F1.
Lebih anehnya lagi, balapan mobil ini justru dilakukan di arena bersejarah bangsa Indonesia yaitu GBK yang jelas-jelas tidak bisa sembarangan dipakai apapun selain berolahraga atau sejenisnya. Padahal makna sesungguhnya GBK dari zaman dulu adalah sebagai Ruang Terbuka Hijau dan tidak boleh ada unsur pencemaran lingkungan tanpa kecuali. Bahkan tagar #StopBalapanMobildiGBK mewakili suara hati netizen yang ingin segera membatalkan balapan mobil dengan alasan lingkungan mulai terkontaminasi oleh pencemaran udara akibat dampak dari balapan mobil.
Sebagai respon, ada sebagian pihak yang mungin bertanya-tanya tentang manfaat diadakannya GBK Race: mengapa tidak memakai Sirkuit Sentul saja yang sebenarnya sirkuit resmi untuk balapan? Apakah balapan mobil itu diperbolehkan di jalan raya tanpa takut adanya kecelakaan atau benarkah balapan mobil mulai menjadi tren di masyarakat di saat masih banyak jalan alternatif yang layak digunakan? Melihat dari pertanyaannya saja, saya terkadang pusing untuk menjawabnya. Supaya lebih adem, saya memilih jalan tengah sebagai opsi terbaik yaitu fungsi GBK boleh digunakan siapa saja asalkan tidak dipakai untuk berdemonstrasi atau merusak lingkungan.
Daripada penasaran, mari kita bahas seputar balapan mobil di GBK. Ajang balapan ini yang disebut sebagai GBK Race adalah ajang yang direncanakan untuk memeriahkan Ulang Tahun GBK. Selain itu, GBK Race boleh dilakukan siapa saja tanpa membedakan status amatir atau profesional. Bagi anda yang belum berpengalaman atau familiar dengan lomba balap mobil ini, anda boleh kok merasakan sensasi balapan mobil di GBK Race secara sukarela. Ingat, anda tetap menaati peraturannya seperti jangan mengebut, menyenggol mobil lain dengan sengaja dan balapan di luar lintasan. Secara konsekuensi, jika anda tidak menyanggupi aturannya maka anda siap-siap mendapatkan hukuman penalti ala F1 yaitu posisi start dimulai dari belakang sampai larangan membalap sesuai dengan hukumannya. Makanya sebelum membalap, baca doa terlebih dahulu agar selamat sampai tujuan.
Dibandingkan dengan F1, GBK Race tidak memerlukan jasa Umbrella Girl apalagi kokpit yang selalu menjadi tradisi setiap ajang balap mobil diadakan. Sebagai gantinya, Panitia GBK Race memakai jasa volunteer sebagai pengganti kokpit lalu mengundang penonton sebagai saksi sejarah di ajang GBK Race. Tidak lupa juga kehadiran sponsor bernuansakan lokal juga mewarnai GBK Race sebagai partner kerjasama. Selain itu, mobil yang disediakan adalah merek khas F1 tetapi bukan bertipe mobil balap berbentuk pesawat melainkan mobil sehari-hari yang dimodifikasi dengan teknologi mutakhir. Fakta lainnya, GBK Race menggunakan sistem drag race yang mengandalkan trek lurus sehingga membalapnya tidak perlu melewati jalan sambil berputar apalagi sampai turun ke bawah.
Ngomong-ngomong, melihat balapan Mobil di GBK saja mengingatku pada film The Fast and Furious yang sering menyajikan kombinasi balapan dan laga sehingga menontonnya terasa seru dan menegangkan sekaligus membuat jantungku berdetak cepat atas aksinya yang mengejutkan. Tenang saja, GBK Race tidak menyediakan adegan berbahaya selama masih berada dalam pengawasan oleh Panitia sehingga anda tidak perlu khawatir untuk menyaksikannya.
Apapun alasannya, momen penyelenggaraan GBK Race mulai menuai pro-kontra dari masyarakat. Bagi kaum pro, GBK Race dilakukan untuk memeriahkan acara di GBK sekaligus melepas kerinduan akan menonton balapan di Indonesia secara langsung dikarenakan anda biasanya hanya menonton balapan hanya di TV atau pergi ke luar negeri dengan ongkos mahal. Sementara untuk tim yang kontra, mereka tidak setuju dengan diadakannya GBK Race karena dianggap merusak fasilitas umum. Contohnya saja area sekitar Stadion GBK yang biasa dipakai oleh masyarakat umum aktivitas untuk jalan-jalan, jogging, dan bersepeda justru mulai tergusur dengan adanya GBK Race.
Penyebab lainnya adalah bau knalpot yang menyengat dan berpotensi menyebabkan polusi udara pada orang yang melintas di GBK sehingga peluang menderita penyakit ISPA akan terus bertambah tanpa disadari. Sayangnya, petugas GBK lebih mementingkan GBK Race ketimbang memberikan kenyamanan bagi masyarakat. Hasilnya, terjadilah adu mulut sampai-sampai tidak ada yang mau mengalah di antara mereka.
Menanggapi hal tersebut, balapan mobil di GBK sudah mengantongi surat izin kepada Pengelola GBK atas rekomendasi dari Ikatan Motor Indonesia (IMI). Melalui pernyataan Juru Bicaranya, GBK Race hanya digunakan sebagai uji coba kecepatan Mobil sekaligus membantah adanya isu balapan mobil yang mulai dibicarakan oleh banyak pihak beberapa hari sebelumnya. Setelah diputuskan, GBK Race resmi dibatalkan sampai waktu yang tidak ditentukan. Dampaknya adalah masyarakat merasakan kebebasan lalu merayakannya sebagai tanda merdeka dari event yang terancam mengotori lingkungan sekitar GBK.
Sebagai pembelajaran, alangkah baiknya menyelenggarakan balapan motor maupun mobil dilaksanakan di lapangan terbuka. Selain tempatnya yang luas, suasana membalapnya pun terasa hening dan dijamin tidak akan merusak lingkungan selama masih di jalur yang aman. Demi mewujudkan balapan di Indonesia, mari kita dukung Pemerintah supaya menyediakan sirkuit yang layak agar dapat menghasilkan pembalap Indonesia berkualitas dan diharapkan lolos ke F1 dengan membawa panji Merah Putih ke ranah Internasional! (*)
BACA JUGA Mahasiswa dan Polisi: Renggangnya Hubungan Baik Saya dengan Kakak Akibat RUU Ngawur dan Elite Politik atau tulisan Aditya Mahyudi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.