Please deh, Kalau Lagi Diskusi Jangan Langsung Potong Pembicaraan

Please deh, Kalau Lagi Diskusi Jangan Langsung Potong Pembicaraan Terminal Mojok

Diskusi atau ngobrol biasa memang sangat mengasyikkan, apalagi kalau tema pembicaraannya menarik dan lucu, suasana pasti akan lebih hidup. Dengan tema pembicaraan yang hidup dan asyik, terkadang kita lupa diri dan tidak sadar seperti apa tingkah dan perilaku kita saat bercanda. Bisa saja pembicaraan yang kita anggap hanya candaan biasa bermakna ejekan bagi orang lain.

Biasanya saat sedang kumpul bersama kawan-kawan, keseruan akan terjadi dan tidak sedikit juga ada beberapa orang yang berbicara panjang lebar. Entah membicarakan sesuatu yang memang serius atau bahkan membahas hal-hal sepele. Begitulah kiranya manusia, saat sedang berkumpul pasti mengupayakan suasana dan pembicaraan jadi asyik agar tidak seperti suasana kuburan.

Kegiatan kumpul atau diskusi adalah kesempatan yang paling tepat untuk dapat bergaya memesona. Mengikat para pendengar melalui retorika ala dewa, hingga akhirnya dapat terlena terhadap keadaan, dan mendominasi suatu pembicaraan adalah suatu hal yang memukau. Beginilah yang kerap terjadi, setiap momen kumpul-kumpul dan diskusi dimanfaatkan untuk gaya-gayaan. Tujuannya bermacam-macam, selain digunakan untuk kegiatan yang memang serius, ada pula yang hanya mencari sensasi dan menargetkan perhatian pujaan hati. Eaaa~

Berdasarkan pengalaman, saya sering menemukan orang-orang yang sering mendominasi suatu pembicaran. Walau saya tahu kalau pembahasan yang diangkat memang dikuasai orang tersebut, namun yang agak saya sesalkan adalah seringnya orang lain memotong pembicaraan saya padahal saya belum selesai bicara. Coba deh bayangkan, pasti rasanya tidak enak, kan?

Hal seperti itu terkesan biasa dan sepele, namun jangan menyepelekannya begitu saja. Orang mungkin tidak sadar kalau sebenarnya tindakan tersebut telah merampas hak orang lain untuk bicara. Begini-begini sakit lho rasanya. Yah, biasanya memang orang cenderung tidak sadar untuk ikutan nimbrung kalau tema pembicaraan telah mengikat keahlian dan jiwanya. Alhasil, mulut terasa gatal kalau tidak menjelaskan rinci ketika ada pembicaraan di mana kita adalah ahlinya. Sebenarnya sih memang baiknya seperti itu, tema pembicaraan harus dijelaskan oleh orang yang benar-benar menguasai, supaya tidak terjadi ada orang yang sembarangan ngomong.

Namun, sangat tidak etis saat seseorang sedang berbicara tiba-tiba langsung dipotong orang lain. Walaupun apa yang dibicarakan itu keliru, setidaknya kita harus menghargai seseorang sampai ia selesai berbicara. Nah, ketika selesai berbicara barulah kita meluruskan atau menjelaskan ulang, kalau memang dia salah atau keliru. Saya kira seharusnya seperti itu cara berdiskusi yang baik.

Jadi, kepada teman-teman saya yang merasa sering memotong pembicaraan, tolong dong selama diskusi jangan langsung memotong pembicaraan orang lain. Walaupun saya tahu kalau kalian sedang terbawa suasana dan tidak sadar apa yang sedang kalian lakukan. Semoga kalian membaca tulisan ini. Tetapi, saya sama sekali tidak ingin menyinggung privasi kalian, ya. Hehehe.

Kenapa saya mengatakan demikian? Mengingat saya adalah seorang pendiam dan mungkin tulisan ini dapat mewakili orang-orang yang memiliki karakter pendiam. Jadi, untuk orang-orang yang hobi banyak bicara, tolong jangan terlalu memonopoli pembicaraan saat berdiskusi, berikanlah kesempatan pada kami untuk berbicara. Karena tidak mungkin kan kami langsung berbicara saat ada orang lain sedang berbicara, kami tidak ahli menyelinap untuk memotong pembicaraan. Dipersilakan saja belum tentu kami bisa berbicara, apalagi kalau tidak. Itulah karakter buruk kami.

Kami yang pendiam ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan orang yang ceplas-ceplos. Saya sendiri sangat lambat ketika sedang berbicara, sehingga hal seperti itu biasa dijadikan peluang oleh teman-teman untuk memotong pembicaraan.

Dengan demikian, sekali lagi tolonglah, jangan langsung memotong pembicaraan orang. Dan bagi yang hobi memotong pembicaraan saat orang lain sedang berbicara, evaluasi diri deh agar hal seperti itu tidak terus-terusan dilakukan. Budaya seperti itu perlu untuk dihilangkan dalam momen diskusi, agar nantinya semua orang mendapatkan hak bicara yang sama.

Walaupun itu adalah karaktermu juga, yang bisa saja kau anggap bukan suatu kekeliruan. Tetapi, marilah saling mengerti dan memperbaiki kekurangan masing-masing. Agar nantinya kamu dan aku dapat sama-sama nyaman saat ngobrol. Seperti cintaku dan cintamu dapat menyatu, agar kebahagiaan itu dapat menjadi milik kita. Wah, parah, kenapa jadi bahasa cinta?!

BACA JUGA Mengapa di Kampus Saya, Anak Jurusan Matematika Dilarang Gondrong sih? dan tulisan Budi Prathama lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version