Kunjungan ke Pati, wilayah plat K, yang memancing emosi
Sederet emosi itu kemudian mereda setelah kemarin saya bertandang ke wilayah Pati. Bersama suami, kami berkunjung ke daerah sarangnya plat K. Tentu saya sudah ancang-ancang hati jiwa dan raga, “Pokoknya, sabar, Pakne kalau disalip dari kiri,” kata saya mirip pemain ketoprak lawasan.
Saya masih ingat betul beberapa tahun lalu saya ke Pati dengan sepeda motor. Jalan memang tidak 100% mulus, tapi saya bisa dengan mulus lewat. Lain dengan motor, mobil tidak bisa selip-selip leluasa. Apalagi setelah dengan mobil saya merasa wilayah Pantura Kudus-Pati itu sempitnya tiada tara.
Belum lagi saya biasa dengan jalur Pantura Demak-Semarang yang 2 arah. Sudah begitu Semarang, Batang, Pekalongan jalannya lebar-lebar. Masuk Pantura Kudus Pati sungguh saya mengelus dada. Selain sempit, tidak ada separator.
Maka, benar-benar suatu “keberuntungan” kalau Anda bisa mendahului dari sisi kanan. Lha wong dari lawan arah isinya truk sama tronton. Masih ada bus yang ngeblong dan benar-benar memancing emosi emosi saya. Gimana nggak emosi, ini urusan nyawa.
Suami saya ikutan emosi
Suami saya berasal dari daerah di sekitar Kudus. Selama di perjalanan, dia berusaha kuat menaati peringatan saya. Namun, pada akhirnya, dia emosi juga. Lama-lama, dia berubah dari pengendara plat H, jadi semi AA, lalu dan K. Sudah, dia jadi emosi dan ikut-ikut mendahului dari kiri karena frustasi susah cari momentum salip kanan.
Lawan arah ada tronton, sudah begitu jalanan padat merayap. Saya jadi heran, kok bisa, para pengendara di Pantura Demak-Semarang jadi lincah menyalip dari kiri. Dari heran, lalu jadi maklum para pengendara plat K jadi jagoan mencari celah dari sisi kiri. Mereka benar-benar haqqul yakin ini yang disalip tidak akan mendadak mepet kiri. Padahal bahu jalan juga beneran nggak lebar-lebar banget. Belum lagi, lubang-lubang dan kadang berair.
Mendahului dari kiri itu berbahaya. Sangat tidak aman bagi yang menyalip maupun semua yang disalip. Tapi ya begitu adanya, pengendara yang ugal-ugalan ini beneran bikin emosi. Yah, semua plat pasti punya pengendara yang menyebalkan. Akhirnya kita sendiri yang kudu hati-hati. Eh, sudah hati-hati, masih juga “jadi korban”.
Penulis: Anisa Fitrianingtyas
Editor: Yamadipati Seno
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.