Bisa jadi tahun 2025 ini, Kampung Inggris Pare menjadi satu-satunya daerah di Indonesia yang masih mempertahankan dominasi sepeda konvensional ketimbang sepeda motor. Di Kampung Inggris, kita seolah dibawa ke awal dekade 2000-an ketika sepeda motor belum jadi kendaraan yang mendominasi jalanan. Bukan karena warga lokalnya nggak mampu membeli motor, tetapi karena bisnis penyewaan sepeda tumbuh subur berkat kedatangan siswa kursus dari berbagai daerah yang membutuhkan sepeda sebagai kendaraan sehari-hari.
Para siswa ini senang karena mereka nggak perlu berjalan kaki ke sana kemari. Mereka juga nggak perlu menyewa sepeda motor dengan biaya yang tak sedikit. Warga lokal juga mendapat penghasilan yang banyak dari bisnis penyewaan sepeda ini.
Baik di luar maupun di dalam Kampung Inggris Pare, bersepeda merupakan hal yang memiliki manfaat positif ketimbang dampak negatif. Dampak negatif bersepeda bisa jadi hanya berasal dari segelintir pesepeda yang kelakuannya ajaib. Bagi saya, yang sehari-hari berkendara dengan sepeda motor di Kampung Inggris, pesepeda Kampung Inggris memiliki beberapa kelakuan ajaib dan meresahkan.
Daftar Isi
Layaknya jalan di pedesaan lain, ukuran jalan-jalan di Kampung Inggris Pare sangat kecil. Beberapa ruas jalan bahkan nggak cukup menampung dua mobil yang berpapasan, tetapi memiliki lalu lintas yang padat seperti di Jalan Dahlia dan Glagah.
Namun kadang-kadang kemacetan di jalan tersebut bukan disebabkan padatnya lalu lintas, melainkan karena rombongan pesepeda yang asyik ngobrol. Mereka membangun formasi lebih dari dua sepeda yang melebar ke badan jalan bak saf salat. Akibatnya, kendaraan di belakang mereka terpaksa berjalan lebih lambat, apa pun tipenya.
Seyogianya, rombongan pesepeda ini membentuk formasi baris ke belakangan saja seperti antrean supaya nggak makan badan jalan. Pengguna jalan lain yang berada di belakang mereka pun nggak terhambat sehingga kemacetan bisa diminimalisir.
Melawan arah
Selain jalan-jalannya berukuran kecil, wilayah Kampung Inggris Pare dilintasi beberapa jalan utama yang ramai, besar, dan memungkinkan pengendara memacu kendaraannya dengan kecepatan lebih dari 40 km/jam. Misalnya Jalan Brawijaya.
Jalan Brawijaya adalah jalan dua arah di Kampung Inggris, tapi entah kenapa banyak sekali pesepeda yang melawan arah di jalan ini. Padahal jalan ini dilintasi bus dan truk. Entah kenapa para pesepeda ini sulit sekali bersepeda mengikuti arah yang benar dan malah memilih melawan arah.
Nggak tengok kanan-kiri saat berbelok dan melintasi perempatan
Kejadian ini acapkali saya alami ketika berada di jalan-jalan kecil yang memiliki banyak perempatan dan akses keluar-masuk gang Kampung Inggris Pare seperti di Jalan Anyelir, Flamboyan, dan Glagah. Banyak sekali pesepeda yang “slonong boy” begitu saja tanpa tengok kanan-kiri ke jalan utama yang akan dia seberangi.
Memang ketiga jalan yang saya sebutkan di atas nggak seramai dan sebesar Jalan Brawijaya. Tapi bukankah menengok kanan-kiri sebelum menyeberang sudah seharusnya kita lakukan ketimbang diseruduk kendaraan yang melintas?
Membawa mindset mengendarai kendaraan bermotor saat bersepeda di Kampung Inggris Pare
Para siswa di Kampung Inggris Pare umumnya nggak bersepeda di kampung halaman mereka. Mereka baru menggunakan sepeda sebagai alat berkendara utama ketika berada di Pare.
Nah, banyak sekali siswa yang sepertinya nggak sadar bahwa mereka kini bersepeda, yang tentu saja nggak secepat naik kendaraan bermotor. Ketidaksadaran tersebut membuat banyak pesepeda melakukan hal-hal yang sama seperti saat mereka mengendarai sepeda motor. Misalnya menyusul mobil atau motor lain hingga berbelok begitu saja tanpa memberikan isyarat untuk berbelok padahal kan sepeda nggak dilengkapi sein layaknya motor.
Bersepeda di Kampung Inggris Pare memang punya banyak manfaat, baik untuk kita yang naik sepeda maupun bagi lingkungan sekitar. Tapi kalau mau pengalaman bersepeda yang aman dan nyaman, ya harus lebih sadar diri dan nggak asal asyik sendiri di jalan. Jangan sampai kelakuan kayak blokade jalan, melawan arah, atau ngebut tanpa sinyal malah bikin suasana jadi kacau dan mengganggu pengguna jalan lain.
Yuk, sama-sama bersepeda dengan bijak dan saling menghargai supaya Kampung Inggris Pare tetap asyik, tertib, dan nyaman buat semua orang.
Penulis: Tito Satrya Kamil
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.