Menjadi fresh graduate adalah fase dimana seseorang akan memasuki gerbang dunia yang sesungguhnya. Bukan berarti masa-masa sebelum jadi fresh graduate kita masih berada dalam dunia buatan ya, bukan. Tapi istilah dunia sesungguhnya memiliki arti dimana seseorang berada dalam fase paling tinggi dari perjalanan hidupnya pasca pendidikan yang sudah dirampungkan. Para fresh graduate yang sudah tidak terikat pendidikan, harus dilepas bebas ke dunia kerja.
Sebagai lulusan sarjana yang masih hangat, berburu pengalaman adalah salah satu target yang wajib dilakukan dalam bucket list seorang fresh graduate. Pengalaman akan sangat krusial bagi mereka yang setelah mendapat gelar sarjana yang akan terjun di dunia kerja. Meskipun sebenarnya para fresh graduate yang kembali meniti jalan pendidikan pasca sarjana juga tetap memerlukan adanya pengalaman. Namun para calon pekerjalah yang lebih utama membutuhkan.
Berburu informasi lowongan pekerjaan di media cetak, media daring, sampai rutin berburu acara job fair, membuat barisan para fresh graduate ini ditempa keberanian dan keteguhan hati dalam masa-masa pencarian kerja. Sampai pada waktunya, satu per satu akan mendapat pekerjaan sesuai dengan harapan. Para fresh graduate pun senang bukan main!
Menjalani pekerjaan sesuai dengan bidang dan kemampuan akan terasa sangat menyenangkan. Setelah menjalani rutinitas kerja selama sebulan, akhirnya masa-masa yang paling dinantikan itu datang juga. Ya apalagi kalau bukan terima gaji pertama. Duh senengnya~
Menerima gaji pertama bagi para fresh graduate adalah salah satu hal membahagiakan pasca kelulusan. Setelah sekian lama menahan krismon ala anak kos saat masa-masa skripsian, akhirnya pemasukan pertama dari hasil jerih payah itu benar-benar terwujud. Tapi yah, namanya gaji pertama. Kedatangannya bukan hanya kita yang menunggu, tapi juga orang-orang terdekat kita. Contohnya adalah para teman dekat.
Cairnya gaji pertama dalam hidup seorang fresh graduate adalah hal yang paling dinanti-nantikan oleh mereka juga. Seseorang yang mendapat gaji pertama biasanya akan diberlakukan pajak gaji pertama alias traktiran! Ya pokoknya sebanyak apapun teman kita, kalau kita dapat gaji pertama (yang kadang jumlahnya masih belum seberapa) kewajiban menraktir itu praktis datang tiba-tiba. Yang saya pikirkan selanjtnya adalah, perlu nggak sih traktiran gaji pertama?
Setiap orang tentu mempunyai jawaban yang berbeda. Beberapa teman saya menyetujui hal ini, dan beberapa lainnya merasa keberatan. Saya termasuk kubu yang mana? Kita lihat saja nanti, hehe.
Sebenarnya traktiran gaji pertama ini muncul karena adanya kebiasaan yang sering dilakukan oleh masyarakat kita. Dimana kebiasaan ini dianggap sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang didapat oleh orang terdekat. Kebiasaan ini pun semakin marak di tengah kaum milenial. Bagi kaum milenial yang identik dengan kebiasaan bersenang-senang, traktiran upah pertama seolah-olah dianggap menjadi tradisi yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang.
Anak muda mana yang nggak suka ditraktir? Iya, ditraktir gitu lho. Bisa makan dan minum sepuasnya tanpa mengeluarkan uang pribadi sepeser pun.
Bagi mereka yang ditraktir tentu adanya traktiran upah pertama adalah rezeki. Tapi bagi orang yang dikenai kewajiban mentraktir? Bisa jadi biasa saja, atau bahkan bisa jadi beban. Bergantung dari bagaimana subjek itu menilai kebiasaan traktiran gaji pertama.
Saya sendiri berada di pihak netral. Maksudnya begini, traktiran gaji pertama memang bisa ditujukan sebagai ucapan rasa syukur dengan berbagi rezeki gajian dengan orang-orang terdekat. Traktiran gaji pertama yang diarahkan dengan cara yang baik dan benar serta diliputi keikhlasan akan menjadi ladang berkah bagi rezeki-rezeki selanjutnya. Singkatnya, Tuhan akan mengganti dan melipat gandakan rezeki yang telah kita bagi pada momen traktiran.
Traktiran yang baik dan benar dilakukan dengan mengestimasikan secukupnya uang upah pertama. Sehingga, ketika momen traktiran itu berakhir si penerima upah pertama tetap menyimpan uang. Traktirlah teman-teman kita dengan secukupnya. Karena yah, kebutuhan hidup tidak bisa diselesaikan dalam waktu sehari dua hari, Sob. Sebagai pekerja pemula, menyisihkan uang untuk kebutuhan finansial yang lebih urgent itu penting!
Tapi itu jika traktiran gaji pertama dilakukan dengan cara yang baik dan benar yha. Berbeda halnya dengan jenis traktiran yang bersifat hedon. Berfoya-foya menghamburkan uang gaji pertama di momen traktiran, bisa jadi sebuah hal yang sia-sia. Traktiran hedon ini bisa terjadi karena besarnya gengsi di ‘bos besar’ atau karena teman-teman pemburu gratisan yang tidak tahu diri. Sudah ditraktir, maunya makan di kafe elit 🙁
Untuk menghindari kebiasaan traktiran upah pertama yang bersifat hedon, ada baiknya jika traktiran dilakukan di rumah dengan mengadakan pesta kecil atau tasyakuran kecil khusus orang terdekat. Dengan begitu, kita sebagai penerima gaji pertama tetap bisa mengontrol pengeluaran uang dengan menghidangkan masakan rumah, sekaligus meminta doa dari orang-orang terdekat untuk keberkahan rezeki.
Tapi kepentingan traktiran gaji perlu disesuaikan dengan daftar kebutuhan. Jika memang memiliki kebutuhan yang lebih mendesak, ada baiknya traktiran gaji pertama perlu ditunda. Sebaiknya gaji pertama perlu dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih genting. Bayar cicilan misalnya. hehe (*)
BACA JUGA Orang Lain Menyebutnya Pembunuh atau tulisan Ade Vika Nanda Yuniwan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.