Perempatan Gramedia Jogja: Perempatan Ruwet yang Mencoreng Keindahan Jalan Jenderal Sudirman Jogja

Perempatan Gramedia Jogja: Perempatan Ruwet yang Mencoreng Keindahan Jalan Jenderal Sudirman Jogja

Perempatan Gramedia Jogja: Perempatan Ruwet yang Mencoreng Keindahan Jalan Jenderal Sudirman Jogja (Pixabay.com)

Keruwetan yang ada di Perempatan Gramedia Jogja ini seakan-akan mencoreng keindahan-keindahan yang ada di Jalan Jenderal Sudirman

Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan di Jogja yang cukup terkenal. Tidak hanya terkenal dari namanya, tetapi memang Jalan Jenderal Sudirman memiliki kekhasan tersendiri dengan dekorasinya di sisi sepanjang jalan tersebut. Bagi saya, Jalan ini merupakan jalan favorit saya di Jogja, karena saya bisa “cuci mata” sejenak dengan keindahan di sisi-sisi jalannya.

Nah, jika kalian melintasi Jalan Jenderal Sudirman dari arah timur, sudah pasti akan bertemu dengan Perempatan Gramedia Jogja Sudirman atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan Perempatan Gramedia Jogja. Bagi warga Jogja, melewati perempatan ini seperti melewati tantangan yang sulit, bahkan terkadang sampai membuat mereka yang melintas harus mengelus dada.

Kenapa? Karena Perempatan Gramedia Jogja ini memang ruwet.

Jebakan batman bagi pengendara yang belum pernah lewat sini

Lazimnya, setiap kali berada di perempatan lampu merah, kita punya pilihan untuk belok ke arah kiri maupun kanan. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku di Perempatan Gramedia Jogja ini. Buat pengendara dari arah selatan, mereka hanya diperbolehkan untuk lurus atau belok ke kiri. Sementara buat pengendara dari arah utara, nasib mereka lebih apes karena satu-satunya opsi hanya lurus. Dari sini saja kita sudah pusing membayangkannya.

Setiap saya melalui perempatan ini, nggak jarang ditemui banyak pengendara dari arah utara yang “kegocek” karena berbelok ke arah kanan. Sekadar informasi, lampu hijau dari arah selatan dan utara itu berjalan bebarengan. Sehingga ketika ada pengendara dari arah utara yang berbelok ke arah kanan, sudah pasti akan disambut suara klakson dari pengendara arah selatan.

Sebenarnya beberapa tahun yang lalu, pengendara dari arah utara masih diperbolehkan untuk berbelok ke arah kanan. Tapi, entah kenapa sekarang hal itu sudah tidak diperbolehkan lagi. Belum lagi, rambu larangan belok kanan yang berada di sisi utara tertutup oleh pohon. Jadi makin membuat banyak pengendara yang bingung dan terkecoh.

Banyak pengendara nakal yang sering menerobos lampu merah

Kekesalan saya ketika melintasi perempatan ini adalah aksi-aksi ngawur yang dilakukan beberapa pengendara ketika lampu lalu lintas baru saja berganti merah. Bukannya berhenti, sering ditemui pengendara yang malah menambah laju kendaraannya. Nggak jarang kecelakaan terjadi di sini, apalagi ditambah dengan padatnya lalu lintas yang kadang tidak terkontrol.

Saya menduga hal ini karena interval antara lampu lalin yang satu dengan yang lain sangat pendek. Sehingga, ketika sisi selatan dan utara baru selesai lampu hijau kurang dari 5 detik, dari sisi barat sudah berganti lampu hijau. Kalau saya pikir, sebenarnya ini cukup membahayakan buat pengendara. Selain berpotensi menimbulkan bentroknya arus, para pengendara ngawur ini bisa memanfaatkan keadaan untuk menerobos lampu merah, sehingga potensi kecelakaan menjadi sangat tinggi.

Keberadaan pos polisi yang berada di sisi utara perempatan juga kelihatan nggak membantu. Ya, karena pak polisinya saja hanya aktif ketika jam-jam tertentu, sementara pengendara yang sering menerobos itu tidak kenal waktu. Selama ada celah, mereka bakal terus menerobos.

Perempatan Gramedia Jogja, titik temu kemacetan Jogja

Perempatan Gramedia Jogja menjadi titik temu dari beberapa sumber kemacetan yang sering terjadi di Jogja. Misalnya saja, di arah barat menuju Tugu, arah utara ke Bunderan UGM, arah selatan ke Kridosono, dan arah timur ke Jalan Jogja-Solo. Titik-titik tersebut merupakan sarang kemacetan di Jogja ketika jam-jam sibuk. Jadi, nggak heran kalo Perempatan Gramedia Jogja ikut terkena getah dari kemacetan yang terjadi.

Sistem satu arah yang diberlakukan di sisi barat perempatan sebenarnya sudah bagus menjadi solusi mengurangi arus kemacetan. Tapi, karena sumber kemacetannya banyak, jadi solusi satu arah itu seakan nggak berguna. Kalau ada bus ataupun kendaraan besar lewat, kemacetan bisa lebih parah karena luas Perempatan Gramedia Jogja itu nggak sebesar perempatan-perempatan di ring road.

Itulah cerita dari Perempatan Gramedia Jogja dengan segala keruwetannya. Walaupun cukup menyimpan banyak masalah, tapi keindahan yang dimiliki di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman membuat saya merelakan diri berjibaku dengan perempatan ini.

Penulis: Georgius Cokky Galang Sarendra
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Gramedia, Toko Buku yang Sudah Nggak Menarik Lagi untuk Dikunjungi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version