Pengalaman Saya Makan Burger Pakai Sendok dan Garpu

Pengalaman Saya Makan Burger Pakai Sendok dan Garpu terminal mojok.co

Pengalaman Saya Makan Burger Pakai Sendok dan Garpu terminal mojok.co

Dengan bangga saya bilang kalau saya pernah makan burger pakai sendok dan garpu! Ini saya bukan pesan burger take away dan eksperimen makan pakai sendok dan garpu di rumah, ya. Ini penyajian burger di sebuah resto yang baru saja dibuka di kota saya.

Kalau kalian nggak percaya, ini penampakannya. Dijamin asli, bukan tempelan.

(sumber foto koleksi pribadi)

Saat hidangan datang, saya cuma bisa bengong beberapa saat. Bukannya mengagumi tampilan burgernya yang sebenarnya terlihat cukup bikin pengin. Namun, saya bingung. Kok, saya dikasih sendok dan garpu kecil untuk menyantapnya? Bukannya kalau makan burger itu sejatinya pakai garpu dan pisau atau sekalian pakai tangan, ya? Atau jangan-jangan menurut mereka, burger itu kembar identik dengan puding buah, banana split, atau potongan cheese cake?

Sejujurnya, mulut saya udah gatel banget mau nanya sama pelayan kenapa disajikan sendok dan garpu kecil? Akan tetapi, kalau jawabannya ternyata, “Yaaa… untuk makan burgernya, Kakak,” yang ada saya malah emosi jiwa. Jadi, ya, sudahlah. Saya coba saja menyantap burger dengan “fasilitas” tersebut. Hitung-hitung buat menambah pengalaman kuliner dan bahan gibah saya nantinya. Eh.

Sesuai kodratnya, sendok dipegang tangan kanan dan garpu di tangan kiri. Terus saya pun mencoba mengoles sedikit saus sambal dengan sendok ke atas roti. Sebentar! Dalam kasus ini, sebenarnya yang bertugas mengoles saus sambal itu sendok atau garpu? Ini saja sudah bikin saya bingung. Takut salah. Ntar dimarahi, dirasani, dan diserang netizen pemilik resto.

Lantas, saya pun mencoba menusukkan garpu ke roti burgernya. Ya, nggak bisa nembus sampai lapisan terbawah, lha wong garpunya kecil banget. Sepertinya ini garpu buat makan potongan buah, deh. Tapi, akhirnya saya paksa saja supaya tusukan garpu unyu itu bisa sampai ke dasar piring. Pencet, tindih, uh! Nah, sukses, deh.

Namun, kemudian saya kembali bingung. Setelah ini gimana? Apakah sendok yang kemudian bertugas memotong sang roti? Oh, siapa tau ini bukan sembarang sendok. Tapi sendok “bunglon” yang bisa berubah jadi gergaji ketika kita membuat gerakan seperti mengiris. Eh, ternyata nggak juga. Sang sendok tetap berwujud sendok.

Aaargh, terus gimana, dong?

Akhirnya saya coba mencari-cari di antara hiasan dinding resto, siapa tau ada tutorial bagaimana cara makan burger menggunakan sendok dan garpu kecil. Eh, nggak ada.

Ah, sudahlah, saya pegang saja burgernya pakai tangan. Persetan dengan sendok dan garpu! Tapi, burger ini sepertinya tidak diciptakan untuk bisa masuk mulut dengan sekali mangap. Nggak cuma roti burgernya yang tebal gila, tapi ternyata dipencet dikit saja dagingnya pun tumpah berantakan! Nah, di kesempatan inilah ternyata saya menemukan fungsinya sendok.

Jadi, burger dipegang pakai tangan dan gigit sekenanya. Kemudian potongan daging yang tumpah berceceran itu diambil sendok. Terus, apa gunanya sang garpu kecil? Bukankah sendok dan garpu memang diciptakan untuk saling melengkapi, ya? Jadi daripada blio gabut, akhirnya saya manfaatkan juga sang garpu untuk membantu saya memakan daging yang berjatuhan.

Ternyata masalah tidak selesai sampai disitu, Mylov.

Sendok dan garpu kecil itu baru “bermanfaat” setelah tangan saya memegang burger dan menggigitnya. Otomatis, tangan saya jadi agak sedikit berminyak karena sang roti sepertinya dibakar terlebih dahulu sebelum disajikan. Mungkin roti ini dibakar dengan mentega karena tangan saya jadi agak-agak lengket. Dengan kondisi seperti itu, saya kemudian memegang sendok dan garpu kecil untuk memakan daging-daging yang tumpah. Konsekuensinya, perlu berlembar-lembar tisu untuk membersihkan tangan saya yang berminyak. Ah, rempong sekali.

Ketidaknyamanan ini yang membuat saya mikir-mikir lagi untuk repeat order. Cukuplah makan burger pakai sendok dan garpu ini jadi pengalaman kuliner saja. Ah, sebenarnya rasa burgernya cukup nikmat. Tapi, kok, jadi nggak sepadan dengan keribetan saat memakannya? Halooo… ini burger lho, bukan kepiting saus Padang!

BACA JUGA Menggugat Saus Sambal yang Dituang Tanpa Permisi ke dalam Masakan dan tulisan Dessy Liestiyani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version