Pengalaman Saya Berkunjung ke RPSMB, Panti Sosial di Kota Pekalongan

Pengalaman Saya Berkunjung ke Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat Terminal Mojok

Biasa disebut dengan Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM), tempat ini adalah panti sosial yang berada di salah satu sudut Kota Pekalongan. Entah keberadaan panti sosial ini memang satu-satunya di Indonesia atau saya yang kurang informasi, namun ketika saya googling saya tidak mendapati RPSBM di kota lain. RPSBM dihuni orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), lansia, gelandangan psikotik, orang terlantar, juga sebagai tempat penampungan sementara orang yang terjaring razia Satpol PP seperti anak jalanan atau pengemis.

Kunjungan saya ke sana sebenarnya bermula dari kegiatan organisasi himpunan mahasiswa jurusan. Sekadar berniat mencari pengalaman baru, sekaligus bahan liputan untuk tugas saya yang lainnya, saya memberanikan diri ikut serta. Seperti yang saya dan teman-teman bayangkan, image RPSBM yang berisi orang dengan gangguan jiwa membuat kami sedikit khawatir lantaran tidak siap menghadapinya. Bingung harus bertindak dan juga bersikap kepada mereka.

Sebelum masuk untuk berbaur dengan warga RPSBM, saya dan teman-teman diberikan warning dari pengelola bahwa kami harus hati-hati dan menjaga sikap. Sontak saja hal ini lebih menanamkan ketegangan pada diri kami, alih-alih membuat tenang. Mental yang sudah dipersiapkan pun luruh seketika tatkala kami masuk ke dalam area pusat RPSBM yang mana di sana kami bisa berbaur dan melakukan komunikasi langsung dengan warga penghuninya.

Ketakutan kami rupanya benar-benar terjadi. Beberapa ODGJ yang dirasa aman (tidak membahayakan orang lain) dan dibiarkan bebas di area pusat tersebut langsung menghampiri kami. Mereka tampak excited dengan kedatangan orang asing. Beberapa di antaranya bahkan tak sungkan menyapa kami dan minta berjabat tangan. Tak sampai di situ, perasaan takut itu pun masih terus menggelayuti karena beberapa ODGJ yang ditempatkan dalam sel khusus juga tak kalah excited-nya. Mereka bahkan sampai berteriak kegirangan mencari perhatian.

Dengan luas bangunan yang tak seberapa, RPSBM membagi kamarnya untuk masing-masing kelompok. Katakanlah kamar dan sel khusus penyandang psikotik yang belum bisa tenang dan kamar untuk lansia. Jika ditanya suasananya, area lansia terbilang cukup tenang, tapi begitu menegangkan ketika memasuki sel khusus ODGJ. Menurut keterangan pengelola, penyandang psikotik kerap melakukan hal di luar dugaan seperti berteriak tak jelas, menyanyi dengan suara amat kencang, dan juga melemparkan makanan sembarangan. Bahkan, sempat ada pengurus yang dikejar-kejar dan kena pukul tanpa sebab oleh mereka. Betapa pengelola dan pengurus RPSBM ini memiliki jiwa yang besar.

Melalui bantuan APBD dan uluran tangan beberapa pihak lain yang datang secara sukarela, kebutuhan pokok RPSBM tercukupi meskipun hal itu sebenarnya dibilang cukup pas-pasan. Bagaimana tidak, pengelola harus maklum dengan lansia yang mulai pikun atau penyandang psikotik yang terkadang minta makan berkali-kali sekalipun mereka sudah mendapatkannya.

Saat itu saya menyempatkan diri berkunjung ke kamar lansia. Seperti orang tua pada usia senja kebanyakan, raut wajah mereka tampak sumringah melihat kedatangan kami dan tak hentinya bercerita. Mulai dari membicarakan teman sekamarnya, juga keluh kesah mereka dengan keadaan keluarga. Beberapa lansia dan penyandang psikotik di sini memang ada yang secara sengaja dititipkan keluarganya lantaran mereka merasa tidak mampu.

Sebelum pamit, saya sengaja duduk dan ngobrol dengan salah satu pengurus. Dia bercerita kali pertama bekerja di sana sampai pada akhirnya hatinya berlabuh di panti sosial tersebut. “Saya dulu sebenarnya nggak tahu RPSBM itu apa. Awalnya ke sini juga karna butuh pekerjaan, apa pun saya lakukan dibanding nganggur. Sampai akhirnya saya bertemu dengan mereka. Kaget, sudah pasti. Tapi semakin ke sini saya nggak merasa bekerja, Mbak. Kami mengganggap mereka seperti keluarga sendiri. Tiap di rumah ada makanan lebih, saya selalu teringat mereka, dan begitulah sampai saya menyukai tempat ini,” jelas seorang wanita yang tiap harinya mengurus keperluan penghuni RPSBM itu.

Beberapa bulan sejak kunjungan pertama, saya dan teman-teman berkesempatan mengunjungi RPSBM lagi setelah berhasil mengumpulkan pakaian bekas layak pakai dan beberapa barang lainnya. Saya mendapati raut terima kasih mendalam dari pengurusnya, juga senyuman dari penghuni RPSBM yang mengintip dari dalam.

BACA JUGA 10 Jenis Jajan Godhongan yang Cocok Buat Mengganjal Perut dan tulisan Elif Hudayana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version