Sebagai orang yang cuma pengin nonton film dengan damai, saya tuh nggak minta yang aneh-aneh. Yang penting tempatnya nyaman, popcorn enak, dan pulang dengan perasaan “ya ini worth it, kok”. Karena penasaran, akhirnya saya mencoba nonton di CGV J-Walk Jogja. Harga tiketnya memang lebih murah dibanding bioskop lain, jadi saya pikir sekalian hemat dan dapat pengalaman baru.
Akan tetapi ternyata pengalamannya bukan “wah seru”, melainkan “lho, kok gini?”. Berikut beberapa hal yang bikin saya berpikir keras setelah nonton di sana.
Dari masuk mall saja sudah kaget dengan suasananya
Begitu masuk mall, saya langsung merasa ada yang… aneh. Bukan seram, tapi vibes-nya kayak bangunan yang masih proses adaptasi jadi mall. Gelap, tenant-nya banyak yang kosong, dan atmosfernya bikin saya jalan pelan sambil berpikir, “Beneran ada di mall atau ini dunia lain?”
Paling bikin manggut-manggut adalah petunjuk arah di dalam J-Walk Jogja yang minim banget. Kalau biasanya mall lain punya papan besar bertuliskan Cinema →, di sini kayaknya itu konsep yang masih dalam tahap wacana. Akhirnya, saya menyerah dan bertanya kepada petugas kebersihan. Satu-satunya manusia yang terlihat mengetahui arah hidup dan arah CGV J-Walk Jogja.
Mesin tiket CGV J-Walk Jogja yang bikin frustrasi
Sebelum datang untuk nonton film di CGV J-Walk Jogja, saya sudah memesan tiket bioskop lewat aplikasi. Ekspektasinya kan tinggal datang, scan, cetak, selesai. Tapi ternyata mesin tiketnya nggak sesederhana itu. Dari dua mesin yang ada, nggak ada yang berfungsi dengan baik. Kertas tiketnya nggak keluar.
Saya sudah mencoba beberapa kali dan tetap eror. Yang bikin makin absurd adalah nggak ada petugas yang membantu. Jadi, ibaratnya cetak tiket yang hanya butuh waktu 3 menit berubah menjadi adegan penuh kebingungan sambil menahan malu karena mulai dilirik penonton lainnya.
Studio CGV J-Walk Jogja cerah kayak lampu stadion
Setelah drama tiket selesai, saya kira semuanya bakal aman. Tapi begitu film mulai, layar studionya terang banget. Bukan terang premium, tapi terang yang bikin mata refleks menyipit.
Adegan gelap pun tetap terlihat kayak siang bolong. Fokus ke cerita jadi berkurang karena setengah energi habis buat adaptasi retina. Tapi ya sudahlah, setidaknya kursinya nyaman.
Drama parkiran yang menguras kesabaran
Keluar mall pun masih ada tantangan. Jalur parkirnya muter-muter kayak puzzle. Sistem pembayarannya juga cashless semua. Kalau kebiasaan bayar tunai? Siap-siap bengong di depan palang sambil mencoba bertanya pada semesta.
Untung ada satpam baik hati yang kasih clue, “Pakai ShopeePay atau DANA aja, Mbak.” Tanpa beliau, mungkin saya masih terjebak di parkiran J-Walk Jogja sampai sekarang.
Jujur, konsep CGV itu menarik: interiornya estetis, kursinya nyaman, dan harga tiketnya bersahabat. Tetapi pengalaman di CGV J-Walk Jogja kemarin bikin semua nilai plusnya tenggelam.
Pada akhirnya, pengalaman nonton di CGV J-Walk Jogja ini bukan sekadar nonton film, tapi perjalanan penuh lika-liku dan kejutan. Kalau kamu belum pernah ke sana, silakan coba. Siapa tahu kamu lebih sabar atau lebih pro dalam decoding sistem mall modern.
Penulis: Nur Anisa Budi Utami
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA J-Walk Mall Jogja Bikin Kapok Pengunjung yang Datang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
