Saat membaca tulisan Mas Muhammad Iqbal Haqiqi yang berjudul Kelebihan dan Kekurangan Investasi Perak yang Perlu Kamu Ketahui di Terminal Mojok, saya jadi ingat punya perak. Tapi dalam bentuk dirham. Bukan, bukan dirham mata uang ya.
Koin dirham yang saya maksud di sini adalah dirham Antam. Bedanya dengan dirham mata uang, dirham Antam bisa dibilang instrumen investasi. Bukan untuk dijadikan alat tukar menggantikan rupiah.
Di sini saya mau cerita gimana sih rasanya punya dirham Antam. Biar pembaca sedikit banyak tahu rasanya investasi perak di Indonesia. Berikut cerita saya:
Pertama kali beli dirham karena harganya jauh lebih murah dari emas
Waktu kuliah saya suka sekali coba-coba berbagai instrumen investasi. Pikiran bodoh saya waktu itu, saya bakal kaya dari investasi. Maklum saja, saya masih sangat polos kala itu. Salah satu instrumen investasi yang saya coba adalah emas. Di saat saya masih kuliah, emas belum semahal sekarang. Masih sekitar Rp500-600 ribuan. Jadi ketahuan deh saya tua.
Setelah menabung selama berbulan-bulan, saya berhasil membeli 1 gram emas di Antam Semarang. Rasa senang memiliki emas batangan begitu membekas. Hingga membuat saya semangat menabung lagi.
Apesnya, tabungan saya nggak kunjung cukup untuk membeli emas. Selain karena harga emas naik, kebutuhan bulanan saya juga meningkat. Kondisi itu bikin saya memutar otak.
Akhirnya saya mencari instrumen investasi logam mulai lain di luar emas. Ketemulah si dirham Antam ini. Saat itu 1 dirham harganya jauh di bawah emas. Kalau nggak salah masih sekitar Rp100 ribuan.
Setelah membeli dirham, fokus investasi saya bergeser ke saham. Soalnya buka rekening saham lebih terjangkau ketimbang emas. Cukup Rp100.000 saja. Ditambah harga saham per lot juga masih banyak yang terjangkau saat itu.
Baru pada akhir 2021 saya berminat membeli dirham lagi. Kali ini bukan untuk investasi. Tapi untuk dijadikan mas kawin. Kenapa saya memilih dirham sebagai mas kawin? Biar antimainstream aja hehe.
Bingung mau jual di mana
Saya coba cari dirham pada toko resmi Antam di berbagai marketplace, nggak ada. Saya telusuri di website logammulia.com (website resmi penjualan logam mulia Antam), juga nggak ada. Usaha terakhir saya adalah chat admin Antam di WA. Seingat saya admin Antam bilang dirham sudah tidak ready stock lagi.
Berdasarkan kabar burung yang saya dapat, alasan Antam nggak jualan dirham (dan dinar) lantaran logam mulia itu dijadikan alat transaksi layaknya uang oleh segelintir kelompok. Padahal, satu-satunya alat transaksi yang diakui dan sah di Indonesia adalah rupiah. Akhirnya saya gagal deh menjadikan dirham sebagai mas kawin.
Dengan nggak diproduksinya lagi dirham Antam, keapesan saya jadi ada dua. Pertama, gagal menjadikan dirham sebagai mas kawin. Kedua, bingung mau jual dirham yang saya punya ke mana. Mau dijual ke Antam khawatir ditolak.
“Gampang mas, tinggal jual aja ke marketplace. Toh, nilai intrinsik dari dirham (perak) lebih jelas”.
Iya sih, hanya saja saya bingung menentukan nilai jualnya berapa. Kalau terlalu tinggi, takut nggak laku. Bila terlalu murah, kayak eman-eman aja gitu.
Akhirnya saya memutuskan untuk tidak menjual dirham Antam. Koin ini saya jadikan collectible item saja. Daripada saya jual dengan harga murah.
Dirham yang saya miliki, saya jadikan pengingat. Pengingat di masa-masa susah sekalipun saya harus menabung atau berinvestasi. Guna menyiapkan kemungkinan-kemungkinan terburuk di masa mendatang.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 6 Aplikasi Investasi Emas bagi Pemula, Mudah dan Aman!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.