Pasar Setono Betek Kediri, Pasar Tradisional yang Gagal Bertransformasi Jadi Pasar Semi Modern

Pasar Setono Betek Kediri, Pasar Tradisional yang Gagal Bertransformasi Jadi Pasar Semi Modern Mojok.co

Pasar Setono Betek Kediri, Pasar Tradisional yang Gagal Bertransformasi Jadi Pasar Semi Modern (unsplash.com)

Pasar Setono Betek salah satu pusat perdagangan paling sibuk di Kediri. Pasar tradisional yang mulai beroperasi sejak 1956 itu tidak pernah berhenti beraktivitas. Iya, aktivitas tawar menawar terjadi selama 24 jam penuh. 

Pasar Setono Betek memang bukan sekadar pasar tradisional biasa. Di sini, kalian dapat menemukan berbagai jenis bahan masakan yang dibutuhkan. Selain itu, di pasar ini pelanggan juga bisa membeli daging sapi, ayam, kambing, hingga ikan. Namun, untuk mendapatkan daging yang segar dan kualitasnya bagus, disarankan berangkat selepas subuh. Kalau berangkat agak kesiangan, kemungkinan besar daging yang dijual hanya tinggal sisa-sisa.

Saat dini hari, pasar ini sudah sangat ramai dengan orang-orang yang sibuk menggiling daging untuk dijadikan bahan baku pentol. Di bagian belakang, sebelah timur pasar ini, berjejer kios tukang kunci dan penjual sparepart kendaraan bekas. Sedangkan di bagian belakang sebelah barat dijadikan tempat berkumpulnya para pecinta burung dan penjual burung. 

Pokoknya, pasar ini betul-betul lengkap. Apapun yang kalian cari pasti ada. Tidak salah Pasar Setono Betek menjadi pasar andalan warga kediri. 

Pembaruan pasar pernah dilakukan

Sayang seribu sayang, kelengkapan yang ditawarkan pasar ini tidak diiringi dengan perbaikan fasilitasnya. Sebenarnya, pada tahun 2018, pemerintah Kota Kediri sempat melakukan pembaruan terhadap Pasar Setono Betek. Proyek pembaharuan tersebut menghabiskan biaya sebesar Rp27 miliar. Hasil dari pembangunan itu adalah pendirian bangunan dua lantai dengan kios-kios di dalamnya. 

Melalui pembangunan tersebut, Pasar Setono Betek diharapkan tidak lagi menjadi pasar yang kumuh. Pasar diharapkan bisa berkembang, tidak hanya menjajakan bahan baku memasak saja, tapi juga memberi tempat pada penjual pakaian dan oleh-oleh. Semua demi mendatangkan pengunjung yang semakin banyak

Setelah diperbarui kios lama yang dulu ditempati para pedagang apakah dihilangkan sepenuhnya? Ternyata tidak, kios lama yang berbahan dasar kayu tetap dipertahankan, hanya saja posisinya bergeser ke belakang bangunan baru. Saat ini, kios kayu itu ditempati penjual daging, ikan, dan penggilingan daging. Sementara pada bangunan baru, di lantai satu di tempati oleh pedagang bahan memasak. Sedangkan kios di lantai dua ditempati penjual pakaian dan beberapa kedai kopi kekinian.

Pasar Setono Betek gagal jadi pasar semi modern

Harapan Pasar Setono Betek menjadi pasar semi modern ternyata tidak berhasil. Memang sih, kini posisi kios-kios sudah tertata rapi dan akses  tidak lagi becek. Namun, bagi para penjual pakaian dan kedai kopi kekinian yang ada di lantai dua, perubahan ini tidak begitu memberikan dampak yang signifikan.

Ada beberapa faktor yang sejak awal kurang menguntungkan bagi penjual di lantai dua. Pertama, Pasar Setono Betek sudah identik dengan pasar tradisional. Siapa pun yang ke pasar ini kebanyakan tujuannya untuk membeli bahan baku memasak. Kedua, Pasar Setono Betek belum dilengkapi dengan eskalator. Banyak orang malas naik ke lantai dua untuk sekedar melihat-lihat penjual yang ada di sana. Ketiga, bau amis daging dan ikan sangat mengganggu bagi orang yang mau menikmati kopi dan bersantai di lantai dua. 

Hari ini, kebanyakan penjual yang bertempat di lantai dua Pasar Setono Betek sudah meninggalkan kiosnya. Begitu pula dengan kedai kopi yang ada di sana, semuanya sudah tutup total sebab tidak mendapatkan keuntungan yang signifikan. Sementara itu, aktivitas jual beli di lantai satu yang meliputi penjual bahan-bahan memasak, daging, sayur mayur tetap berjalan lancar. Walau gedungnya sudah diperbarui, pasar ini tetap terasa seperti pasar tradisional pada umumnya.

Pasar Setono Betek tetap ramai, tapi gagal menjadi pasar semi modern seperti yang dicanangkan. Bagi Pemerintah Kota Kediri, kalau ingin tempat ini sukses menjadi pasar semi modern, coba lakukan pembaharuan kembali. Tolong, buatkan eskalator ke lantai dua dan atur ulang penempatan pedagang ikan agak berjauhan dengan gedung baru, sehingga bau amis tidak begitu menyengat dan pengunjung lebih nyaman.

Penulis: Shelfin Bima Prakosa
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Perbandingan Pasar Tradisional di Indonesia, Jepang, dan Korea

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version