Lahan parkir motor di Stasiun Purwokerto semakin sempit. Saya jadi kesulitan mencari parkiran yang kosong ketika menjemput saudara di sini.
“Dek…” Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel saya, ternyata itu adalah pesan dari kakak sepupu saya. Belum sempat saya membalas pesan tersebut, kakak saya mengirimkan pesan kembali. “Besok Mbak mau pulang. Kalau senggang, tolong jemput di Stasiun Purwokerto setelah zuhur, ya.” Tanpa banyak basa-basi, saya mengiakan permintaan tersebut.
Kebetulan saya menjemput kakak sepupu saya tepat pada hari Sabtu yang mana merupakan weekend. Saat pertama kali mengambil karcis masuk, saya mengira stasiun sedang dalam kondisi sepi. Maklum, posisi pengambilan karcis di pintu masuk terletak di sisi utara dan agak tinggi. Jadi, saya nggak bisa mengetahui apakah kondisi parkiran sepi atau ramai.
Setelah mengambil karcis, saya turun ke parkiran. Ehem, maksudnya turun ke parkiran ini bukan ke basement ya, melainkan kontur jalan di pintu masuk Stasiun Purwokerto lebih tinggi daripada pintu keluar. Ternyata saya baru tahu kalau stasiun sedang ramai. Maklum, saat itu weekend terakhir menjelang libur panjang Iduladha.
Saya sempat merasa bingung mau parkir di mana, sebab parkiran sepeda motor terlihat sudah penuh. Bukan cuma parkiran motor yang langka, parkiran mobil pun sama. Setelah menengok kanan-kiri, akhirnya saya memutuskan untuk memarkir motor di pojokan yang juga menjadi area jalan keluar motor. Saya sempat khawatir kalau motor saya tersenggol pengendara lain lantaran parkirnya sangat mepet. Namun setelah mengira-ngira, saya nekat memarkirkan motor persis di samping jalan keluar motor.
Singkat cerita saya akhirnya bertemu kakak sepupu saya. Saat hendak mengambil motor, kekhawatiran saya sebelumnya untungnya nggak terjadi. Kalaupun motor saya kesenggol pengendara lain sebenernya saya sudah menyiapkan diri untuk nggak marah, wong memang saya parkir sembarangan karena area parkir motor sudah nggak muat. Kami pun bergegas keluar stasiun dan terpaksa berhenti sejenak karena kemacetan di pintu keluar. Padahal pintu keluar Stasiun Purwokerto sudah dijadikan dua lajur, lho.
Stasiun Purwokerto dulu dan sekarang
Dulu, saat pertama kali berkunjung ke Stasiun Purwokerto pada tahun 2019, area parkir motor masih menjulur panjang dari sisi utara hingga sisi selatan stasiun. Kini, area parkir motor di Stasiun Purwokerto hanya berada di sisi utara saja. Area selatan sudah dialihfungsikan menjadi parkiran mobil. Sebab, orang-orang yang datang ke stasiun kebanyakan menggunakan kendaraan roda empat.
Selain sulit dapat tempat parkir motor, saya juga mengalami kesulitan saat hendak keluar dari stasiun karena kondisinya yang macet. Kejadian ini sebenarnya bisa diantisipasi pihak stasiun dengan menyediakan satu loket tambahan keluar khusus motor. Tujuannya supaya pintu keluar motor dan mobil terpisah dan nggak tumpang tindih. Saya rasa ini adalah win win solution untuk menghindari pengendara motor yang suka serampangan dan asal serobot.
Butuh area parkir yang lebih luas
Di tengah kondisi parkiran yang merisaukan pengunjung ini, nampaknya belum membuat pengelola menyediakan area parkir yang lebih luas, khususnya buat parkir sepeda motor. Malah saat ini Stasiun Purwokerto tengah fokus membuat JPO yang menghubungkan stasiun dengan jalan bagian atas (area Pasar Kober).
Padahal menurut saya kehadiran jembatan ini belum perlu-perlu amat. Orang-orang bisa berjalan ke pintu masuk jika ingin langsung menuju ke area Pasar Kober. Ini pendapat saya ya, nggak tahu kalau pendapat sampeyan gimana.
Semoga saja stasiun satu-satunya yang menjadi kebanggaan warga Kota Satria ini lekas memperluas lahan parkirnya. Tentu saja supaya orang-orang yang datang lebih nyaman ketika mengantarkan atau menjemput sanak saudara di stasiun ini.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Purwokerto, Tempat Tinggal Terbaik di Jawa Tengah.